Sabtu, 31 Oktober 2015

Membayangkan Gramedia Mengijinkan Pengunjung untuk Membaca dan Meringkas di Tempat

Ilustrasi Toko Gramedia (doc: jateng.tribunnews.com)

Sebagai seorang yang gemar membaca buku-buku, saya selalu ingin mengupdate ilmu  setiap saat dengan membaca buku-buku baru. Sayangnya rumah saya kecil dan sudah bertumpuk buku dimana-mana, sehingga saya sendiri merasa kesulitan mau dimana buku-buku saya ditaruhnya, karena sudah seabreg banyaknya. Bahkan hampir di setiap meja pasti ada setumpukan buku saya.

Belum lagi saya mempunyai karya (tulisan) di blog Kompasiana yang sudah 400 an artikel plus tulisan di blogspot ini yang juga sudah lumayan banyak. Rencana untuk menerbitkan tulisan-tulisan saya pun akhirnya tertunda, karena keterbatasan tempat yang saya miliki. Saya sudah membayangkan akan seperti apa nantinya rumah saya dengan tambahan buku-buku yang akan diterbitkan. Pasti penuh sekali.

Selasa, 27 Oktober 2015

Pulsa sudah Menjadi Kebutuhan, Kenapa Masih Sering Ngebon?

Cash and Carry (doc:   )

Sudah tidak diragukan lagi kalau pulsa telah menjadi suatu kebutuhan untuk komunikasi sekarang. Tidak peduli usianya. Boleh dibilang hampir semuanya membutuhkan, dari anak-anak sampai orang dewasa. Sayangnya banyak orang yang tidak memasukkan biaya itu kedalam budgetnya. Apalagi kalau pemakaiannya super aktif, mau tidak mau kebutuhan itu terus meningkat dan mendesak. Belum lagi kalau uangnya juga habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan lainnya, karena lapar perut atau lapar mata. Akhirnya saat pulsa sudah habis, mereka kelabakan dengan nabrak sana dan nabrak sini mau berhutang. 

Inilah ciri kebanyakan dari orang kita yang suka menyepelekan budget atau kebutuhan. Mereka menganggap gampang nanti utang atau minta kirimin dulu. Bayar belakangan.

Minggu, 25 Oktober 2015

It's a Must untuk Mengelola Keuangan dengan Bijak demi Masa Depan yang Lebih Baik

Ilustrasi tentang Goal yang harus diikuti oleh suatu Perencanaan (doc: SLI)

Tidak ada pilihan lain kalau kita ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik di masa depan adalah dengan mengelola keuangan secara bijak. Tanpa pengelolaan keuangan secara bijak, kita akan sulit mencapainya secara maksimal. Bisa dicapai memang, akan tetapi hasilnya akan lain apabila kita mau melakukan perencanaan atau pengelolaan secara baik.

Hal ini karena pengelolaan keuangan yang bijak, tidak bisa dilepaskan dengan pengendalian keinginan yang bermacam-macam untuk kemudian dialihkan ke suatu tindakan penghematan dan pengekangan nafsu sementara untuk tujuan yang lebih besar di masa depan.

Rabu, 21 Oktober 2015

Belanja Online? Belum Pede tuh


Online Store (Doc: eserzone.com)

Walaupun saya sudah berinternet ria lama banget, bahkan mungkin sudah kecanduan, tapi kalau disuruh belanja dengan cara online ternyata belum merasa siap. Entahlah saya masih belum berani dan masih banyak tanda tanya dengan tokonya atau kurir yang akan membawa barang kiriman saya. Saya masih lebih suka belanja langsung di toko dan melihat sendiri barangnya, sehingga saya bisa yakin kalau saya benar-benar menerima dan membayar barangnya. Jadi jangan harap saya mau belanja online di Lazada, Tokopedia atau Bukalapak serta toko virtual yang lainnya.

Ini salah satu kisah saya dapat paket/kiriman. Dari pihak pengirim bilang, barang sudah dikirim. Eh ternyata tidak nyampai-nyampai. Saya tanyakan kepada si pengirim, kenapa kirimannya belum sampai hingga sekarang. Tentunya mereka kaget, lha sudah dikirim lama dan ini bukti pengirimannya. Terus saya menanyakan sama kurir atau agent pengiriman J** pada cabang yang terdekat dengan membawa bukti pengiriman, mereka pura-pura tidak tahu dan tidak mau bertanggung jawab. Katanya kami beda agent dan masing masing tidak bertanggung jawab satu sama lain, karena ini franchise.

Selasa, 20 Oktober 2015

Bener Nggak sih Istilah "Bermain Saham?"

Saat kami sedang mengambil kelas Investasi Cerdas di Pasar Modal (doc: Ranii Roviaranny)

Sekitar 2 minggu yang lalu saya sedikit kasih ceramah kepada seorang teman, eh bukan dink menasehati tentang istilah yang dipakai untuk BERMAIN SAHAM. Terus saya bilang kalau bisa istilahnya jangan bermain saham, tapi berinvestasi atau berbisnis saham. Kalau kita menggunakan istilah bermain saham, nanti dikhawatirkan hasilnya juga main-main. Yang benar adalah kita berinvestasi atau trading (jual beli) saham, karena itu bagian dari bisnis. Untuk itu, mau tidak mau bisnis dan investasi kita harus dikelola dengan serius, bukan dengan cara main-main.

Makanya kita perlu belajar dan mendalami lebih dahulu, apa dan bagaimana kita berbisnis (trading) dan berinvestasi saham. Tujuannya agar kita paham, sehingga dalam menjalankannya juga bisa hati-hati dan serius. Memang keuntungan yang diharapkan bisa luar biasa, tapi resikonya juga tinggi. Makanya orang sering menyebutnya dengan high  return, high risk. Dengan kita belajar lebih dahulu, high risk yang ada dalam dunia saham itu bisa diminimalisir, tidak asa-asalan yang akhirnya orang akan melihatnya sebagai judi karena berdagang dan berinvestasi tanpa dilandasi oleh ilmu.

Tips Berinvestasi Saham Secara Cerdas

Sebagai orang yang berusaha ingin melipatgandakan kekayaannya dalam hal ini uangnya, saya selalu berusaha mencari berbagai cara untuk bisa melakukannya atau mewujudkannya. Hal ini karena saya tidak mungkin untuk bekerja nonstop atau 24 jam per hari. Sebagai gantinya saya ingin uang saya yang akan bekerja untuk saya. Dengan demikian, saya tidak perlu capek-capek mengurus ini itu. Biarkanlah mereka bekerja untuk saya dan saya tahunya beres. Plus setiap tahun saya dapat menerima bagi hasil atau deviden.

Investasi yang saya maksud disini adalah berinvestasi saham di pasar modal. Kebetulan saya mempunyai profil resiko yang tinggi, dengan harapan saya pun memperoleh return (imbal hasil) yang tinggi pula. Jadinya klop khan? Saya sungguh tidak sabar kalau harus menyimpan uang saya di tabungan atau deposito, biarpun aman. Tapi hasilnya kecil plus kena pajak lagi. Apa tidak menjadi sangat kecil imbal hasil yang kita peroleh. Belum lagi dengan inflasi yang terus naik setiap tahun. Bisa-bisa nilai uang saya secara riilnya malah berkurang.

Senin, 12 Oktober 2015

Inilah Situasi Menjalang Akhir Tahun: Kejar Tayang (Target, Deadline, Resolusi, Budget)

Saya tidak tahu apakah hal ini sudah menjadi kebiasaan dan bahkan budaya? Banyak orang berusaha menyelesaikan proyek-proyeknya menjelang akhir tahun. Begitu juga dengan budget-budget yang masih belum banyak dipakai, tapi menjelang akhir tahun mendadak semua menjadi sibuk dan ikut aktif. Saya tida tahu apakah selama ini memang belum/tidak ada kesibukan? atau dana yang memang belum turun. Sementara tahun depan sudah diambang pintu untuk segera dibuka. 

Tak ketinggalan pula bagi para mahasiswa mendadak jadi ikut sibuk menjelang akhir tahun atau akhir semester. Mereka terlihat sibuk sekali dengan tugas-tugas akhirnya. Anehnya pada awal-awa tugas diberikan, mereka (mahasiswa) sama sekali tida tergerak untuk merampungkannya. Tapi justru menjelang akhir semester atau DL, ide-ide datang berhamburan mendatangi mereka, maka pantaslah kalau mereka ingin menyelesaikannya dalam satu malam. Sistem Kebut Semalam pun masih juga berlaku hingga saat ini. Makanya tidak aneh, kalau warnet, jasa pengetikan, dan fotocopy ikut juga dilibatkan untuk bersinergi dengan mereka. Praktis sekali kesibukan terlihat dimana-mana.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Contributing to Indonesia through Stock Market

 

Beruntung sekali saya bisa hadir pada acara Money Brunch 5 yang disponsori oleh Phillip Sekuritas Indonesia untuk para blogger, dengan topik Contributing to Indonesia through Stock Market. Tujuannya diadakan acaranya ini adalah untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya berinvestasi di Pasar Modal sebagai upaya untuk membangun perekonomian Indonesia menjadi lebih baik dan kuat.

Mengingat kondisi pasar modal Indonesia yang ada sekarang ini mayoritas masih dipegang oleh investor asing. Sehingga setiap ada gejolak di pasar global maupun internal (domestik) otomatis mereka akan menarik dananya. Maka rontoklah pasar modal kita karena mereka menarik dananya keluar. Padahal keberadaan dana dalam suatu perekonomian, ibarat darah dalam tubuh yang harus ada pada diri seseorang. Itulah sebabnya Phillip Sekuritas ingin juga mengambil bagian dalam usaha mengedukasi kepada para masyarakat, terutama para blogger.

Acara ini dihadiri oleh Bapak Nicky Hogan dari Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia; Arsya seorang Blogger, Indrasto Budisantoso, founder Jojonomics, Bapak Daniel Tedja sebagai Presiden Direktor Phillip Sekuritas Indonesia dan Bapak Rhenald Kasali. Sayangnya Bapak Rhenald Kasali tidak bisa hadir pada acara ini, sebagai gantinya dia memberikan rekaman video yang berjudul Marketing in Crisis.

Inilah kesan saya tentang dunia pasar modal. Bagi saya dunia pasar modal adalah bukan hal yang benar-benar baru, karena saya sudah beberapa kali datang untuk mengambil kelas Pasar Modal. Disamping itu saya juga mencoba aktif dengan mencari tambahan informasi dengan bergabung di groups tentang pasar modal yang saya peroleh dari internet. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah saya juga mengimbanginya dengan membaca buku-buku.

Dari sanalah akhirnya saya mempunyai keberanian untuk melangkah dan mencoba berinvestasi di pasar modal. Tanpa ada bekal ilmu yang saya punyai, sangatlah riskan. Ibaratnya saya beli kucing dalam karung, membeli sesuatu tapi tidak mengenal dan tahu apa yang kita beli. Jadi intinya, kalau kita mau beli saham, maka belilah saham yang kita kenal dan bagus fundamentalnya. Kalau masih belum percaya diri, imbangilah dengan penguasaan ilmu lebih dahulu sebelum kita praktek langsung. Hal ini sangat penting untuk menghindari kerugian atau resiko yang besar, karena kita asal pilih saham yang kita beli. Bisa saja hal itu karena rumor atau sengaja digoreng biar harganya terus naik. Padahal fundamentalnya mungkin kurang bagus.


Suasana di gedung bei dilihat dari dalam (pribadi)

Namun dari semua yang harus kita perhatikan adalah perlu kesabaran untuk bisa menjadi kaya. Memang imbal hasil kalau kita berinvestasi di pasar modal bisa sangat tinggi. Tapi kita harus bersabar dalam melakukannya. Karena hal ini perlu untuk menghindari jebakan investasi bodong, yang sering sekali kita terkecoh. 

Itulah sebabnya belajar pasar modal butuh kesabaran. Begitu juga butuh kesabaran untuk mendapatkan kekayaan yang berlimpah. Sama halnya kita butuh perjuangan untuk mengendalikan dan mengalahkan diri sendiri, agar kita bisa menyisakan uangnya untuk berinvestasi. Tanpa kita bisa menyisihkan uangnya untuk berinvestasi, sampai kapanpun kita tidak akan bisa menikmati hasil dari investasi kita seberapa bagusnya dunia pasar modal yang kita miliki. 

Akhirnya mulai berinvestasi dengan menyisihkan uangnya yang ada dengan penuh kesabaran, karena semua akan indah pada waktunya.

Gedung bei dari luar (pribadi-bisnis.liputan6.com)