Isi Kandungan dari Parodontax (doc: bahan materi diskusi)
Sebagai seorang ibu yang mempunyai gusi tidak sempurna, karena faktor genetika saya merasakan betul bagaimana gusi yang saya miliki memang mempunyai masalah. Pada awalnya saya memang tidak tahu, karena saya boleh dikatakan jarang pergi ke dokter gigi kalau tidak karena sakit. Dan lucunya saya tidak pernah mempertanyakan atau meminta kepada orang tua untuk pergi ke dokter dan memeriksakan gigi dan gusi saya apabila saya melihat darah keluar ketika bersikat gigi.
Bathin saya hanya mengingatkan saja. Lain kali kalau melakukan sikat gigi jangan keras-keras. Anehnya saya baru merasakan sakit gigi ketika saya mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dulu di wilayah Wonosobo yang suhunya sangat dingin karena berada di lereng pegunungan Dieng. Disitu saya merasakan sekali bagaimana gigi saya sangat sensitif ketika tinggal di daerah yang dingin. Apalagi setelah minum kopi, gigi saya terasa ngilu sekali. Maka saya buru-buru melakukan sikat gigi setiap habis makan atau minum kopi dan mengunci mulut saya untuk tidak makan lagi.
Namun saya tidak meminta kepada orang tua untuk pergi ke dokter gigi karena memang tidak ada kebiasaan di keluarga saya untuk pergi ke dokter gigi. Saya baru pertama kali pergi ke dokter gigi disaat saya mau pergi ke Amerika untuk melanjutkan sekolah lagi. Hal ini saya lakukan mengingat biaya untuk ke dokter gigi di Amerika sangat mahal, maka saya ingin sekali mengecek gigi saya dan menambal semua gigi yang berlubang.
Lagi-lagi dokter gigi yang memeriksa saya tidak membicarakan sedikit pun mengenai kesehatan gusi saya. Maka saya dengan tenangnya kalau saya tidak mempunyai masalah dengan gusi saya. Bahkan hingga sebelum saya mengikuti acara Parodontax Blogger Gathering yang diadakan di Hongkong Cafe, tanggal 22 April 2014 yang lalu dengan mengundang Komunitas Emak-emak Blogger. Acara ini dihadiri oleh Drg Sandra Alivia, MARS, Sp Perio sebagai nara sumber, Amanda Hasfiardi, sebagai Assisten Brand Manager Parodontax GSK Oral Health Care; Anna Surti Ariani, S Psi, MSi seorang Pskilog Anak dan Keluarga serta Desy Bachir sebagai MC.
Dari Kiri ke kanan: Mbak Desy, mbak Nina, mbak Manda dan Drg Sandra Olivia,
saat diskusi berlangsung (doc: panitia)
Jadi pantaslah kalau kesadaran akan masalah gusi di Indonesia baru 2% nya, karena saya pun tidak menyadarinya. Hal ini mirip dengan hasil sebuah riset yang dikeluarkan oleh Synovate AsiaBus 2011 yang memperlihatkan bahwa 5 dari 10 penduduk Indonesia pernah mengalami masalah gusi. Begitu juga dengan jumlah penderita gusi bermasalah di Indonesia, kini semakin meningkat dari 19% di tahun 2012 menjadi 28% di tahun 2013. Riset yang kedua ini dikeluarkan oleh IPSOS Consumer Tracking 2012 dan 2013 dengan komponen riset yang berbeda, demikian pemaparan oleh Drg Sandra sebagai seorang ahli di Periodensia.
Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa ternyata memang benar masih banyaknya orang Indonesia yang belum memahami atau menganggap penting kesehatan gusinya. Dan saya termasuk dalam kelompok ini tentunya. Suatu penyesalan yang terlambat atau penyadaran yang baru saja timbul karena kurangnya informasi. Makanya wajar kalau penyakit gusi merupakan silent diseases karena kebanyakan orang belum menganggap penting akan pentingnya kesehatan gusi.
Disinilah kesadaran saya juga baru muncul pertama kali. Ternyata saya mempunyai masalah gusi yang sudah akut. Saya mengakui gusi saya seakan turun dan tidak kuat lagi untuk mendukung gigi seri saya bagian bawah sekarang. Untuk bagian atas kelihatan masih kuat, karena saya tidak melihat gusi saya naik ke atas. Hal ini terbukti, dua buah gigi seri bagian bawah sudah mulai goyang dan saya berusaha semaksimal mungkin agar gigi saya tetap bertahan, alias tidak lepas. Apa jadinya kalau lepas, pasti saya akan kehilangan dua gigi saya secara permanen, alias ompong. Ups! suatu kondisi yang sedikit memalukan, walaupun sebenarnya saya bisa menambalnya dengan gigi palsu untuk menambah estetika.
Itulah yang sebenarnya terjadi pada (alm) ibu saya. Beliau pun mempunyai gigi yang rapuh, karena disaat beliau masih muda sudah menggunakan gigi palsu. Sayangnya kondisi ini tidak menimbulkan tanda tanya buat saya dan beliau juga tidak menceritakan kenapanya. Jadi saya mengakui sekarang, kalau kesadaran akan kesehatan gusi di Indonesia memang masih rendah sekali.
Sekilas Arti tentang Gusi
Gusi atau periodontum secara bahasa merupakan salah satu
jaringan penyangga gigi. Layaknya sebuah bangunan, yang menentukan apakah
bangunan tersebut akan bertahan lama atau tidak. Jadi gusi merupakan fondasi atau sering kita menyebutnya
sebagai penyangganya. Hal yang sama juga ditemui pada gigi kalian semua. Oleh karena itu, untuk dapat
membuat gigi dapat bertahan dengan baik, yang perlu diperhatikan adalah
jaringan penyangganya.
Sedangkan secara struktural gusi (gingiva), dikategorikan sebagai jaringan penyangga gigi atau disebut
juga dengan jaringan periodontal adalah ligamen periodontal, yaitu serat yang
menghubungkan antara jaringan gigi dengan tulang, dan juga tulang penyangga
gigi (tulang alveolar).
Gusi yang Bermasalah
Tidak
hanya gigi sebenarnya, gusi sebagai jaringan penyangga gigi bisa juga mengalami masalah.
Masalah pada gusi disebabkan oleh adanya penumpukkan plak (bakteri) pada gigi,
yang apabila dibiarkan dan tidak dibersihkan dapat mengganggu kesehatan gusi.
Tidak
seperti masalah gigi berlubang atau masalah gigi bungsu yang seringkali
menimbulkan rasa sakit pada penderitanya. Pada banyak kasus permasalahan gusi,
pada tahap awal dari penyakit gusi dan periodontal (jaringan pendukung gigi)
seringkali timbul tanpa gejala rasa sakit; sehingga banyak orang dewasa menderita
penyakit ini dan mereka tidak mengetahuinya. Makanya masalah gusi seringkali
disebut sebagai “silent disease”.
Bagaimana Permasalahan Gusi itu Bisa timbul?
Plak,
yang merupakan lapisan lunak yang tidak berbau, tidak berwarna dan yang
terdiri dari kombinasi mikroorganisme yang melekat pada gigi, secara alamiah
pasti akan bertumbuh di gigi sebagai respons pertahanan tubuh.
Apabila plak diabaikan dan
tidak dibersihkan, plak dapat bertumpuk dan penumpukkan plak ini dapat
menyebabkan hilangnya perlekatan antara gigi dengan gusi, sehingga membuat gusi
meradang dan kemudian berdarah saat tersentuh. Selanjutnya apabila
gusi yang meradang ini dibiarkan, akan dapat menyebabkan terjadinya inflamasi
atau pembengkakkan pada gusi. Pembengkakkan ini dapat mengarah
kepada penurunan tulang penyangga gigi akibat aktifitas bakteri yang
memproduksi sel-sel osteoklas (penghancur tulang), dan apabila pengancuran
tulang ini terus menerus terjadi tanpa dirawat maka hasil akhirnya akan dapat
menyebabkan lepasnya/tanggalnya gigi karena tidak ada lagi tulang yang
menyangganya.
Cara Mengidentifikasi Awal Masalah gusi
Sebenarnya mudah untuk mengidentifikasi awal masalah gusi yang kita alami. Menurut Drg Sandra, cara yang termudah adalah apabila salah satu
tanda awal dari masalah gusi itu muncul, yaitu adanya darah saat menyikat gigi.
Gusi yang berdarah (umumnya terjadi saat tersentuh bulu sikat). Hal ini sebenarnya merupakan bentuk
peringatan awal bahwa ada sesuatu yang “tidak beres” dengan gusi kita.
Banyak
mispersepsi yang terjadi bahwa gusi yang berdarah disebabkan oleh penyikatan
gigi yang terlalu kuat ataupun bulu sikat yang terlalu kasar, tajam, dan keras.
Meskipun hal itu bisa menjadi salah satu faktor pendukung dari masalah gusi
berdarah, Namun hal itu sebenarnya kurang tepat, karena sebenarnya gusi yang berdarah
itu terjadi disebabkan oleh penumpukkan plak yang mengganggu gusi dan mengakibatkan
terjadinya radang pada gusi hingga kemudian gusi dapat mengeluarkan darah jika
tersentuh sesuatu seperti bulu sikat.
Dampak dari masalah pada gusi adalah kehilangan gigi pada orang dewasa apabila
diabaikan. Selain itu masalah pada gusi juga dapat mengganggu penampilan anda
karena gusi yang bengkak dan berwarna merah pada saat terjadi peradangan
tentunya sangat mengganggu terutama saat kita tersenyum dan tertawa.
Berbagai Tips untuk Merawat Kesehatan Gusi Keluarga
Menurut Drg Sandra lagi, masalah gusi dapat dengan
mudah dicegah dan dirawat. Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah
masalah gusi adalah dengan menjaga kebersihan mulut melalu menyikat gigi secara
teratur 2 kali sehari. Selain
itu, perlu juga diperhatikan adalah bahan aktif yang terkandung pada
jenis kandungan pada pasta gigi pilihan yang kita pakai. Tentunya dengan memastikan bahwa pasta gigi yang kita pakai mengandung bahan aktif yang terbukti efektif mengurangi
penumpukan melawan mikroorganisme yang terdapat pada plak.
Salah satu bahan aktif yang sudah teruji secara klinis untuk hal tersebut adalah garam mineral berupa Sodium Bikarbonat karena bahan ini dapat meninggikan pH (derajat keasaman) pada gigi yang turun akibat aktifitas bakteri.Sayangnya tidak semua pasta gigi yang dijual di toko-toko mengandung bahan-bahan yang membantu untuk penyembuhan gusi. Akibatnya, kita tidak tahu biarpun sudah rutin melakukan sikat gigi sehari 2 kali dengan menggunakan sikat bulu gigi yang lembut.
Itulah yang terjadi pada diri saya sebenarnya. Saya tahu bahwa gigi saya sudah mulai goyang, tapi saya tidak merasakan adanya sakit. Hanya keanehan saja kenapa gigi saya sudah mau lepas. Hal ini tidak lain pentingnya edukasi sehingga membuat para orang tua atau siapa saja menjadi sadar bahwa tidak semua pasta gigi itu baik dalam arti mengandung beberapa bahan khusus yang bagus untuk suatu penyembuhan. Tentunya bagi yang sudah terlambat.
Salah satu bahan aktif yang sudah teruji secara klinis untuk hal tersebut adalah garam mineral berupa Sodium Bikarbonat karena bahan ini dapat meninggikan pH (derajat keasaman) pada gigi yang turun akibat aktifitas bakteri.Sayangnya tidak semua pasta gigi yang dijual di toko-toko mengandung bahan-bahan yang membantu untuk penyembuhan gusi. Akibatnya, kita tidak tahu biarpun sudah rutin melakukan sikat gigi sehari 2 kali dengan menggunakan sikat bulu gigi yang lembut.
Itulah yang terjadi pada diri saya sebenarnya. Saya tahu bahwa gigi saya sudah mulai goyang, tapi saya tidak merasakan adanya sakit. Hanya keanehan saja kenapa gigi saya sudah mau lepas. Hal ini tidak lain pentingnya edukasi sehingga membuat para orang tua atau siapa saja menjadi sadar bahwa tidak semua pasta gigi itu baik dalam arti mengandung beberapa bahan khusus yang bagus untuk suatu penyembuhan. Tentunya bagi yang sudah terlambat.
Ternyata pasta gigi Parodontax merupakan
pasta gigi yang bisa digunakan sehari-hari dan bagus untuk mereka yang mempunyai masalah dengan gusi. Hal ini dikarenakan Parodontax mengandung 70% bahan-bahan khusus, yang terdiri
dari garam mineral dan ekstrak herbal yang secara simultan mampu merawat dan
mencegah permasalahan gusi. Kandungan garam mineral (sodium bicarbonate)
pada pasta gigi Parodontax ini sudah teruji secara klinis dapat membantu mencegah dan
mengangkat penumpukan plak yang merupakan penyebab awal masalah gusi, secara
efektif.
Dikarenakan plak terus
menerus terbentuk setiap hari akibat aktifitas yang terjadi pada rongga mulut
kita melalui makanan dan minuman yang masuk ke dalam rongga mulut, maka sangat
diperlukan perawatan yang kontinyu guna menjaga kesehatan gusi kita dengan
menggunakan pasta gigi sehari-hari yang tepat.
Disamping itu, kita perlu melakukan gaya hidup sehat. Diantaranya adalah dengan berusaha menghindari merokok, mengkonsumsi makanan yang bergizi serta minum cukup air putih. Hal ini memang sangat penting, karena bagaimana pun masalah gusi menyangkut masalah kesehatan. Dan ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah senantiasa mengunjungi dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk dilakukan tindakan pembersihan karang gigi.
Disamping itu, kita perlu melakukan gaya hidup sehat. Diantaranya adalah dengan berusaha menghindari merokok, mengkonsumsi makanan yang bergizi serta minum cukup air putih. Hal ini memang sangat penting, karena bagaimana pun masalah gusi menyangkut masalah kesehatan. Dan ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah senantiasa mengunjungi dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk dilakukan tindakan pembersihan karang gigi.
Akhirnya, terima kasih Parodontax yang telah mensponsori acara ini dan Dokter Gigi Sandra yang telah mengedukasi para Emak-emak Blogger. Dan bersyukur sekali saya pun bisa hadir pada acara Parodontax Blogger Gathering, sehingga saya bisa mendapatkan informasi yang sangat berharga ini. Saya pun ingin segera membagikan ilmu kepada anak saya dan juga saudara-saudara saya ataupun teman-teman yang lainnya. Semua itu agar muncul kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya menjaga kesehatan gusi. Umur boleh bertambah, namun kesehatan gigi dan gusi pun tidak boleh disia-siakan. Oleh karena itu kesehatan gusi harus tetap dijaga agar terjadi keseimbangan dalam hidup. Semoga!
Peserta Parodontax Blogger Gathering
Nice article, terimakasih sudah berbagi cerita.
BalasHapusKalau boleh tahu lebih lanjut, bagaimana kondisi gusi penulis sampai saat ini?