Kenyataan ini sudah bukan rahasia lagi bahwa tidak semua orang tua melek
dan paham internet. Hal ini terbukti kalau si anak ada tugas untuk menyelesaikan
pekerjaan rumah (PR) atau paper dari sekolah, orang tua sering menyuruh si anak untuk pergi ke warnet saja dan minta dicarikan atau
diajari. Itulah kondisi yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat kita.
Karena ketidaktahuan orang tua, akhirnya para orang tua menyerahkan
semua tugas sekolah ke warnet. Padahal sebenarnya orang tua pun bisa
mengajari bagaimana mencarinya. Tapi seringnya mereka tidak melakukan
hal itu, lebih baik bayar saja di warnet.
Celakanya tidak semua pengelola warnet sabar dan telaten dalam melayani
pelanggan. Ada kalanya warnetnya yang ramai sehingga si anak tidak
memperoleh pelayanan yang prima atau karena mereka tidak menguasai
materi. Akhirnya si anak browsing sendiri sana sini. Atau bisa juga, si
anak merasa sudah gede atau sudah tahu apa yang mau dicari. Maka si
anak pun klik sana dan klik sini. Tapi biasanya kalau anak-anak SD sih mereka
masih sering bertanya kalau ada tugas dari sekolah.
Justru yang perlu mendapat perhatian adalah anak-anak yang sudah menginjak remaja. Dengan bergaulnya anak-anak dengan teman-temannya, mereka saling share dan tukar informasi. Terus karena keingintahuannya yang lebih besar, mereka lari ke warnet. Akhirnya yang kena sasaran adalah pengusaha warnet. Belum lagi kalau warnet buka 24 jam, di tengah malam yang ramai, mungkin ada beberapa remaja atau yaah pelanggan yang keingintahuannya lebih. Maka browsinglah macam-macam.
Atau bisa juga anak-anak pulang sekolah, mereka mampir dulu ke warnet. Khan masih
pakai seragam sekolah, jadi petugas warnet pun tidak akan curiga. Dengan sistem
yang ada privacy nya, membuat pelanggan bisa leluasa untuk browsing
sana sini. Tanpa mereka takut diintip oleh tetangga sebelah apa yang sedang
mereka lakukan. Karena keingintahuannya tinggi, akhirnya mereka mencari
dengan klik sana dan klik sini. Wajar khan???
Yaa itulah yang sebenarnya terjadi.
Hanya dengan memberikan uang jajan katakanlah 10 ribu saja, orang tua sudah
tenang (senang), dianggapnya tugas sekolah anak sudah bisa selesai. Tapi
sesederhana kah itu?? Tentunya tidak??. Ini sekedar contoh penyederhanaan bagi anak-anak yang tidak mempunyai gadget, sehingga mereka harus pergi ke warnet untuk bisa mengakses nya.
Lain halnya untuk anak-anak yang setiap harinya sudah terbiasa menggunakan gadget untuk mengakses internet. Mereka justru lebih canggih lagi dalam bermain dengan internet. Disinilah peran orang tua sangat dituntut supaya proaktif dengan perkembangan teknologi. Karena disatu sisi teknologi memang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan. Namun disisi
lain teknologi bisa sangat berbahaya bagi perkembangan anak di masa depan. Hal ini disebabkan apapun informasi global bisa diakses oleh
si anak. Untuk itu diharapkan agar
orangtua tetap berhubungan dengan aktivitas online anak.
Caranya bisa dengan membiasakan diri berbahasa
internet, menanyakan langsung kepada anak apa yang mereka sudah lakukan dengan aktivitas internetnya serta mengecek ungkapan-ungkapan yang tidak familiar di
kamus online.
Menurut Direktur Know The Net dalam surveynya yang diterbitkan di laman The Guardian, mengungkapkan bahwa orangtua mungkin tidak tahu kalau anak terlibat
dalam pengunduhan ilegal.Ada sekitar sepertiga remaja mengaku telah mengunduh konten ilegal
(sekitar 32 persen), 10 persen diantaranya yang berusia 10-12 tahun mengaku
telah melakukannya.
Untuk itu, tanpa pengawasan ketat, anak bisa mengakses informasi global yang sifatnya bisa merusak mental anak. Misalnya situs dan video porno yang banyak bertebaran dan bebas diakses didunia maya.Memang Pemerintah Indonesia sudah melakukan pemblokiran situs-situs porno. Tetapi tetap saja masih ada situs atau gambar porno yang bisa diakses anak-anak.
Akhirnya, semua itu kembali ke peran pola asuh orang tua dalam keluarga. Mereka mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan karakter anak di masa depan. Apakah anak akan menjadi
pribadi yang baik atau kurang baik, banyak ditentukan oleh
orangtua. Jika orangtua memberi contoh yang jelek, pasti anak akan menirunya. Untuk itu sebagai orangtua harus benar-benar menerapkan pola
asuh yang baik dalam kehidupan sehari-hari agar anak pun bisa menirunya. Karena rumahlah tempat pendidikan pertama bagi seorang anak.. .
Salam Cinta Indonesia
Sumber Gambar:
http://pendekarinternetmarketing.com/internet-sehat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar