Rabu, 21 Agustus 2013

[7 Keajaiban Nusantara]: Pulau Komodo, Impianku Bertamasya Tahun Ini

       Object Wisata Flores (doc:wisataku.com)

Sudah cukup lama aku tidak melakukan perjalanan jarak jauh. Boleh dibilang semenjak aku pulang ke Indonesia tahun 2008, nyaris hidupku hanya berkutat di sekitar urusan rumah, kerja, dan bisnis. Memang aku pernah mengikuti training di berbagai daerah, seperti: Jakarta (2009), Malang (tahun 2010), Medan (tahun 2010) dan bahkan ke Beijing, China (tahun 2011). Tapi semua itu ada hubungannya dengan tugas dari dunia kerjaanku. Bukan semata-mata untuk refreshing, walaupun aku bisa juga sedikit untuk ambil nafas dari kesibukan selama mengikuti training itu.

Tapi semata-mata untuk berlibur, belum pernah aku lakukan. Banyak pertimbangan yang harus aku lakukan, misalnya: kalau aku libur kerja, anakku sekolah. Sebaliknya aku kerja, anakku libur dari sekolahnya. Saat waktu libur bersamaan, kami disibukkan oleh urusan bisnis, karena kami tidak mempunyai pembantu. Jadi mau tidak mau kami berdua hanya tinggal di rumah untuk mengurus bisnis. Apalagi kalau musim liburan tiba, bisnis kami justru lebih ramai dari biasanya. Sampai-sampai aku dan Amri tidak bisa kemana-mana. Bahkan ke rumah saudara, sering aku harus memaksakan diri. Kalau tidak kami akan kesulitan mencari waktunya. Itu pun setelah aku kembali dari rumah saudara, banyak yang menanyakannya, "kemarin tutup ya," tanya beberapa pelanggan rutinku.

Jumat, 09 Agustus 2013

Resiko Seorang Sopir Angkutan Umum

 Tegakkan Peraturan Angkutan Umum? (doc:autobild.co.id)

Sebagai seorang pengguna rutin angkutan umum, memang penuh dengan suka duka. Betapa tidak? Kalau beruntung saya kadang dapat tempat duduk. Tapi tidak jarang saya harus berdiri sepanjang perjalanan apabila menggunakan jasa transportasi bus/busway.

Tulisan berikut sekedar share pengalaman yang baru saja saya alami sepulang dari menghadiri Talkshow “Breastfeeding while Working”. Jadi tulisan ini bukan merupakan reportase dari kehadiran saya, tetapi sekedar oleh-oleh. Sayang oleh-olehnya merupakan berita yang sedikit menyedihkan atau menyayangkan. Atau memang karena ulah si sopir yang kurang perhatian atau kurang peka mendengar signal yang ada di sekelilingnya. Akhirnya, yang menjadi korban adalah kami semua, sebagai penumpang dan pihak bus yang dalam hal ini sopir dan kondekturnya.

Enaknya Bersahabat dengan Kawan-kawan, Vegetarian


 Secret behind Indian cooking (doc: secretofindia.com)


Selama kami tinggal di Amerika, kami mempunyai beberapa sahabat yang vegetarian. Kebanyakan mereka memang berasal dari India, yang vegetariannya karena  agama. Sedangkan kami sendiri tidak pernah mempersoalkan, apa agama yang mereka anut. Karena prinsip kami adalah saling menghormati apapun agama yang mereka punyai. Ternyata hal itu membuat kami tidak ada masalah selama kami tinggal di Amerika. Sebaliknya, kami bisa bersahabat dengan siapa saja tidak peduli apa agama yang mereka miliki.


Untuk kawan-kawan yang vegetarian ini, kami malah sudah seperti saudara. Kami sering datang ke rumahnya di New Jersey, sebaliknya mereka juga sering datang ke rumah kami. Tentunya setiap mereka datang ke rumah, tidak serta merta kami bisa menawarkan makanan yang kami masak. Karena kami bukan vegetarian, jadi kami kadang masak sayur dengan olahan daging, ayam, ikan, maupun masakan yang mengandung telur. Mereka sama sekali tidak mau mencobanya, kecuali kalau kami masak dengan bahan dasar tempe, tahu atau yang berasal dari sayuran.  Itu saja yang mereka mau mencicipi.

Kamis, 08 Agustus 2013

Hati-hati Mengambil Uang di ATM Machine: Uang Tidak Keluar, tapi Saldo Berkurang

ATM in Knowledge Machine Use (doc:chinemouse.info)

Pengalaman pahit baru saja terjadi. Aku baru saja ke BNI ATM machine pada hari Jum'at tanggal 2 Agustus, 2013 sekitar jam 2:12, yang berada tidak jauh dari rumahku. Tujuannya sama dengan nasabah yang lain untuk mengambil uang buat persiapan lebaran. Karena mulai besok pagi semua perkantoran, termasuk jasa perbankan tutup. Makanya aku pun ikut ambil bagian memanfaatkan kesempatan itu. Apalagi dalam musim lebaran, biasanya permintaan dalam bisnisku melonjak tajam. Jadi aku berusaha mengumpulkan dana dalam 1 rekening ke salah satu bank yang nantinya dipakai untuk melakukan transaksi. Dengan berharap saatnya aku membutuhkan nanti bisa  berjalan dengan lancar. Dan tentunya aku tidak mau menanggung biaya berlebih, apabila melakukan banyak transaksi karena harus pindah rekening.Untuk itulah aku persiapkan matang-matang, untuk menghadapi transaksi lebaran nanti.

Hmmm, transaksi pertama berjalan dengan lancar dan uang bisa keluar sesuai dengan transaksi. Kemudian aku melakukan transaksi kedua, karena jumlah yang aku inginkan belum cukup. Celakanya, untuk transaksi kedua ini, aku dibuat begitu shocked, karena uang tidak keluar. Tapi saldoku sudah berkurang. Lagi-lagi aku dibuat penasaran, benarkah yang aku lihat di depan mataku, kalau saldo sudah berkurang. Karena aku tidak yakin, aku cek saldo yang kedua kalinya, ternyata sama. Alias saldo berkurang sesuai dengan apa yang aku lihat. Tanpa pikir panjang, aku langsung ke kantor BNI Cabang di Pasar Minggu dengan hati yang was-was tentunya. Karena aku ingat betapa sulitnya mencari uang setiap harinya. Jadi aku menghargai setiap keringat yang keluar untuk menghasilkan uang tersebut.

Rabu, 07 Agustus 2013

Diskriminasi Berdasarkan Umur?

 Colonel Harland Sanders (doc:kolom-biografi.blogspot.com)


Pertanyaan ini sebenarnya muncul karena keusilan saya saja. Kenapa yaa di Indonesia banyak sekali berbagai lowongan kerja, lomba, beasiswa atau bahkan kehadiran suatu event tertentu, dibatasi oleh umur?. Padahal disana sudah dicantumkan jumlah kuotanya, tapi umur masih juga dibatasi atau diperhitungkan. Kenapa bukan dibatasi tempat atau kompetensinya saja?. Seandainya banyak yang mendaftar, khan panitia tetap bisa menyeleksi karena tempatnya yang terbatas atau kemampuannya yang memang tidak cocok atau bahkan over qualified.

Bagi saya untuk mendaftar sesuatu, biasanya sudah memperhitungkan untung rugi, yang seringnya dikaitkan dengan kemampuan. Walaupun kadang, saya juga ingin melakukan sesuatu berdasarkan coba-coba. Ah! siapa tahu bisa atau lolos. Bagi saya seleksi berdasarkan kompetensi atau kuota, jauh lebih fair daripada berdasarkan umur. Termasuk berbagai event yang diumumkan di Kompasiana juga banyak yang dibatasi berdasarkan umur, seperti: beberapa event/acara di Kompas TV dibatasi umurnya sampai 35 tahun, Lomba BIA Jarum dengan batasan umur 35 tahun, Lomba Women Enterprenuer sampai usia 45 tahun, maupun untuk beasiswa dengan batasan umur 35 tahun, ada juga 42 tahun tergantung jenis pendidikannya.

Kenaikan Harga BBM Sungguh Merogoh Kocek

 Inflasi 2013 diperkirakan 8 persen (Doc:antara)


Beberapa hari yang lalu,  saya dan Amri berkunjung ke rumah kakak di Bekasi. Seperti biasanya kami menggunakan transportasi umum untuk bisa sampai kesana. Mulai dari angkot, bus, angkot dan yang terakhir becak. Hmmm, terasa jauh memang kalau dihitung dengan waktu dan capeknya. Belum lagi dengan panas yang menyengat, terasa membakar. Tapi daripada kami berkunjung di bulan Ramadhan, yang mungkin panasnya lebih  menyengat dan menggantang, akhirnya kami tetap mengusahakan kesana.

Baru saja duduk dalam bus, lihat ke depan sudah terlihat daftar tarif yang baru. Bus yang tadinya Rp4500, menjadi Rp 6000. Begitu juga angkot yang tadinya Rp 2000, menjadi Rp 3000. Terus yang semula Rp 3000, menjadi Rp 4000. Becak juga tidak mau ketinggalan, dia pun ingin menaikkan upahnya dari yang tadinya Rp5000 - Rp 7000. Jadi total rata-rata biaya transport naik lebih dari 30%. Saya tidak tahu apakah harga itu bisa diturunkan lagi, karena memang belum ada kesepakatan dari pemerintah. Tapi yang jelas, itulah yang sekarang berlaku.

Menulis adalah Salah Satu Kerja Masa Depan yang Menjanjikan Passive Income (Amal)??


Multiple Streams of Income (doc:passivefamilyincome.com)

Membaca tulisan Bung Havid Hermanu yang berjudul Penuturan Pramudya Ananta Toer tentang Ide-ide Menulis dan Latihan Menulis, di bagian hampir terakhir tertulis “Jadi penulis saingannya tidak berat karena banyak sarjana yang tak suka menulis. Menulis adalah salah satu kerja masa depan yang menjanjikan pasive income,” telah membuat jerih payah saya selama ini sedikit terobati. Apa pasal? Karena dalam tulisan diatas disebutkan bahwa menulis itu adalah salah satu kerja masa depan.

Walaupun saya bukan seorang penulis, tapi saya niatkan kegiatan saya menekuni dunia tulis menulis ini memang untuk kerja masa depan, disaat saya tidak bisa aktif lagi mencari nafkah atau bekerja dengan menggunakan fisik saya. Akan tetapi, saya masih bisa tetap bekerja dan beramal dengan menghasilkan karya yang berupa tulisan dari kegiatan menulis.

Selasa, 06 Agustus 2013

Menulis, Masih Merupakan Kebutuhan Luxuryku

 Penulis Enterpreneur atau penulis sejati? (doc: femalebox-tobipuken.blogspot.com)

Aneh dan mungkin lucu ya? Kenapa menulis dianggap sebagai suatu kebutuhan? Bukankah menulis itu adalah kegiatan yang bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Tidak pandang bulu, dan bahkan tidak perlu modal sedikit pun. Karena menulis bisa dikerjakan di secarik kertas, hp jadul, bahkan di semua media yang bisa digunakan, termasuk gadget yang canggih tentunya. Tapi kenapa mesti dikaitkan dengan suatu kebutuhan? kebutuhan luxury lagi?

Emang tidak bisa diturunkan derajatnya? misal menulis menjadi kebutuhan sehari-hari seperti makan dan minum? atau menulis itu seperti kita membutuhkan vitamin 1×1?. Bisa juga menulis seperti kita minum obat 3×1? dan bahkan menulis bukan merupakan suatu kebutuhan sama sekali dan tidak penting?. Buktinya, banyak orang tidak menulis, tapi hidupnya bisa kaya raya. Terus apa gunanya menulis??  Tidak menulis, orang masih bisa hidup kok. Jadi apalah gunanya menulis dan kenapa dibuat bingung dan pusing dengan dunia tulis menulis ini???

hihihihihi …. pertanyaan inilah yang masih mengganjal di kepala. Kenapa untuk menulis itu aku masih sering kesulitan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa menelurkannya? Bukan karena waktu yang tidak ada sebenarnya. Waktu itu ada karena kita yang mengaturnya, walaupun sama-sama dijatah 24 jam. Tapi itu lho … sulitnya mengatur ide atau mood untuk bisa keluar setiap hari atau sesering mungkin kalau bisa, agar menulis itu benar-benar seperti kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Bagaimana pun caranya. Katakanlah tidak dibayar pun aku mau, seperti yang selama ini aku lakukan dengan kegiatan belajarku menulis ini. Tapi masih juga belum lancar, bahkan sudah dicoba dengan blusukan kemana-mana agar ide atau mood bisa segera diisi, biar fresh atau bahkan bisa munculnya ide-ide baru.

Ah! lagi-lagi memang aku yang kurang kerjaan. Kenapa untk menulis saja dibela mati-matian? Bukankah ada banyak pekerjaan yang lebih baik dan lebih bergengsi dari sekedar menulis? Gajinya juga banyak. Tidak cukupkah itu untuk menghentikan keinginanku untuk bisa dan mau menulis? Terus apa yang ingin kucari dengan kegiatan menulis ini?

Tak tahulah, yang penting saat ini aku ingin bisa menulis. Makanya aku tidak malu-malu untuk belajar dan berusaha terus. Bahkan kalau perlu lembur akan kulakukan, kalau memang ada jaminan aku bisa menulis. Ternyata semua itu, jawabnya tidak ada jaminan. Hanya satu kuncinya, menulis itu ya harus aku sendiri yang melakukan dan mengerjakannya, karena memang menulis itu adalah kerja pribadi yang tidak bisa diwakilkan. Dalam arti, ya memang begitulah yang namanya menulis, harus dijalani sendiri dan ditelatenin sendiri.

Lha karena belum tercapainya keinginanku itulah, makanya menulis masih merupakan suatu kebutuhan luxury, yang untuk mencapainya dibutuhkan kerja keras. Sebab kalau tidak yaa, sampai kapan pun tidak pernah akan tercapai dan tidak bisa dinikmati. Apalagi menginginkan  menulis itu sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hadeuh masih jauh. Biarlah kegiatan menulis itu, sementara kuakui sebagai kebutuhan luxury. Jadi kalau aku tidak menulis pun masih okay dan tidak mengganggu kegiatan sehari-harinya.

Bener tidak? atau malah tidak nyambung yaa tulisannya?, hahahhaha. Iya deh sekedar untuk melancarkan jari-jemariku untuk terus menulis. Tak apalah, mumpung masih ada kesempatan dan waktu untuk belajar.

Salam Menulis

Bangga Menjadi Seorang Blogger

 Blogger to book (doc:bloggertobook.com)

Walaupun tulisanku masih acak-acakan, belum runtut dan belum bisa menulis setiap hari. Tapi anehnya aku bangga kalau mengaku sebagai seorang blogger, dibanding dengan profesi yang lain. Lucu yaa? Karena dengan mengaku seorang blogger, aku bebas untuk menuliskan apa saja, termasuk kisah perjalanan dan pengalamanku, maupun bebas melaporkan apa saja yang terjadi di seklilingku tanpa ada rasa takut. Tentunya tulisanku harus bisa dipertanggungjawabkan, alias tidak asal tulis, tidak untuk membully atau (berusaha) tidak merugikan orang lain. Sebaliknya, aku ingin tulisanku bisa dipakai untuk berbagi ilmu, pengalaman maupun untuk sarana pembelajaran. Huhuhuuhuh indah sekali  tujuannya yaa?

Disamping itu, aku bisa jadi leluasa mengambil gambar-gambar untuk melengkapi tulisanku dan mengeditnya, biar nampak lebih hidup dan sedikit kerenlah. Dibanding kalau berisi tulisan saja, rasanya kurang sedap. Mirip sebuah masakan yang kurang bumbu atau garam. Hmmm jadi ingat, aku pernah baca mengenai hal ini, tapi dimana yaa …. yang mengatakan tulisan akan kurang sedap kalau tidak ada gambarnya.

Negara Kita Suka “Jalan Pintas”?

 
Tidak Ada Jalan Pintas (doc: mobavatar.com)

Saya sungguh suka dengan judul ini. Rasanya benar-benar menggambarkan kondisi bangsa kita sekarang ini, dimana pemerintah atas nama negara justru mengajarkan kita melakukan jalan pintas. Betapa tidak? Karena banyak sekali kalau kita mau metani satu per satu permasalahan yang ada di negeri ini, ujung-ujungnya hanya menyelesaikan masalah sesaat. Bukan malah terus mencari sumber penyakitnya untuk kemudian diobati, biar bisa sembuh total dan bebas dari penyakit sebisa mungkin. Makanya tidak heran kalau penyakit itu kambuh lagi dan mungkin malah lebih parah, karena beban negara  menjadi semakin berat.

Itulah sebabnya  saya kadang bingung melihat jalannya negara ini. Bukan apa-apa, tapi karena sering jalannya bermuka dua. Betapa tidak? Kita disuruh mencintai produk dalam negeri, seperti ajakan dari Kementrian Perindustrian yang dipasang dengan baliho besar di jalan ke arah Lenteng Agung. Tetapi dalam kenyataannya semua produk yang ada di Indonesia adalah hasil dari impor yang menggunakan devisa negara. Bahkan sekarang ini telah mengurasnya karena neraca perdagangan kita sudah negatif, dengan banyaknya produk impor yang masuk dibanding hasil ekspor kita.

Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya

Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya (doc: pinkyangga.wordpress.com)

Membaca tulisan Bang Armand di Kompasiana yang berjudul, Maka Jadilah Penulis yang Disenangi, mengingatkanku sejak awal bahwa aku bergabung dengan Kompasiana, karena ingin belajar menulis dan sekaligus memraktekkannya. Karena aku sudah belajar menulis bertahun-tahun yang lalu, mengikuti kursus tulis menulis. Bahkan aku pun telah dinyatakan lulus dengan predikat baik. Tapi sayangnya aku sendiri tidak pernah memraktekkannya setelah lulus. Akhirnya, aku terasa gagap dalam menulis setelah tersadar karena  tidak pernah praktek.

Padahal mentorku dulu  memberikan komen di tugas-tugas yang diberikan dengan mengatakan bahwa tulisanku bagus. Hanya untuk bisa mewujudkan apa yang aku inginkan, aku perlu rajin menulis dan menulis. Makanya aku bergabung di Kompasiana, agar aku bisa belajar secara langsung, sekaligus memraktekkan. Tidak lebih dan sangat sederhana bukan?.

Maaf, Saya Tidak Bisa Menunggu!!!

 
If You Cannot be on Time, Then Be Early (doc: kamerican.com)

Tulisan ini sekedar intermezo saja, walaupun dalam kenyataannya saya mempunyai sifat seperti itu. Yeah,  saya memang tidak suka menunggu. Bukan apa-apa, karena semua tahu menunggu itu sangat membosankan. Apalagi kalau tidak ada yang dikerjakan. Wah, benar-benar suatu pekerjaan yang tidak saya sukai. Maaf yaa, memang begitu yang saya lakukan, karena saya sangat menghargai waktu. Dan bagi saya waktu adalah sangat berharga, bahkan  melebihi uang. Yes, Time is so precious, makanya jangan main-main waktu dengan saya. Saya akan membatalkan pertemuan itu atau saya lebih baik pulang. Bagi saya itu jauh lebih baik, karena saya juga mempunyai banyak pekerjaan di rumah.

Untuk itu, saya selalu berusaha datang on time, tapi kadang karena macet di jalan atau saya tidak tahu jalan yang akhirnya nyasar, membuat saya datangnya agak melenceng. Tapi saya selalu memberi kabar kalau terjadi apa-apa dengan kondisi di jalanan. Biar mereka pun tahu kalau saya datangnya terlambat. Kasihan menyuruh orang menunggu yang tidak pasti. Sementara mereka bisa melakukan pekerjaan lain yang lebih berguna. Jadi saling menguntungkan sesama, tidak seenaknya sendiri datang telat tidak kasih kabar.

Kreativitas dan Karakter VS Ranking


 
Tulisan ini sekedar opini saya saja, karena melihat sistem pendidikan di Indonesia yang mengarah ke penilaian berdasarkan ranking dengan penekanan pada hafalan dibanding dengan metoda yang menggunakan akal untuk berpikir dalam mencari solusi. Jadi bisa dilihat bagaimana kebanyakan lulusan  adalah textbook thinking, mereka hafal semua yang ada di buku bahkan sampai ke titik koma nya. Sementara otak yang seharusnya dipakai untuk berpikir malah difungsikan sebagai gudang untuk menampung berbagai informasi yang ada. Padahal semua informasi itu bisa kita cari di internet melalui Mr Google.

Yang jadi masalah justru nanti sewaktu terjun di lapangan, dimana dunia ini bukan hanya hitam dan putih. Tapi benar-benar kelabu atau bahkan warna-warni mirip seperti pelangi. Bisa dibayangkan, semuanya itu tidak ada dalam buku yang dihafalkan setiap hari. Itulah sebabnya, saya lebih menekankan kreativitas  anak dengan menggunakan akal untuk berpikir, bukan untuk menghafal. Tentu akan lain hasilnya didikan anak yang terbiasa menggunakan akal dengan mereka yang berorientasi ke ranking atau nilai di kelas. Percayalah itu!!!.
Saat ini mungkin belum terasa karena kedua orang tuanya masih hidup dan masih bisa melengkapi semua kebutuhannya. Tapi bayangkan kalau semuanya sudah tiada dan mereka harus menentukan jalan hidupnya sendiri tentu akan sedikit mengalami kegundahan, kebingungan atau kegoncangan jiwa/batin. Walaupun mungkin yang terakhir kelihatan ekstrim terjadi pada anak, tapi tidak berarti itu tidak mungkin, bukan?

Minggu, 04 Agustus 2013

Serba Serbi dalam Menyiapkan Masa Pensiun dan Sesudahnya


                                            Happy Retirement (doc:lapetite-presse.blogspot.com)


Tulisan berikut ini sekedar opini saya saja, apa yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan masa pensiun. Pada saat yang sama kita pun bisa menyiapkan pundi-pundi penghasilan untuk meringankan beban kehidupan kita. Jangan sampai kita hidup menjadi beban bagi keluarga, saudara-saudara, maupun  kepada anak kita. Bukankan kemandirian jauh lebih utama, baik buat diri kita sendiri maupun anak kita.

Kembali ke topik diatas, saya mungkin salah seorang yang tidak takut menghadapi masa pensiun ini. Padahal saya belum punya apa-apa di rumah. Tapi entah kenapa, saya tidak takut dengan masa depan.  Karena bagi saya masa depan adalah penuh dengan mistery, apa saja bisa terjadi. Bahkan bisa melebihi apa yang tidak kita duga sebelumnya. Orang boleh percaya dan boleh juga tidak. Tapi bagi saya there is nothing impossible. Jadi kenapa takut? Binatang yang tidak mempunyai otak untuk berpikir saja bisa makan, apalagi kita manusia yang dikaruniai otak dengan akal dan pikirannya. Itulah syarat pertama yang harus dimiliki oleh setiap orang, bahwa kita harus mempunyai iman sebagai pegangan, agar kita tetap optimis. Karena dengan iman, diharapkan kita tidak mudah terombang-ambingkan oleh angin, badai maupun tsunami yang bisa datang setiap saat.

Tidak Semua Orang Tua Melek dan Paham Internet



Kenyataan ini sudah bukan rahasia lagi bahwa tidak semua orang tua melek dan paham internet. Hal ini terbukti kalau si anak ada tugas untuk menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) atau paper dari sekolah, orang tua sering menyuruh si anak untuk pergi ke warnet saja dan minta dicarikan atau diajari. Itulah kondisi yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat kita. Karena ketidaktahuan orang tua, akhirnya para orang tua menyerahkan semua tugas sekolah ke warnet. Padahal sebenarnya orang tua pun bisa mengajari bagaimana mencarinya. Tapi seringnya mereka tidak melakukan hal itu, lebih baik bayar saja di warnet.

Celakanya tidak semua pengelola warnet sabar dan telaten dalam melayani pelanggan. Ada kalanya warnetnya yang ramai sehingga si anak tidak memperoleh pelayanan yang prima atau karena mereka tidak menguasai materi. Akhirnya si anak browsing sendiri sana sini. Atau bisa juga, si anak merasa sudah gede atau sudah tahu apa yang mau dicari. Maka si anak pun  klik sana dan klik sini. Tapi biasanya kalau  anak-anak SD sih mereka masih sering bertanya kalau ada tugas dari sekolah.

Peran Ibu di Era Digital


                               
Walaupun anak saya tidak mempunyai gadget layaknya anak-anak jaman sekarang. Tapi kami mempunyai usaha warnet yang diperuntukkan buat siapa saja yang ingin memanfaatkan internet. Termasuk anak-anak kecil yang ingin bermain berbagai jenis games online. Dengan demikian, di rumah kami ada banyak computer yang setiap saat berhubungan langsung dengan internet. Boleh dikatakan 24 jam pun kami bisa menggunakannya. Apalagi koneksi internet kami yang high speed, karena memang diperuntukkan untuk games online.  Mau tidak mau kecepatan dari internet kami sangat cepat.

Namun demikian, tidak berarti saya membiarkan anak saya bermain 24 jam duduk berselancar dengan internet. Saya tetap mengawasi dan mengarahkannya untuk hal-hal yang bermanfaat. Paling tidak saya harus memperhatikan content dan applikasinya. Karena saya tahu, kita tidak bisa lepas lagi dari dunia internet. Apalagi dia termasuk anak yang lahir dalam Generation Z, dimana dalam kehidupan sehari-harinya sudah terkoneksi dengan internet dan digital. Bahkan saya sudah mengenalkan anak saya, untuk bermain dengan menggunakan computer sejak dia berusia 3 tahun. Jadi bisa dibayangkan sudah berapa lama dia mengenal dunia computer.

Pantura "Proyek Abadi" Departemen PU

                                                        Proyek Pantura (doc:tempo.o.id)

Saya tergelitik untuk menambah tulisan mas Baskoro Endrawan, tentang Pantura, Jalur “Neraka” Mudik. Saya sebagai warga yang sering melalui jalur tersebut ketika pulang kampung,  merasakan sekali bagaimana Jalur Pantura benar-benar mengerikan. Rasanya perbaikan disana tidak pernah beres dan selalu saja ada masalah. Apakah yang menjadi penyebabnya? Kenapa hal ini terulang kembali setiap tahunnya? Rasanya proyek ini sengaja dibuat, biar kelihatan Departemen PU ada pekerjaan dan sibuk memberesinya. Tapi anehnya perbaikan itu justru dilakukan menjelang lebaran. Bukan bulan-bulan sebelumnya yang relatif sedikit masyarakat menggunakannya. Sehingga saat menjelang lebaran, sudah tidak ada lagi perbaikan dan lalu lintas lancar.

Sebagai warga dari suatu bangsa yang lebih  mengutamakan kualitas dalam setiap bekerja, Departemen PU seharusnya malu kepada rakyatnya. Jangan malah sebaliknya, Proyek Pantura sengaja dibuat sebagai proyek abadi dan direncanakan tidak pernah beres? Tidak adakah tuntutan kualitas selalu bersemayam dalam diri para kontraktor atau pejabat? Anehnya banyak diantara kita, bisa berbuat baik untuk mengerjakan berbagai proyek di  negara lain. Tapi kenapa melakukan suatu proyek untuk bangsanya sendiri kualitas justru diabaikan? Bukankah seharusnya bangga bisa menghasilkan proyek yang tahan lama, sehingga bisa menghemat dana dan anggaran yang ada.

Jangankan Jokowi, Saya pun Memperoleh Manfaat dari Blusukan


 Mungkin hampir semua Kompasianer tahu kalau saya memang suka blusukan. Yeah, blusukan kemana-mana, terutama daerah yang belum pernah saya kunjungi. Bagi saya ada satu hal yang menarik dari kegiatan blusukan ini. Saya menjadi tahu dan kenal daerah dan tempat-tempat yang menarik untuk dilihat dan dikunjungi di Jakarta. Tentunya blusukannya, saya sesuaikan waktunya dengan mengikuti berbagai kegiatan. Bukan dengan cara saya pergi dan mencari suatu kegiatan sendiri disana. Tapi saya blusukan ke suatu tempat dengan niatan yang sudah ada, bahwa saya hari ini mau kesini untuk mengikuti suatu kegiatan. Jadi biarpun saya pergi tujuannya sudah jelas, dan kegiatan apa saja yang akan saya lakukan. Ibarat sebuah road plan yang sudah ada jadwal kegiatannya.

Bagaimana saya mau blusukan kalau tidak ada kegiatan yang saya ikuti?. Walaupun mungkin di jalan nanti saya nyasar,  tapi tujuan yang ingin saya capai jelas. Bukan asal pergi yang tidak tahu kemana tujuannya. Jadi dalam hati, tidak ada unsur gambling disini, karena saya memang ingin memanfaatkan dan mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat. Saya sendiri tidak mau hanya mengurus kerja dan rumah saja, tapi buta dunia lain.  Makanya saya selalu memanfaatkan setiap acara pertemuan, sekalian untuk kopdaran dan mengenal lebih dekat kota Jakarta. Bukankah pepatah bilang, “tak kenal maka tak sayang“.