Jumat, 09 Agustus 2013

Resiko Seorang Sopir Angkutan Umum

 Tegakkan Peraturan Angkutan Umum? (doc:autobild.co.id)

Sebagai seorang pengguna rutin angkutan umum, memang penuh dengan suka duka. Betapa tidak? Kalau beruntung saya kadang dapat tempat duduk. Tapi tidak jarang saya harus berdiri sepanjang perjalanan apabila menggunakan jasa transportasi bus/busway.

Tulisan berikut sekedar share pengalaman yang baru saja saya alami sepulang dari menghadiri Talkshow “Breastfeeding while Working”. Jadi tulisan ini bukan merupakan reportase dari kehadiran saya, tetapi sekedar oleh-oleh. Sayang oleh-olehnya merupakan berita yang sedikit menyedihkan atau menyayangkan. Atau memang karena ulah si sopir yang kurang perhatian atau kurang peka mendengar signal yang ada di sekelilingnya. Akhirnya, yang menjadi korban adalah kami semua, sebagai penumpang dan pihak bus yang dalam hal ini sopir dan kondekturnya.


Apa pasal? karena Bang sopir tidak mendengar adanya perintah polisi untuk jalan dan tidak boleh ngetem terlalu lama. Tapi Bang sopir mungkin tidak mendengarnya, akhirnya kena marahlah Bang sopir itu oleh  polisi. Bus yang tadinya penuh sesak, akhirnya tidak boleh jalan sama sekali dan kami  disuruh turun semua dan menggantinya dengan bus yang berikutnya. Tak bisa disangkal membludaglah penumpang yang menunggu di halte bus tempat ngetem tadi.

Rasanya saya ingin sekali mengambil gambarnya ketika polisi sedang marah-marah. Tapi saya tidak tega dan juga takut kalau saya malah yang jadi kena sasaran marahnya, hehehehhe. Disisi lain, saya juga merasa kasihan kepada sang supir, yang sudah susah payah dalam mencari uang. Tetapi karena keteledorannya, dia harus merelakan semua penumpang beralih ke bus yang lain.

Tak lama kemudian, bus yang sedang kami tunggu pun datang. Polisi segera menyetop dan menyuruh kami untuk naik. Tapi karena kapasitas bus tidak bisa menampung kami semua, saya pun mengalah untuk tidak ikutan naik. Karena saya tahu, pasti akan berdiri di pintu. Bagi saya cukuplah untuk menanti bus berikutnya dengan berharap saya dapat tempat duduk daripada harus berdiri. Karena pada bus sebelumnya, saya dapat tempat duduk yang relatif nyaman. Gara-gara bus tidak boleh jalan, maka saya harus turun. Apa boleh buat saya harus melepaskan kenyamanan yang sudah saya miliki.

Sambil menunggu bus yang datang berikutnya, terjadilah deal antara pihak penengah bus dengan Polisi tadi. Entah apa yang mereka diskusikan saya tidak peduli dan memang saya pura-pura tidak mendengarkan. Keinginan saya hanya ingin cepat sampai di rumah. Akhirnya bus kami diijinkan untuk berangkat, tapi tidak diperbolehkan mencari tambahan penumpang. Bayangkan, bus yang tadinya penuh sesak sampai berjubel, sekarang tinggal 5 orang penumpang yang sudah naik dari awal. Jadi praktis, sang kondektur pun tidak bisa menarik ongkos lagi ke kami.

Ada sebersit kekecewaan memang di wajah sang kondektur yang nampak masih sangat muda. Tapi begitulah resikonya sebagai sopir angkutan umum, yang harus alert (constant vigilant) setiap saat. Jangan seenaknya ngetem di jalan, apalagi kalau jalan sedang ramai. Maksud hati  ingin menambah penumpang agar lebih banyak uang yang didapat. Tapi justru sebaliknya yang dia peroleh. Hmmm, rezeki memang sudah ada yang mengatur. Tapi kalau dikejar-kejar akhirnya malah lari.

Bagaimana menurut Anda? Sekedar share pengalaman. Silakan dishare juga kalau Anda mempunyai pengalaman dalam menggunakan angkutan umum. Terima kasih

Selamat Pagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar