Selasa, 27 Oktober 2015

Pulsa sudah Menjadi Kebutuhan, Kenapa Masih Sering Ngebon?

Cash and Carry (doc:   )

Sudah tidak diragukan lagi kalau pulsa telah menjadi suatu kebutuhan untuk komunikasi sekarang. Tidak peduli usianya. Boleh dibilang hampir semuanya membutuhkan, dari anak-anak sampai orang dewasa. Sayangnya banyak orang yang tidak memasukkan biaya itu kedalam budgetnya. Apalagi kalau pemakaiannya super aktif, mau tidak mau kebutuhan itu terus meningkat dan mendesak. Belum lagi kalau uangnya juga habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan lainnya, karena lapar perut atau lapar mata. Akhirnya saat pulsa sudah habis, mereka kelabakan dengan nabrak sana dan nabrak sini mau berhutang. 

Inilah ciri kebanyakan dari orang kita yang suka menyepelekan budget atau kebutuhan. Mereka menganggap gampang nanti utang atau minta kirimin dulu. Bayar belakangan.
Aku yang kebetulan nyambi jualan pulsa sering kena getahnya. Tolong donk kirimin pulsa dulu, nanti aku bayar. Jeleknya kadang pagi-pagi buta atau malem-malem sms atau telpon minta dikirimin pulsa. Kalau datang langsung bayar masih mending, aku dengan senang hati untuk melayaninya. Tapi ini sudah ngutang pagi-pagi atau malam dibela-belain. Tapi untuk urusan bayar, sering telat dan tidak sesuai dengan janjinya. Pernahkah mereka belanja di Alfa**** atau Indo**** dengan cara berhutang atau kredit?

Terus terang aku sangat tidak suka dengan cara-cara seperti ini. Aturan yang diterapkan di rumah untuk tidak menerima hutangan seakan membuatku tidak berdaya. Padahal uangku sendiri juga tidak banyak, sehingga kalau sampai dipinjam atau ngutang dulu, bisnisku sedikit tersendat. Aku sering ngomel-ngomel sendiri karena tidak berdaya. Mereka mungkin menganggapnya sedikit, tapi kalau UKM dipakai sebagai tempat utangan, khan kasihan. Bukannya dibantu biar berkembang pesat, malah dijadikan sebagai bank, pinjaman tanpa bunga. Belum lagi kalau ditagih lagi keluar kota atau masih juga pingin mundur lagi bayarnya. Duh, enaknya

Inikah kebiasaan atau budaya yang sudah melekat pada sebagian masyarakat kita?, atau hanya karakter seseorang yang bersangkutan saja? Tentunya masih banyak yang tidak melakukan hal seperti itu. Cuma memang kalau kedapatan orang-orang yang seperti ini, nyebelin sekali. Usaha donk barang sedikit untuk jalan dan membayarnya langung. Bukankah itu berarti menyenangkan orang lain? atau lebih baik lagi dengan bayar dimuka atau deposit beberapa ratus ribu dulu, tinggal nanti hitung-hitungan berapa yang dipakainya. Yang jelas tidak ada yang dirugikan dan semua saling menyenangkan.

Anehnya untuk hal yang terakhir ini dengan melakukan deposit lebih dahulu, tidak ada yang mau. Justru sebaliknya maunya ngutang saja dan bayar nanti. Itulah yang sekarang terjadi dan yang aku hadapi. Nyebelin? Pasti donk. Sampai kapankah mereka mau melakukan cara-cara seperti itu?   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar