Tegakkan Peraturan Angkutan Umum? (doc:autobild.co.id)
Sebagai seorang pengguna rutin angkutan umum, memang penuh dengan suka
duka. Betapa tidak? Kalau beruntung saya kadang dapat tempat duduk.
Tapi tidak jarang saya harus berdiri sepanjang perjalanan apabila
menggunakan jasa transportasi bus/busway.
Tulisan berikut sekedar share pengalaman yang baru saja saya alami
sepulang dari menghadiri Talkshow “Breastfeeding while Working”. Jadi
tulisan ini bukan merupakan reportase dari kehadiran saya, tetapi
sekedar oleh-oleh. Sayang oleh-olehnya merupakan berita yang sedikit
menyedihkan atau menyayangkan. Atau memang karena ulah si sopir yang
kurang perhatian atau kurang peka mendengar signal yang ada di
sekelilingnya. Akhirnya, yang menjadi korban adalah kami semua, sebagai
penumpang dan pihak bus yang dalam hal ini sopir dan kondekturnya.
Apa pasal? karena Bang sopir tidak mendengar adanya perintah polisi
untuk jalan dan tidak boleh ngetem terlalu lama. Tapi Bang sopir mungkin
tidak mendengarnya, akhirnya kena marahlah Bang sopir itu oleh polisi.
Bus yang tadinya penuh sesak, akhirnya tidak boleh jalan sama sekali
dan kami disuruh turun semua dan menggantinya dengan bus yang
berikutnya. Tak bisa disangkal membludaglah penumpang yang menunggu di
halte bus tempat ngetem tadi.
Rasanya saya ingin sekali mengambil gambarnya ketika polisi sedang
marah-marah. Tapi saya tidak tega dan juga takut kalau saya malah yang
jadi kena sasaran marahnya, hehehehhe. Disisi lain, saya juga merasa
kasihan kepada sang supir, yang sudah susah payah dalam mencari uang.
Tetapi karena keteledorannya, dia harus merelakan semua penumpang
beralih ke bus yang lain.
Tak lama kemudian, bus yang sedang kami tunggu pun datang. Polisi segera
menyetop dan menyuruh kami untuk naik. Tapi karena kapasitas bus tidak
bisa menampung kami semua, saya pun mengalah untuk tidak ikutan naik.
Karena saya tahu, pasti akan berdiri di pintu. Bagi saya cukuplah untuk
menanti bus berikutnya dengan berharap saya dapat tempat duduk daripada
harus berdiri. Karena pada bus sebelumnya, saya dapat tempat duduk yang
relatif nyaman. Gara-gara bus tidak boleh jalan, maka saya harus turun.
Apa boleh buat saya harus melepaskan kenyamanan yang sudah saya miliki.
Sambil menunggu bus yang datang berikutnya, terjadilah deal antara pihak
penengah bus dengan Polisi tadi. Entah apa yang mereka diskusikan saya
tidak peduli dan memang saya pura-pura tidak mendengarkan. Keinginan
saya hanya ingin cepat sampai di rumah. Akhirnya bus kami diijinkan
untuk berangkat, tapi tidak diperbolehkan mencari tambahan penumpang.
Bayangkan, bus yang tadinya penuh sesak sampai berjubel, sekarang
tinggal 5 orang penumpang yang sudah naik dari awal. Jadi praktis, sang
kondektur pun tidak bisa menarik ongkos lagi ke kami.
Ada sebersit kekecewaan memang di wajah sang kondektur yang nampak masih
sangat muda. Tapi begitulah resikonya sebagai sopir angkutan umum, yang
harus alert (constant vigilant) setiap saat. Jangan seenaknya ngetem di
jalan, apalagi kalau jalan sedang ramai. Maksud hati ingin menambah
penumpang agar lebih banyak uang yang didapat. Tapi justru sebaliknya
yang dia peroleh. Hmmm, rezeki memang sudah ada yang mengatur. Tapi
kalau dikejar-kejar akhirnya malah lari.
Bagaimana menurut Anda? Sekedar share pengalaman. Silakan dishare juga
kalau Anda mempunyai pengalaman dalam menggunakan angkutan umum. Terima
kasih
Selamat Pagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar