Rabu, 04 November 2015

Membandingkan Unit Link vs Deposito Sama Dengan Membodohi Masyarakat

Perlu dan Jangan dalam Investasi Saham(doc: kreditgogo.com)

Itulah judul tulisan dari seorang Perencana Keuangan, Aidil Akbar yang saya baca di Detikfinance edisi 3 November 2015. Tulisan lengkapnya bisa dibaca disini. Saya suka sekali membaca tulisan ini, karena selama ini saya seperti terhipnotis oleh omongan dari para Trainer dan Leader dari suatu perusahaan asuransi yang mengatakan bahwa program mereka, Unit Link jauh lebih bagus karena memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding kalau kita menyimpan uangnya di bank dalam bentuk deposito. 

Apalagi dengan penekanan investasi mereka pada bluechips, yang konon kualitas saham yang paling bagus telah membuat saya menerima tanpa ada banyak pertanyaan ini dan itu. Kebetulan istilah bluechips bukan hal yang asing di telinga saya, karena saya juga menekuni dunia investasi pasar modal. Jadi apa yang didiskusikan, saya bisa menangkap dan meresponnya, paling tidak mengangguk sebagai tanda setuju dan okay.

Dogma itulah yang berulang-ulang diajarkan ke agen-agen yang baru bergabung, untuk meyakinkan bahwa mereka punya program tabungan buat nasabah yang jauh lebih baik. Memang high risk, high return dan syaratnya tidak boleh diambil dalam kurun waktu tertentu, paling tidak 2 tahun. Karena saya warga baru di asuransi tersebut, saya pun menerima saja informasi itu tanpa reserve (penolakan).

Saya sendiri memang tidak ingin uang saya didepositokan di bank, karena alasan yang simple sebenarnya. Kalau sewaktu-waktu saya butuh, saya tidak bisa dengan bebas mengambil uang dan menggunakannya. Apa enaknya uang punya sendiri, tapi mau pakai malah terkena  denda. Itu salah satu alasan kenapa saya tidak suka deposito.

Makanya saya mencari alternatif lain untuk melipatgandakan uang saya. Saya tidak mau terikat oleh apapun dan kapan saya membutuhkannya uang itu ada. Dan alternatif itu jatuh pada pasar modal. Saya terus mempelajari seluk beluk berinvestasi dan berbagai strategi yang bisa saya kembangkan. Pokoknya saya pingin uang saya bisa berkembang dan saatnya saya membutuhkan uang itu ada. Tidak perlu harus menunggu 1 - 2 tahun untuk mendapatkannya dan satu lagi tanpa denda.  

Setelah saya merasa mantap, karena sudah belajar banyak tentang dunia investasi ini, saya pun memberanikan diri untuk berinvestasi disana. Saya mencoba membeli saham dengan kriteria yang bagus-bagus sesuai dengan kantong saya. Karena dana yang terbatas, saya baru bisa menabung saham. Saya mencoba menyisihkan uang sebisa mungkin untuk membeli saham-saham unggulan. Setiap ada tambahan uang, saya mencoba menambahkannnya. Sedangkan untuk saham yang bukan unggulan saya hanya membeli 1 lot sebagai test case.  

Dengan berjalannya waktu saya sedikit tahu dan paham, mana saham-saham yang bagus dan mana yang kurang. Saya bahkan mencoba untuk menghindar membeli saham yang kurang dan tidak bagus. Bukan apa-apa, saya maunya berinvestasi, kenapa saya mesti buang-buang uang yang tidak perlu. Katakanlah dikasih pun kalau saham itu tidak bagus, saya belum tentu mau, karena akan mengotori portfolio saya.

Tiba pada suatu saat (dalam beberapa minggu ini), saya membaca berita tentang perusahaan asuransi yang mengoleksi saham-saham yang dimilikinya. Saya mencoba mengikuti dengan seksama dan memeriksanya satu per satu saham-saham tersebut. Total saham yang dimilikinya ada 11 jenis saham dengan 2 saham yang harganya sudah tidak bergerak naik beberapa hari. Ada 1 saham juga yang harganya bagus, tapi transaksi yang terjadi cuma 1x, yaitu bid atau offer saja. Hmmm, aneh bin lucu menurut saya, saham dengan harga ribuan tapi tidak banyak diminati investor. Jangankan banyak, cuma 1x saja kok. Berarti ada sesuatu dengan saham ini, kenapa dan apa yang membuatnya bisa sampai seperti ini?

Okay, terus saya coba lanjutkan ke 7 saham-saham yang lainnya. Saya perhatikan satu per satu saham yang ada dan cek juga harganya, rasa-rasanya saham ini bukan yang menjadi incaran banyak orang. Apalagi kalau dikaitkan dengan permintaan yang lagi in di masyarakat. Malah anehnya saham-saham yang dimiliki kebanyakan dalam dunia pertambangan yang sekarang ini justru sedang turun dan harganya merosot.  Ada memang saham sejenis perumahan dan financial (keuangan), tapi ternyata juga bukan saham pilihan. Waduh kok yaa begini Manager Investasi dalam memilih saham-saham yang mau dipakai buat kepentingan nasabah, pikir saya.

Padahal kalau hanya mau memilih saham-saham yang murah, khan mereka bisa memilih saham yang bagus, sehingga bukan hanya pihak perusahaan dan tenaga pemasar saja yang memperoleh imbalan yang bagus. Tapi juga nasabahnya. Kalau isinya seperti yang saya sebutkan tadi, saya justru melihat pihak nasabah yang akan gigit jari, karena apa yang diinginkan mungkin tidak bisa terwujud. Kecuali kalau kondisi ekonomi kita benar-benar sedang booming, maka nasabah akan kecipratan. Tapi kondisi yang kurang menguntungkan, mereka lah yang pertama kali menjadi sasaran empuk.

Lha mending disimpan di deposito saja dapat uang yang pasti biarpun sedikit. Inikah yang katanya nasabah dapat imbalan yang melebihi dari tingkat inflasi? Kalau saya menyebutnya sih jatuhnya malah sama atau bahkan negatif. Apa tidak gigit jari dengan pilihan unit link dengan kendaraan investasi yang seperti bajaj. Mau jalan saja sempoyongan, bagaimana mau lari kencang?.

Itulah yang akhirnya saya tidak bisa bertahan dan bergabung dengan mereka untuk mengejar karir disana. Saya merasa tidak nyaman untuk menyakiti nasabah dan membohonginya, dengan alasan yang mulia,yaitu berusaha membantu perencanaan keuangan nasabah (masyarakat). Kelihatannya mulia tugas mereka, tapi dibalik itu tersirat bahwa besar kemungkinan apa yang mereka rencanakan tidak bisa tercapai.

Kenapa? Karena kendaraan yang dipakainya tidak lebih dari sejenis bajaj yang jalannya lambat, dibanding mercy atau lexus yang baru keluar dari show roomnya. Apalagi kalau bajaj nya sudah tua, mungkin jalannya saja sudah sempoyongan dan terseok-seok.

Mari kita lihat akhir tahun bagaimana hasilnya nanti yaa? Apakah hasilnya akan sesuai dengan  yang mereka inginkan atau jauh dari prediksi. 

Kalau prediksi saya sudah jelas dari awal, makanya saya tidak semangat lagi untuk mengejarnya. Jadi itu sebagai sikap yang benar-benar mencolok, bukan karena saya muntaber (mundur tanpa berita) dan hipertensi (hilang pergi tanpa permisi). Tapi karena perusahaan tidak bisa memberikan yang terbaik buat nasabahnya, yang menurut saya jelas tidak adil. Bagi saya nasabah berusaha untuk dirangkul sebanyak-banyaknya, sayangnya pada saat yang sama tidak diberi nutrisi yang bagus.    

Maaf, saya miris memang. Jadi apa yang Bang Aidil Akbar katakan dalam judul tulisan diatas, saya sangat setuju. Mengingat Unit link apalagi dalam bentuknya equities atau saham, secara teori memang bisa memberikan hasil yang lebih. Tapi dalam kenyataan di lapangan, hasilnya bisa lebih, sama dan bahkan kurang, alias negatif tergantung bagaimana kondisi ekonomi kita dan pengaruh global. Makanya perlu hati-hati dalam memilih kendaraan yang mau dipakai. Semakin baik kendaraannya, tentu semakin cepat sampai  tujuan dan lebih tahan dari goncangan, dibanding kendaraan yang kurang bagus.

Sekedar berbagi dan urun rembug.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar