Proyek Pantura (doc:tempo.o.id)
Saya tergelitik untuk menambah tulisan mas Baskoro Endrawan, tentang Pantura, Jalur “Neraka” Mudik. Saya
sebagai warga yang sering melalui jalur tersebut ketika pulang
kampung, merasakan sekali bagaimana Jalur Pantura benar-benar
mengerikan. Rasanya perbaikan disana tidak pernah beres dan selalu saja
ada masalah. Apakah yang menjadi penyebabnya? Kenapa hal ini terulang
kembali setiap tahunnya? Rasanya proyek ini sengaja dibuat, biar
kelihatan Departemen PU ada pekerjaan dan sibuk memberesinya. Tapi
anehnya perbaikan itu justru dilakukan menjelang lebaran. Bukan
bulan-bulan sebelumnya yang relatif sedikit masyarakat menggunakannya.
Sehingga saat menjelang lebaran, sudah tidak ada lagi perbaikan dan lalu
lintas lancar.
Sebagai warga dari suatu bangsa yang lebih mengutamakan kualitas dalam
setiap bekerja, Departemen PU seharusnya malu kepada rakyatnya. Jangan
malah sebaliknya, Proyek Pantura sengaja dibuat sebagai proyek abadi dan
direncanakan tidak pernah beres? Tidak adakah tuntutan kualitas selalu
bersemayam dalam diri para kontraktor atau pejabat? Anehnya banyak
diantara kita, bisa berbuat baik untuk mengerjakan berbagai proyek di
negara lain. Tapi kenapa melakukan suatu proyek untuk bangsanya sendiri
kualitas justru diabaikan? Bukankah seharusnya bangga bisa menghasilkan
proyek yang tahan lama, sehingga bisa menghemat dana dan anggaran yang
ada.
Saya terkadang bingung sendiri. Apanya yang salah dengan kemajuan dan
perkembangan negara ini? Negara lain ingin bisa maju dan menghemat
banyak devisa atau anggaran. Sehingga pemerintahnya berusaha mati-matian
untuk bisa menyejahterakan atau membela warganya. Tapi di negara ini,
justru lain. Kekayaan yang berlimpah, baik sumber daya alam, air, dan
manusia yang dimiliki, terasa tidak mempunyai pengaruh yang berarti buat
kemajuan ekonomi dan bangsanya. Malah yang ada, kita lebih suka
mengimpor produk-produk dari luar apapun jenisnya.
Padahal orang yang pinter dan ahlinya juga sudah cukup banyak. Hal ini
terlihat dari banyaknya lulusan yang diwisuda setiap tahunnya. Tapi
masih saja kurang memberikan manfaat. Adakah mereka memang tidak
dihargai oleh pemerintahnya sendiri? atau karena memang mereka tidak
mampu? Sepertinya ada ketidakberesan dalam pengelolaan negara ini yang
melenceng dari rencana semula. Kondisi jalan ini saja berada di Jawa,
yang biasa dilalui oleh banyak pejabat. Bayangkan bagaimana kondisi di
luar Jawa atau di daerah-daerah terpencil? Saya yakin akan lebih parah
lagi.
Tak heran, masyarakat lebih suka tinggal di kota biarpun macet, daripada
tinggal di daerah, tapi infrastrukturnya parah. Saya jadi ingat jawaban
dari Pejabat di Kedutaan Jerman sewaktu memberikan ceramah di Kampus
saya beberapa bulan yang lalu. Dia mengatakan persoalan utama di negeri
ini adalah pendidikan, pendidikan, pendidikan dan infrastruktur. Jadi persoalan infrastruktur memang menjadi salah satu persoalan pokok di negeri ini.
Ah! lagi-lagi saya hanya warga biasa, yang mengeluh apabila ada
ketidaknyamanan dan ketimpangan. Bagaimana menurut Anda kawan? Apakah
Anda mempunyai pengalaman yang sama? Silakan dishare ide-ide dan
pengalamannya.
Akhirnya, Selamat Mudik kawan, semoga bisa sampai tujuan dan pulang kembali juga dengan selamat. Buat semuanya, Happy Holidays.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar