Walaupun anak saya tidak mempunyai
gadget layaknya anak-anak jaman sekarang. Tapi kami mempunyai usaha warnet yang
diperuntukkan buat siapa saja yang ingin memanfaatkan internet. Termasuk
anak-anak kecil yang ingin bermain berbagai jenis games online. Dengan
demikian, di rumah kami ada banyak computer yang setiap saat berhubungan langsung
dengan internet. Boleh dikatakan 24 jam pun kami bisa
menggunakannya. Apalagi koneksi internet kami yang high speed, karena memang diperuntukkan untuk games online. Mau tidak mau
kecepatan dari internet kami sangat cepat.
Namun demikian, tidak berarti saya
membiarkan anak saya bermain 24 jam duduk berselancar dengan internet. Saya tetap mengawasi dan
mengarahkannya untuk hal-hal yang bermanfaat. Paling tidak saya harus memperhatikan content dan applikasinya. Karena saya tahu, kita tidak bisa
lepas lagi dari dunia internet. Apalagi dia termasuk anak yang lahir dalam Generation Z, dimana dalam
kehidupan sehari-harinya sudah terkoneksi dengan internet dan digital. Bahkan
saya sudah mengenalkan anak saya, untuk bermain dengan menggunakan computer sejak dia berusia 3
tahun. Jadi bisa dibayangkan sudah berapa lama dia mengenal dunia computer.
Tulisan ini ingin sedikit berbagi
pengalaman, bagaimana saya secara pribadi menemani anak saya berselancar
di dunia maya. Tentunya pengalaman ini, belum bisa dijadikan contoh
yang sempurna, karena anak saya, Amri baru kelas 2 SMA. Dia tergolong
remaja yang secara psikologis masih labil dan memerlukan bimbingan yang terus
menerus. Secara garis besar, dia sudah mandiri dan menurut saya dia
adalah anak yang baik, sopan, cerdas dan taat beribadah.
Namun, bagi saya apa yang dia miliki
untuk sementara ini sudah cukup karena usia dia yang masih remaja. Tapi saya
bangga dengan pencapaian dia yang lain dalam hal memanfaatkan internet. Terus
terang dia lebih pintar dan lebih lincah dalam menggunakan komputer dan
berinternet seperti banyak para orang tua mengakuinya. Makanya saya sendiri
sering bertanya ke anak saya. Sebaliknya, saya juga tidak gagaplah dalam berteknologi, karena
selama ini saya tetap aktif membaca dan mencari informasi lewat internet.
Tidak bisa dipungkiri, saya sudah
mengenal internet sejak tahun 1991. Waktu itu saya tinggal di Amerika
untuk menuntut ilmu. Jadi dunia internet bagi saya bukan hal yang asing lagi.
Bahkan saya boleh dikatakan tumbuh dan berkembang bersama internet, sehingga
saya menganggap internet sudah menjadi bagian dari kehidupan saya. Dengan
internet ini, saya bisa berkenalan dengan hampir seluruh mahasiwa Indonesia di
belahan dunia manapun. Bayangkan saya yang waktu itu datang sendiri untuk
bersekolah, tidak kenal siapa pun. Dengan internet, saya bisa punya
banyak sekali teman di seluruh dunia.
Tapi internet belum menjadi bagian
dari keluarga besar saya pada waktu itu. Bagi keluarga, apa yang saya
lakukan benar-benar lompatan teknologi yang luar biasa. Bayangkan, pada tahun
1991-1992, saya bisa kenal dengan teman-teman di berbagai negara adalah suatu
hal di luar jangkauan orang tua saya. Bagaimana saya bisa berhubungan dengan
teman-teman di seluruh dunia, hanya dengan duduk manis di depan komputer.
Jadi saya bisa membayangkan kalau
saya tidak mengenal internet, saya yakin tidak akan bisa menikmati indahnya
komunikasi dengan teman-teman di berbagai negara. Malah kalau internet sedang
down atau mati, terasa sekali dunia saya begitu sepi. Karena saya tidak bisa
berkomunikasi dengan teman-teman atau saya tidak bisa mencari informasi apa
saja yang ingin saya cari tentunya.
Sekarang setelah saya memperoleh begitu banyak manfaat dari penggunaan internet, apakah saya mau menafikan manfaat yang telah diperolehnya? Rasanya tidak akan mungkin saya melakukannya. Malah saya akan membuka peluang seluasnya buat Amri, agar dia bisa menggali manfaat yang lebih banyak lagi dengan keberadaan internet ini.
Sekarang setelah saya memperoleh begitu banyak manfaat dari penggunaan internet, apakah saya mau menafikan manfaat yang telah diperolehnya? Rasanya tidak akan mungkin saya melakukannya. Malah saya akan membuka peluang seluasnya buat Amri, agar dia bisa menggali manfaat yang lebih banyak lagi dengan keberadaan internet ini.
Setelah Berkeluarga
Karena internet sudah menjadi bagian
dari kehidupan saya, maka saya pun terus mengenalkan komputer dan internet
kepada Amri sejak kecil. Sekitar umur 3 tahun saya sudah mengenalkan komputer
untuk berbagai macam kegiatan bermain. Awalnya saya mengenalkan berbagai permainan
offline, tanpa menggunakan jaringan internet. Lama-kelamaan semua games yang
dipelajari terasa masih kurang, karena permainan games offline seringnya kami
harus membeli CD di toko.
Saya pelajari dulu berbagai games
yang ada, baru kemudian saya berusaha mengajarkannya ke Amri. Siapa lagi yang mau mengajarkan
atau menjadi partner bermainnya kalau bukan ibunya?, Itu semua kami lakukan
karena kami tidak mempunyai pembantu. Ibu akhirnya menjadi teman bermainnya.
Apa yang di play group diajarkan, saya mencoba untuk mengenalkan juga di rumah.
Bahkan seringnya apa yang dipelajari di rumah jauh lebih cepat daripada apa
yang dia peroleh di sekolah. Semua itu tidak lain karena peran orang tua yang
ikut campur dalam pendidikan anak.
Selanjutnya, karena kecepatan dia
menguasai permainan, akhirnya saya pun kehabisan games offline yang baik-baik.
Pelan-pelan kami mencoba mencari games lewat internet. Banyak sekali games yang
bisa kami peroleh dari internet, seperti motherload, rollercoaster
tycoon dengan berbagai serinya, Sim City dan Cash Flow semua
version dan lain sebagainya. Untungnya lagi selama di Amerika, dia
tidak pernah terekspose dengan berbagai jenis games yang mengandung kekerasan.
Justru kami memberikan games yang menuntut dia berpikir seperti Cash flow
dan menggunakan daya kreatifitasnya (motherloads, rollercoaster tycoon,
Sim City, dll). Kami memang tegas dalam mendidik anak, makanya semua games
yang mengandung kekerasan tidak pernah dia lihat selama kami di AS. Apalagi
saya terus mendampinginya, selama dia bermain.
Setelah Anak Saya Besar (Remaja).
Walaupun saya belum bisa menepuk dada untuk keberhasilan pendidikan Amri, terutama dalam hubungannya dengan penggunaan internet. Tapi bolehlah saya katakan saya bangga dengan anak saya. Pertama, anak saya bisa memanfaatkan internet untuk mencari berbagai informasi yang dia perlukan. Dia sekarang sedang merancang proyek bagaimana membuat solar panel (pemanfaatan energi surya untuk listrik), parasut, dan roket yang bisa diluncurkan. Kedua, dia berhasil membaca 7 Novel Harry Potter dalam bahasa Inggris, hanya dengan memanfaatkan e-book yang diperoleh dari internet. Ketiga, dia berhasil membuat summary dari hasil membaca Harry Potter dalam blognya di Kompasiana. Keempat, Dia pun aktif menulis di blog dalam bahasa Inggris, terutama tentang Science, World History, Cerpen dan Novel di kala senggangnya.
Setelah Anak Saya Besar (Remaja).
Walaupun saya belum bisa menepuk dada untuk keberhasilan pendidikan Amri, terutama dalam hubungannya dengan penggunaan internet. Tapi bolehlah saya katakan saya bangga dengan anak saya. Pertama, anak saya bisa memanfaatkan internet untuk mencari berbagai informasi yang dia perlukan. Dia sekarang sedang merancang proyek bagaimana membuat solar panel (pemanfaatan energi surya untuk listrik), parasut, dan roket yang bisa diluncurkan. Kedua, dia berhasil membaca 7 Novel Harry Potter dalam bahasa Inggris, hanya dengan memanfaatkan e-book yang diperoleh dari internet. Ketiga, dia berhasil membuat summary dari hasil membaca Harry Potter dalam blognya di Kompasiana. Keempat, Dia pun aktif menulis di blog dalam bahasa Inggris, terutama tentang Science, World History, Cerpen dan Novel di kala senggangnya.
Memang saya selalu membekali dia dengan pendidikan agama dan budi pekerti (akhlak). Karena saya sadar bahwa saya tidak akan bisa mendampingi dia setiap saat. Apalagi dengan bertambahnya umur. Maka saya berharap dengan pendidikan agama dan akhlak yang kuat akan membentengi setiap gerak langkahnya dalam mengarungi kehidupan. Karena anak akan hidup di masa depan, dan kita sebagai orang tua tidak bisa mengatur atau mempengaruhinya. Apalagi anak mempunyai pikiran dan perasaan. Makanya sebagai orang tua, kita hanya bisa sekedar mengarahkan dan memberi bekal yang terbaik buat anak kita. Dengan bekal agama dan karakter yang baik, diharapkan dia tetap berada di jalan yang lurus dan benar apabila menghadapi tantangan dan cobaan dalam kehidupannya.
Namun dari semuanya itu, saya tetap mendampingi Amri dalam belajar. Saya sebagai orang tua, akan selalu mendukung apa yang Amri lakukan dan inginkan selama kegiatan itu bermanfaat, bahkan saya akan membuka peluang seluas-luasnya agar dia bisa lebih maju dari orang tuanya. Bagi saya bukan saatnya lagi orang tua mengekang atau menghambat kemajuan seorang anak. Selama bekal agama dan pendidikan karakter sudah tertanam dalam diri dan jiwanya, insha Allah seorang anak akan bisa melangkah menghadapi masa depannya dengan mantap dan percaya diri.
Terakhir, yang menjadi kuncinya saya memang
tidak pernah melepaskan jalinan kasih sayang antara saya dan Amri kapan pun. He
is my treasure dan saya berusaha merawat dengan sebaik-baiknya.
Salam hangat,
Sumber Foto:
http://www.poskotanews.com/2013/06/29/menteri-linda-waspadai-teknologi-bagi-anak/kid-play-gadget/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar