Rabu, 07 Agustus 2013

Kenaikan Harga BBM Sungguh Merogoh Kocek

 Inflasi 2013 diperkirakan 8 persen (Doc:antara)


Beberapa hari yang lalu,  saya dan Amri berkunjung ke rumah kakak di Bekasi. Seperti biasanya kami menggunakan transportasi umum untuk bisa sampai kesana. Mulai dari angkot, bus, angkot dan yang terakhir becak. Hmmm, terasa jauh memang kalau dihitung dengan waktu dan capeknya. Belum lagi dengan panas yang menyengat, terasa membakar. Tapi daripada kami berkunjung di bulan Ramadhan, yang mungkin panasnya lebih  menyengat dan menggantang, akhirnya kami tetap mengusahakan kesana.

Baru saja duduk dalam bus, lihat ke depan sudah terlihat daftar tarif yang baru. Bus yang tadinya Rp4500, menjadi Rp 6000. Begitu juga angkot yang tadinya Rp 2000, menjadi Rp 3000. Terus yang semula Rp 3000, menjadi Rp 4000. Becak juga tidak mau ketinggalan, dia pun ingin menaikkan upahnya dari yang tadinya Rp5000 - Rp 7000. Jadi total rata-rata biaya transport naik lebih dari 30%. Saya tidak tahu apakah harga itu bisa diturunkan lagi, karena memang belum ada kesepakatan dari pemerintah. Tapi yang jelas, itulah yang sekarang berlaku.

Belum lagi dengan kebutuhan pangan, sandang, rekreasi dan kebutuhan sekolah, termasuk buku-buku, seragam, uang gedung. Praktis untuk kebutuhan rekreasi pun melonjak tajam, kalau diakumulasi total karena transportasi naik. Hotel saya dengar juga menaikkan tarifnya. Bank juga akan menaikkan tingkat bunganya karena BI juga menaikkan Fasbi (fasilitas BI). KPR tentu saja jadi ikut-ikutan naik, karena bunga pinjamannya jadi lebih mahal.

Begitu juga dengan semakin dekatnya bulan puasa dan lebaran, setiap tahunnya hampir semua permintaan barang justru meningkat. Makanya semua toko, mal dan pasar mendadak jadi ramai. Entah kita yang jadi sangat konsumtif atau memang gejala bulan Ramadhan, permintaan akan barang-barang justru meningkat. Makanya, harga-harga sudah diprediksikan akan keseret naik ke atas semua dan kecil kemungkinannya untuk turun kembali. Yang jelas inflasi bakal tinggi karena dorongan naiknya semua barang-barang. Bahkan diperkirakan inflasi bisa mencapai 8% untuk tahun ini, walaupun pemerintah memprediksi sekitar 7.7%.
Saya hanya mengutarakan begitu yang terjadi sekarang ini. Kapan rakyat/masyarakat bisa menabung untuk masa depannya?, kalau hidupnya terus menerus digerogoti oleh kebutuhan pokok yang terus meningkat setiap harinya. Syukur, kalau tidak perlu berhutang sana dan sini. Apakah kita harus mengetatkan ikat pinggang menjadi lebih ketat lagi??? hehehheheh.

Itulah sebabnya, saya menilai biaya hidup di Indonesia itu mahal. Kalau gajinya dollar dan pengeluarannya rupiah, yaa memang biaya hidup murah. Tapi kalau gajinya rupiah, terus penghasilannya pas pasan. Apa yang mau mereka katakan? Pantes saja mereka sering mogok, karena harga-harga yang terus naik. Sementara kesejahteraannya malah tidak meningkat. Orang bekerja, berharap ada perbaikan dalam kehidupannya. Tapi kalau yang terjadi malah sebaliknya, apa yang akan mereka perbuat kalau bukan demo?. Sayangnya demo yang ada seringnya merusak.

Bagaimana menurut Anda? Sekedar curhat saja yaa. Tulisan ini sebenarnya sudah beberapa hari yang lalu ditulisnya, tapi disimpan di draft saja. Karena takut dikira tidak pro dengan kenaikan BBM, alias tidak  pro Pemerintah. Walaupun saya sudah tahu kalau impor minyak kita jauh lebih banyak dari ekpor nya. Pantes saja kita sudah tidak menjadi anggota OPEC lagi, karena negara kita sudah bukan negara pengekspor, melainkan negara pengimpor. Jadi memang sudah negatif neraca perdagangan kita. Silakan kalau mau komentar  atau mempunyai ide yang berbeda yaa. Siapa tahu ada solusi yang terbaik. Terima kasih,

Salam Prihatin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar