Jumat, 27 November 2015

Menjadi Professional Blogger? Ah! Saya Nggak Perlu

Ilustrasi untuk Professional Blogger (doc: 7kviews.com)

Itulah jawaban saya kalau ditanya apakah saya tertarik untuk menjadi professional blogger? Saya akan menjawab tidak perlu. Saya orangnya bosenan, bagaimana saya bisa bertahan lama untuk menjadi blogger. Nulis saja masih berdasarkan mood. Kalau lagi malas, ya biarkan saja blog saya sendirian tanpa pernah mendapat sentuhan tangan. Belum lagi kalau saya perlu  kesana kemari untuk mendatangi pertemuan dan mungkin saya tidak memahami  atau tidak suka dengan topiknya. Ah, sayanglah waktu saya terbuang percuma, habis di jalan. 

Lebih baik saya menekuni apa yang saya suka dan enjoy melakukannya yaitu sebagai money maker atau investor yang berusaha melipatgandakan uang yang saya punya. Tidak peduli darimana sumber uangnya, yang penting halal. Syukur bisa banyak jumlah yang dihasilkan. Setelah itu akan saya investasikan untuk tujuan yang lebih besar. Tidak lebih. Istilah kerennya menjadi sleeping stakeholder, sehingga saya tidak perlu capek kesana kemari. Untuk bisa sampai kesana, memang saya perlu belajar banyak lebih dulu.

Minggu, 22 November 2015

Bergabung dengan Berbagai Komunitas

Ilutrasi Komunitas (doc: twitter)

Bergabung dengan Komunitas itu sebenarnya bagus, karena bakat yang tadinya terpendam, jadi bisa lebih digali. Disisi lain bisa saling mendukung antar sesama, mana yang kurang bisa ditambah. Sekaligus bisa berbagi ilmu, terutama bagi yang sudah mumpuni. Jadi bisa saling asah, asih dan asuh. Itu mungkin salah satu tujuan didirikannya komunitas. Masing-masing bisa eksis dengan kadar dan kemampuannya sendiri-sendiri.

Sayangnya aku sering kesulitan untuk melakukannya, apalagi kalau banyak tuntutan harus kesana kemari. Hadeuh tugasku saja sudah seabreg banyaknya, masih harus ikutan banyak komunitas. Satu atau dua masih mungkin, tapi kalau banyak memang tidak sangguplah. Karena ujung-ujungnya aku harus tetap melakukan kerjaan rumah. Ini lho repotnya.

Wow! Menabung Euro

Ilustrasi Money bag, Euro (doc: shutterstock.com) 

Berbagai ajakan kepada kita untuk terus bisa menabung, agar apa yang kita dapatkan tidak semuanya habis dipakai. Tidak peduli itu untuk memenuhi kebutuhan hidup atau untuk bersenang-senang, tapi masih tetap bisa menyisihkan uang untuk keperluan darurat atau diinvetasikan. Jadi diharapkan gaji setiap bulan jangan sampai tekor atau kurang.

Itu tidak mudah. Makanya kita perlu bijak dan pandai dalam mengatur gaji yang ada. Tentunya seberapa pun besarnya penghasilan yang kita peroleh,  jangan semuanya dihabiskan. Biasanya orang yang berpenghasilan besar, pengeluarannya juga besar dan yang berpenghasilan kecil diharapkan pengeluarannya juga lebih sedikit. Namun kalau dihitung-hitung besar sedikitnya pengeluaran itu relatif, selama kita masih bisa menyisihkan uangnya.

Sabtu, 21 November 2015

Hati-hati dengan Jalan Pintas, Ternyata Tidak Selalu Bagus Hasilnya

Ilustrasi tentang Shortcut (doc: http://rgregorysummers.com)

Saya baru sadar ternyata jalan pintas tidak selalu atau semua memberikan hasil yang bagus. Bahkan bisa mencelakakan diri sendiri dan juga orang lain. Mungkin awalnya kita menginginkan biar cepet sampai tujuan, tapi justru kita bisa rugi atau celaka.

Memang jalan pintas tidak identik dengan penyederhanaan, tapi lebih pada usaha untuk memotong kompas, sehingga diharapkan bisa melakukan penghematan disana  sini. Daripada mutar-mutar dan terlalu panjang jarak yang ditempuh, makanya dipotong kompasnya. Jadi waktunya bisa pendek dan singkat. Itu mungkin tujuan awalnya yang tentunya bagus karena bisa menghemat waktu. Tapi dalam prateknya terkadang atau bahkan sering kali si pelaku tidak memperhitungkan resiko yang akan timbul.

Bisakah Sehari Tanpa Uang Tunai? Nope, Saya Akui itu.

Ilustrasi GNNT (doc: twitter.com)

Dalam rangka mendukug program Bank Indonesia untuk lebih menggunakan uang non tunai yang dikenal dengan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), banyak bank-bank pun ikut mendukungnya. Termasuk salah satu bank BUMN yang saya baca adalah Bank  BNI.

Saya sendiri tidak keberatan untuk menggunakan uang non tunai (kartu), karena saya pun punya kartu Flazz yang saya gunakan setiap saya naik busway (Trans Jakarta) dan Kereta Api (commuter line) maupun dengan debit card ketika saya belanja di L**** M*** dan S**** I*** . 

Tapi tidak semua transaksi bisa saya lakukan dengan uang non tunai. Mau tidak mau saya harus menyiapkan uang kertas atau cash untuk berbagai transaksi saya. Saya tidak mungkin menggunakan uang non tunai kalau yang menerima tidak mau menerimanya.

Senin, 16 November 2015

Antara Memulai dan Menyelesaikannya, Mana yang Lebih Berat?

Ini gambaran bahwa 92% new resolution gagal (doc: drjockers.com)

Banyak orang bingung bagaimana harus memulai sesuatu yang baik. Tidak peduli itu untuk kegiatan suatu bisnis maupun melakukan sesuatu tindakan yang baru dan belum pernah dilakukan. Sehingga banyak dari kita harus memutar otak untuk bisa mendapatkan ilmunya agar bisa sesegera mungkin memulainya. Itu sebabnya banyak orang kesulitan untuk segera mulai, karena masih bingung atau terlalu banyak pertimbangan dan mikir ini itu, yang akhirnya tidak bisa memulai.

Itulah yang banyak dialami oleh para pemula dalam menjalankan sesuatu. Padahal sebenarnya kalau mau memulai, yaa mulai saja untuk mengerjakan sesuatu. Nanti khan ide-ide baru muncul atau perbaikan bisa dilakukan disana sini sekalian jalan. Jangan terlalu banyak dipikirkan awalnya, karena hal itu justru menghambat rencana atau keinginan. Apalagi kalau hal itu suatu impian. Makanya banyak orang menyarankan, "sudah jalanin saja. Nanti khan ketemu resepnya." Dengan kata lain,  "Just do it as simple as that."

Minggu, 15 November 2015

Kudo sebagai Wahana untuk Memberdayakan Digital Enterpreneur

Inilah Special Tablet yang dipakai oleh Kudo dalam bisnis online
(doc: kudo.co.id) 

Diam-diam saya sebenarnya sudah lama berkecimpung dalam dunia bisnis online, sebagai agen atau reseller dari beberapa perusahaan. Bahkan boleh dibilang sudah hampir 5 tahun saya menekuninya. So far, saya menyukai dan menikmatinya, makanya saya masih bertahan hingga sekarang. Kalau tidak, saya sudah meninggalkan bisnis sambilan ini sejak dulu, karena saya orangnya cepat bosan apabila tidak suka pada sesuatu.

Bagi saya buat apa melakukan pekerjaan yang tidak disukai? Itu akan membuat saya capek dan tentunya buang-buang waktu saja. Jadi prinsip Do what you enjoy doing, benar-benar saya terapkan ketika saya menjalani bisnis online ini.

Sabtu, 14 November 2015

Menjadikan Bahasa Inggris sebagai Bahasa Sehari-hari

Practice Makes Perfect (doc: dribbble.com)

Saya tahu bahasa Inggris memang bukan bahasa ibu, tapi tidak dapat disangkal kalau kita membutuhkan kemampuan bahasa Inggris yang memadai atau cukup. Hal itu untuk mengimbangi kebutuhan dalam dunia kerja maupun untuk menempuh pendidikan lanjutan. Tidak hanya itu, banyak literatur dalam perguruan tinggi pun menggunakan bahasa Inggris dan banyak informasi bisa kita peroleh kalau kita mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang cukup.

Itulah sebabnya saya paksa anak saya untuk menggunakan bahasa Inggris setiap berbicara dengan saya. Tidak peduli kami berada di rumah atau di luar rumah, kami tetap dan harus menggunakan bahasa Inggris. Semua itu bukan untuk gagah-gagahan atau bergaya. Tapi memang karena itu merupakan suatu kebutuhan kami berdua.

Memasak Kebutuhan Sendiri sebagai Salah Satu Upaya Penghematan Anggaran

Hemat Pangkal Kaya (doc: http://ahmadauliafahmi.blogspot.co.id)

Sebagai seorang yang belum kaya, saya selalu berusaha untuk memasak dan menyiapkan kebutuhan makanan sendiri untuk keluarga. Baik itu untuk sarapan atau makan pagi, makan siang dan makan malamnya. Termasuk juga untuk berbagai jenis minuman maupun snack dan buah-buahannya. Saya berusaha membeli barang mentahnya, lalu saya olah sendiri menjadi barang/sesuatu yang lebih bermanfaat. Jadi ada proses nilai tambah dengan melakukan pengolahan sendiri..

Kecuali kalau saya tidak sempat memasak atau mendadak mau pergi, maka tidak ada jalan lain kecuali membeli makanan yang sudah jadi. Tapi seringnya menu masakan yang  dibeli ya biasa saja bukan yang wah, karena untuk sekedar mengganjal perut. Habis itu saya terus menyiapkan makanan untuk menu yang lebih lengkap dan lebih sehat.

Rabu, 11 November 2015

Transformasi Tiada Henti

Ilustrasi tentang Change (doc: BrainyQuote.com)

Aku senang dengan istilah transformasi ini, walaupun sebenarnya inti dari permasalahannya adalah kita perlu melakukan perubahan. Paling tidak ada perbaikan atau peningkatan kualitas dan kuantitas dalam setiap harinya. Begitulah kira-kira kalau mau maju, kita mesti dan harus berubah No Matter What. "We need to change," itu kata anakku.

Istilah transformasi ini memang kelihatannya cocok untuk suatu usaha atau bisnis saja agar mereka tidak kalah dalam bersaing, maka mereka harus mengadakan transformasi atau perubahan. Hal ini boleh dikatakan sebagai suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tanpa melakukan suatu perubahan atau tranformasi, suatu usaha akan terlihat kuno atau ketinggalan jaman. Ujung-ujungnya akan ditinggalkan oleh pelanggan dan akhirnya mati atau bangkrut. Makanya setiap perusahaan harus mau melakukan perubahan agar bisa maju dan tetap bertahan. Syukur-syukur masuk dalam kategori terdepan dalam melakukan perubahan dan inovasi, sehingga bisa disebut sebagai pioneer.

Selasa, 10 November 2015

Mundur sebagai Suatu Bentuk Protes atau Cara Ingin Mencari yang Lebih Baik

Ilustrasi Change is Good (doc: angieserra.com) 

Saya memang seorang yang pendiam dan tidak punya banyak omong. Tapi kalau ada sesuatu yang tidak beres atau tidak suka dengan situasinya, maka saya pun akan bersikap. Satu sikap yang sering saya lakukan adalah dengan diam kalau tidak ada pilihan lain atau mundur. Saya lakukan itu karena saya bukan seorang Malaikat yang bisa mengubah keadaan dan juga saya tidak mau disakiti. Jadi kalau situasinya sudah tidak nyaman buat saya untuk berkembang, yaa saya harus pindah atau berhijrah untuk mencari yang lebih baik.

Saya tidak suka tinggal berlama-lama di tempat yang tidak nyaman dan menahan sakit atau kepedihan. Pasti saya akan ngomel-ngomel terus, kayak orang yang sedang senewen. Daripada saya jadi stress, apa enaknya. Mending nikmati saja masa-masa di saat saya bisa. Sebaliknya cabut dan tinggalkan kalau sudah cukup waktunya dan move on ke tempat yang lain. Jadi saya memang tidak suka memaksakan kehendak diri sendiri. Termasuk juga di dalamnya saya ingin terus berkembang dan mencari hikmah atau sisi positif pada setiap kesempatan.

Maaf, Kalau Mau Pinjam Uang ke Bank Saja


 Ilustrasi I am not a Loan (doc: petitions.moveon.org)

Terus terang saya tidak suka kalau ada orang mau pinjam uang. Kenapa?, karena saya sendiri masih butuh uang. Daripada saya kebingungan sendiri saat saya memerlukannya, lebih baik dari awal saya katakan tidak. Saya tidak mau munafik dan saya tidak ingin marah-marah ke orang lain ketika saya datang untuk menagih uangnya. Lebih baik tahu sama tahu saja, kalau mau pinjam uang yaa ke bank, karena disana gudangnya uang. Mau pinjam berapa saja silakan, saya tidak mau tahu.

Saya ingin hidup saya tenang, tidak diganggu oleh hutang piutang, karena resikonya berat bagi saya kalau mau minjamin uang. Bukan apa-apa, uang saya berputarnya sangat cepat. Kalau sampai terhenti di salah satu aliran, apa saya  tidak repot sendiri. Belum tentu kalau ditagih gampang dan langsung dikasih. Seringnya yang punya uang, malah seperti pengemis, layaknya orang yang meminta-minta agar uangnya dikembalikan. Padahal itu uangnya sendiri.

Sabtu, 07 November 2015

Pak Jokowi, Dulu Budget Bulanan Saya pun Sering Jebol


Ilustrasi Budget Cut (doc: harianpilar.com) 

Membaca berita akhir-akhir ini mengenai kondisi APBN yang sudah cukup genting, karena penerimaan pajak masih jauh dari harapan yaitu baru 774,4 triliun atau sekitar 60%dari target sekitar Rp 1,295 triliun. Keadaan ini telah  membuat Presiden Jokowi khawatir APBN kita bakal jebol. Hal ini mengingat proyek infrastruktur sedang digenjot habis-habisan di satu sisi. Sedang disisi lain berharap penerimaan pajak bisa ditingkatkan, sehingga ada keseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan.

Kalau penerimaan negara ternyata jauh dari rencana dana yang dikeluarkan, wajarlah Pak Jokowi sebagai Presiden merasa khawatir. Makanya menjelang akhir tahun pun beliau harus ancang-ancang apa yang harus dilakukan. Tentunya strategi penghematan sangat diperlukan untuk mengantisipasi semuanya itu atau dengan cara menambah utang baru. Kalau tidak, APBN jebol akan benar-benar terjadi.

Enam Kebiasaan Rutinku di Pagi Hari

Ilustrasi Self Discipline (doc: naqsdna.com)

Melakukan kegiatan sehari-sehari memang seperti menjadi suatu hal yang rutin kalau kita mau mencermati satu-satu. Bisa hal itu sengaja dilakukan, karena sudah biasa, yang akhirnya menjadi kebiasaan. Ada juga yang menyengaja untuk dilakukan agar bisa menjadi suatu kebiasaan yang baru.

Tapi ada juga yang suka-suka saja mengerjakan sesuatu di pagi hari. Jadi biarpun tidak dikerjakan tidak menjadi masalah, karena cuma sekedar melakukannya. Kalau yang sudah menjadi rutinitas ini, yang akhirnya membuat ketagihan kalau tidak dilakukan. Istilah kerennya ada sesuatu yang hilang atau kurang lengkaplah aktivitas sehari-harinya.

Inilah beberapa kegiatan yang biasa aku lakukan:

Kamis, 05 November 2015

Ternyata Menulis itu Mudah

Ilustrasi Pentingnya mengikat ilmu dengan menulikannya (doc: achmatim.net)

Aku baru merasakan nikmatnya bisa menulis. Memang tulisanku sekedar curhat atau tulisan asal-asalan, tapi lumayanlah sehari bisa menyelesaikan 3 tulisan untuk hari ini. Jadi bulan November ini mungkin tulisanku bisa banyak sekali, karena mood menulisku sudah mulai tumbuh. Walaupun belum benar-benar mencapai tingkat prima. Tapi sudah lumayanlah, karena sekarang aku semakin mudah dalam menggoreskan penaku di blog ini. Memang tidak semua tulisan aku share ke publik, karena banyak yang personal. Terutama untuk dunia tulis menulis ini dan rahasia dibalik itu, yang mungkin belum saatnya saja.

Aku yakin lambat laun aku bisa menulis banyak sekali dalam satu bulannya dan siap untuk menjadikannya menjadi sebuah buku. Ini yang sedang aku kondisikan untuk menjadi seorang penulis yang serius atau serius menulis. Karena memang pekerjaan seorang penulis itu, yaa menulis dan menulis. Bukan ngomong atau tidur saja. Dengan menulis, maka seorang penulis akan menghasilkan karya dan memberikan makna bagi kehidupannya dan bagi orang lain kalau tulisan itu bisa bermanfaat. Bukan sekedar tulisan yang membuat kemarahan orang lain atau munculnya dendam yang tidak berkesudahan.

Rabu, 04 November 2015

Orang Pinter vs Orang Biasa dalam Business Networking


Ilustrasi Business Networking, Are You Doing it Rights? (doc: get2biz.com)

Banyak orang yang terjun dalam dunia bisnis networking mengeluhkan kalau mempunyai anggota dalam groups nya merasa pinter atau sok pinter. Kenapa? Katanya orang yang merasa atau mengaku pinter itu banyak nanya dan terlalu kritis. Semuanya mau ditanyakan kenapa dan bagaimananya. Ujung-ujungnya malah tidak melakukan kerjaan yang menjadi tugasnya. Itulah sebabnya orang yang mengaku pinter atau terlalu pinter, sangat sulit untuk diajak Just Do It, suatu kata yang menjadi andalan untuk segera menjalankan apa yang sudah digariskan.

Lain halnya bagi yang biasa-biasa saja, mereka tanpa ragu langsung tancap gas. Bahkan tidak ada basa basi lagi, terus melakukan apa yang disuruh, karena tidak ada pilihan. Jadi mereka siap untuk berjibaku kapan saja dan dimana saja. Makanya orang yang biasa-biasa saja seringnya lebih berhasil daripada orang yang pinter dalam bisnis.

Membandingkan Unit Link vs Deposito Sama Dengan Membodohi Masyarakat

Perlu dan Jangan dalam Investasi Saham(doc: kreditgogo.com)

Itulah judul tulisan dari seorang Perencana Keuangan, Aidil Akbar yang saya baca di Detikfinance edisi 3 November 2015. Tulisan lengkapnya bisa dibaca disini. Saya suka sekali membaca tulisan ini, karena selama ini saya seperti terhipnotis oleh omongan dari para Trainer dan Leader dari suatu perusahaan asuransi yang mengatakan bahwa program mereka, Unit Link jauh lebih bagus karena memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding kalau kita menyimpan uangnya di bank dalam bentuk deposito. 

Apalagi dengan penekanan investasi mereka pada bluechips, yang konon kualitas saham yang paling bagus telah membuat saya menerima tanpa ada banyak pertanyaan ini dan itu. Kebetulan istilah bluechips bukan hal yang asing di telinga saya, karena saya juga menekuni dunia investasi pasar modal. Jadi apa yang didiskusikan, saya bisa menangkap dan meresponnya, paling tidak mengangguk sebagai tanda setuju dan okay.

Wow!, Bisa-bisanya sampai Tertidur di Angkutan Umum

Ilustrasi Busway (TransJakarta), doc: antaranews.com

Aku sungguh tidak menyangka sampai tiga kali tertidur di busway atau TransJakarta (TJ) dan aku harus balik karena sudah kebablasan sampai di ujung. Jadi tidak ada cara lain, selain aku harus bayar ongkosnya lagi. Lucu atau memalukan ya? Entahlah, rasanya begitu dapat tempat duduk dan melihat kanan kiri aman, aku langsung tertidur pulas. Bayangin naik dari Dukuh Atas bisa sampai bablas ke Ragunan, kalau tidak karena mengantuk sekali rasanya tidak mungkin. Mirip sekali terkena bius. Padahal seharusnya aku turun di halte Jati Padang. Untung aku tidak bawa uang banyak, sehingga tidak ada barang yang hilang. Semuanya utuh.

Seingatku untuk route Dukuh Atas - Ragunan sudah dua kali ini. Dan satunya lagi route Ragunan - Monas, sementara aku mau transfer di Sarinah daripada aku ke  Dukuh Atas karena males jalan. Eh malah ketiduran, aku langsung dibawa ke Halte Monas. Celakanya aku lupa nanya, route mana yang harus kuambil, aku langung naik saja busway berikutnya. Waduh bus TJ justru membawaku menjauh dan aku dibawa ke Harmoni, transit yang terdekat. Aku jadi ngomel-ngomel sendiri, karena ketledoranku.

Selasa, 03 November 2015

Jangan Tergiur dengan Ilustrasi dari Perhitungan Hasil Asuransi

Ilustrasi tentang Asuransi (Are You Covered) doc: asuransicerdas.com

Itulah kesimpulan akhir yang bisa saya peroleh setelah berkecimpung dan mendalami dunia asuransi. Ternyata semua itu tergantung pada kendaraan yang dipakai untuk mencapai tujuan dan kondisi saat ini. Belum tentu apa yang diomongkan oleh agen asuransi itu benar adanya, terutama yang menyangkut tabungan, investasi, dana pendidikan dan dana pensiun. Lebih baik persiapkan juga dana sampingan untuk mengantisipasi berbagai penyimpangan hasil yang ada.

Sebaliknya untuk dana kesehatan kalau kita terkena sakit, cacat tetap total dan meninggal, semua yang tertera dalam polis bisa diklaim sesuai dengan plafon yang kita pilih. Pihak asuransi pun, insha Allah akan membayar semua klaim nya asal apa yang kita lakukan sesuai dengan prosedur. Kalau semua total biaya itu ternyata lebih besar dari plafon yang kita pilih, tentunya kita juga yang akhirnya harus membayar sisa dari biaya itu. Maka lebih baik jaga kesehatan, agar penyakit yang diderita tidak begitu parah, sehingga semua biaya-biayanya bisa dicover oleh asuransi.

Minggu, 01 November 2015

Fenomena Deadliners

Ilustrasi tentang Dealiner (doc: oswego.edu)

Sebenarnya ini istilahku sendiri yang aku pakai untuk menyebut orang-orang yang suka memberesin tugas-tugas atau assignments nya menjelang akhir atau penutupan. Aku termasuk di dalamnya, karena berbagai kesibukan akhirnya tidak ada pilihan lain untuk bisa menyelesaikan tugas-tugas menjelang akhir atau penutupan. Masih mending ikut daripada tidak sama sekali, walaupun itu sebenarnya sekedar untuk menghibur diri, karena tidak bisa menyelesaikannya cepat.

Entahlah terkadang memang ide yang tidak muncul atau karena kesibukan yang menyita, maka otak pun tidak bisa dipakai untuk berpikir. Jadilah menjelang DL baru sibuk ketak-ketik, bahkan sampai lembur-lemburan. Apa boleh buat itu yang baru bisa dilakukan. Anehnya kebiasaan itu akan terus berulang dan rasanya tidak pernah ada perbaikan atau usaha untuk menjadi lebih baik dalam pengaturan waktu dan penyelesaian tugas-tugas.

Menulis itu Harus Dipaksa?


Ilustrasi Menulis dengan Hati (doc:       )

Iya, untuk sementara ini, karena aku sudah lama vacum dalam dunia tulis menulis. Maka satu-satunya cara adalah dengan memaksa diri untuk menulis. Itu yang sedang aku lakukan saat ini untuk mengembalikan feel menulisnya. Semoga dengan berjalannya waktu, aku menjadi lebih lancar dan lincah seperti dulu. Tidak apalah sekarang ini aku lakukan, karena tidak ada cara lain. Berusaha mencari penghasilan tambahan dengan cara lain, ternyata tidak bisa. 

Beruntung aku tidak punya klien orang lain, jadi kekecewaan itu sedikit terobati. Bayangkan kalau aku punya banyak klien, tentu aku akan ngomel-ngomel nggak karuan.  Dan aku pun akan terus menerus mendengar kebohongan demi kebohongan setiap harinya. Sementara dalam kenyataannya bertolak belakang dan tidak benar. Itulah yang baru saja aku temukan, ketidakcocokan antara apa yang diucapkan dengan kenyataan yang ada. Makanya aku lebih baik menghindar dari semuanya itu dan berusaha mencari jalan yang lainnya. Dan menulis itu mungkin jalan yang terbaikku saat ini, karena aku berjuang dan bergerak sendiri tanpa ada boss di atasku.

ANTAM sebagai Land Mark


Ilustrasi PT ANTAM (ANEKA TAMBANG),doc: bisnis.liputan6.com 

Entah kenapa aku merasa bangga kalau menyebut rumahku dekat dengan  Antam. Itu lho PT ANEKA TAMBANG (ANTAM) yang ada di Jalan TB Simatupang atau berlokasi di Tanjung Barat. Perusahaan ini sudah menjadi perusahaan yang terbuka (Go Public), sehingga sahamnya bisa dijualbelikan lewat pasar modal. Makanya sebagian sahamnya sudah dimiliki oleh masyarakat (35%) dan tentunya sebagian besarnya masih dimiliki pemerintah (65%), karena perusahaan ini memang termasuk salah satu BUMN. Cuma sayangnya perusahaan ini dalam laporan keuangannya mengalami kerugian tahun ini. Bahkan statusnya untuk periode Agustus 2015 - Februari 2016 ini sudah tidak masuk lagi dalam kelompok LQ45.