Minggu, 01 November 2015

Fenomena Deadliners

Ilustrasi tentang Dealiner (doc: oswego.edu)

Sebenarnya ini istilahku sendiri yang aku pakai untuk menyebut orang-orang yang suka memberesin tugas-tugas atau assignments nya menjelang akhir atau penutupan. Aku termasuk di dalamnya, karena berbagai kesibukan akhirnya tidak ada pilihan lain untuk bisa menyelesaikan tugas-tugas menjelang akhir atau penutupan. Masih mending ikut daripada tidak sama sekali, walaupun itu sebenarnya sekedar untuk menghibur diri, karena tidak bisa menyelesaikannya cepat.

Entahlah terkadang memang ide yang tidak muncul atau karena kesibukan yang menyita, maka otak pun tidak bisa dipakai untuk berpikir. Jadilah menjelang DL baru sibuk ketak-ketik, bahkan sampai lembur-lemburan. Apa boleh buat itu yang baru bisa dilakukan. Anehnya kebiasaan itu akan terus berulang dan rasanya tidak pernah ada perbaikan atau usaha untuk menjadi lebih baik dalam pengaturan waktu dan penyelesaian tugas-tugas.

Anehnya menjelang detik-detik terakhir, baru muncul karya dan hasil dari para deadliners untuk bisa berpartisipasi. Celakanya kalau listrik mati atau internet down, praktis apa yang diharapkan menjadi kacau balau. Bisa-bisa kita cuma gigit jari, karena apa yang diperjuangkan sejak awal menjadi sia-sia. Itulah resikonya. Tapi tetap saja banyak yang melakukannya. Bahkan seperti sudah membudaya dan banyak lagi temannya.

Apalagi ketika dulu masih menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, cara-cara menyelesaikan tugas-tugas menjelang titik akhir tidak pernah absen. Pokoknya yang namanya nglembur itu sudah bukan rahasia lagi, hampir semua melakukannya. Ada memang yang bisa menyelesaikannya cepat sebelum deadline, tapi kebanyakan adalah sama, pecinta sistem SKS, yaitu Sistem Kebut Semalam, mirip cara-cara yang dilakukan Bandung Bondowoso, harus selesai sebelum ayam berkokok. Tapi bagi mahasiswa sedikit beda, mereka harus selesai pada jam pelajaran atau saat ujian itu tiba.

Itulah budaya atau kebiasaan yang sudah melekat dan mungkin masih akan terus berlangsung sampai anak cucu kita? Yang jelas pola bekerja seperti itu masih disenangi oleh banyak orang, termasuk aku sendiri sebagai salah satu pelakunya. Keanehan atau kekeliruan yang masih terus akan dipertahankan. Luar biasa, bukan? Haruskah ada revolusi mental untuk merubah kebiasaan jelek ini? atau biarkan saja?. Nanti akan berubah sendiri kalau dirasa perlu, karena semua itu akan kembali ke pribadi masing-masing. Buktinya ada yang bisa menyelesaikan tugas-tugas atau proyeknya di awal waktu, alias sebelum DL nya.

Yang jadi masalah bisakah aku berubah ke arah yang lebih baik dalam menyelesaikan tugas-tugas atau berbagai proyek sebelum waktunya? Coba saja siapa tahu feel menulisnya sudah bangkit. Jadi tidak ada lagi halangan untuk menulis, sehingga semua bisa berjalan dan mengalir secara natural. Mumpung belum akhir tahun atau menjelang tahun baru, aku mencoba untuk terus menulis, dengan harapan semua pengalaman dan latihan yang aku lakukan bisa memberi kemajuan yang luar biasa. Akhirnya saat menjelang tahun baru, aku sudah bisa menulis dengan mudahnya.

Ini harapanku dan aku bisa naik kelas menjadi murid yang rajin menulis dan menghasilkan karya. Tidak mengapa untuk saat ini masih sedikit pembacanya, tapi lambat laun aku yakin pembaca setiaku akan terus meningkat daripada aku tidak berusaha sama sekali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar