Sabtu, 07 November 2015

Pak Jokowi, Dulu Budget Bulanan Saya pun Sering Jebol


Ilustrasi Budget Cut (doc: harianpilar.com) 

Membaca berita akhir-akhir ini mengenai kondisi APBN yang sudah cukup genting, karena penerimaan pajak masih jauh dari harapan yaitu baru 774,4 triliun atau sekitar 60%dari target sekitar Rp 1,295 triliun. Keadaan ini telah  membuat Presiden Jokowi khawatir APBN kita bakal jebol. Hal ini mengingat proyek infrastruktur sedang digenjot habis-habisan di satu sisi. Sedang disisi lain berharap penerimaan pajak bisa ditingkatkan, sehingga ada keseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan.

Kalau penerimaan negara ternyata jauh dari rencana dana yang dikeluarkan, wajarlah Pak Jokowi sebagai Presiden merasa khawatir. Makanya menjelang akhir tahun pun beliau harus ancang-ancang apa yang harus dilakukan. Tentunya strategi penghematan sangat diperlukan untuk mengantisipasi semuanya itu atau dengan cara menambah utang baru. Kalau tidak, APBN jebol akan benar-benar terjadi.
Itu masalah negara, dimana Menteri Keuangan dan jajaran Staff nya yang lain seperti Ditjen Pajak dan Menteri Perekonomian yang akan membantu Presiden Jokowi dalam merumuskan bagaimana sebaiknya mengatur sisa anggaran sampai akhir tahun ini. Apakah mau dilakukan penghematan disana-sini dengan tetap mengejar penerimaan pajak atau yang lainnya, semua itu saya serahkan sepenuhnya kepada para pembantu Presiden.

Saya sendiri sebagai rakyat pun sebenarnya sering mengalami anggaran bulanan jebol. Hal itu terjadi bukannya menunggu akhir tahun, malah hampir setiap bulan. Mencoba mencari tambahan uang atau pemasukan, tetap saja belum mencukupi, karena besarnya biaya pengeluaran yang harus ditanggung. Apalagi kondisi keuangan rumah tangga baru saja mengalami tsunami.Tak diragukan lagi kalau anggaran saya pun jebol. Itu juga sudah saya prediksikan.

Terus bagaimana reaksi saya dan bagaimana bingungnya? Yeah awalnya saya tetap berusaha mencari dan mencoba berbagai cara untuk bisa meningkatkan tambahan penghasilan. Tapi kalau masih tetap tidak cukup anggarannya, apa boleh buat saya terpaksa melakukan penundaan pembayaran salah satu tagihan atau dua kebutuhan. Tapi hal itu tidak juga menyelesaikan masalah, karena bulan depannya saya mesti membayar double plus dendanya. Padahal saya sendiri tidak pernah belanja untuk kesenangan pribadi atau jalan-jalan ke tempat yang tidak perlu. Rekreasi apalagi tidak pernah saya lakukan mengingat anggaran yang tidak mendukung. Jadi memang dananya yang terbatas, sementara pengeluaran pokoknya yang begitu besar harus saya bayar.

Langkah kedua, dan ini yang mungkin jarang dilakukan banyak orang yaitu dengan menurunkan gaya hidup atau lifestyles yang selama ini terlihat hanya semu. Itu satu-satunya jalan yang harus saya tempuh. Saya cek semua pengeluaran dan juga barang-barang kepemilikan yang ada atau tertulis dalam nota pembelian. Ternyata  barang-barang yang tadinya saya pikir sebagai aset, karena baru dan bisa menghasilkan uang, ternyata tidak lebih dari sekedar barang rongsokan di rumah. Hal ini karena isinya sudah kosong semua. Mengetahui hal ini, saya putuskan untuk pindah ke rumah yang lebih kecil untuk menyeimbangkan pemasukan yang ada dan saya mampu membayarnya.

Apa artinya kemegahan dan kemewahan kalau semua hanya semu dan saya tidak punya uang? Bahkan untuk membayar semua biaya, saya harus menguras isi tabungan. Jadi apa enaknya rumah besar, tapi dana jebol. Bagi saya lebih baik tinggal di rumah kecil, tapi kantong saya tebal. Kelebihan uang yang saya pakai untuk sewa rumah dan biaya yang lainnya bisa saya simpan untuk masa depan. Maka tidur pun saya bisa nyenyak, tanpa harus memikirkan masalah tunggakan dan jebolnya dana anggaran.

Kenapa saya tidak mencoba berhutang? Lha mau berhutang kemana? Rumah tidak ada, kartu kredit tidak ada. Mau ke tetangga atau saudara, jelas tidak mudah untuk meyakinkan mereka. Sekali atau dua kali saja, mereka sudah sewot. Bagaimana kalau jebolnya sering atau tiap bulan? Mana mereka percaya? Itu yang berubah harus dirinya sendiri. Hidup prihatin tidak bisa ditunda-tunda, yang penting sehat dan tidak punya hutang. 

Maka dicobalah dengan gaya hidup minimalis, semuanya serba hidup dengan gaya seminimal mungkin, tapi masih dalam koridor sehat dan bisa tidur nyenyak. Itu saja saya lakukan sampai dua kali pindah rumah untuk melakukan penyesuaian ini itu. Sekali pindah tidak mempan, karena lokasi yang tidak strategis. Maka seperti halnya cacing yang menggeliat kepanasan, saya pun menggeliat karena penghasilan yang tidak cukup. 

Akhirnya saya mendapatkan rumah yang sekarang saya tempati dengan lokasi yang sangat strategis, walaupun dengan kondisi yang minimal. Yang penting pemasukan bisa terjaga dan kondisi kantong saya bisa semakin tebal. Tentunya saya masih terus mencoba agar tabungan dan investasi saya terus menebal dan menumpuk. Itu semua saya lakukan untuk berbagai persiapan masa depan anak saya dan saya nantinya.

Alhamdulillah, semuanya bisa saya lampaui. Saya mulai sedikit bisa menyisihkan uang untuk tabungan, beli asuransi buat anak saya dan saya sendiri serta berinvestasi. Memang saya belum bisa beli villa dan rumah yang saya impikan dengan halaman dan pekarangan yang luas untuk saya tanami berbagai tumbuhan dan buah-buahan, kolam ikan, kandang ayam dan juga kolam renang. Tapi lumayanlah saya sudah bisa tidur nyenyak dan tidak dihantui oleh tagihan-tagihan diluar kemampuan. Mau tidak mau semua pengeluaran yang tidak perlu saya singkirkan dan pangkas habis-habisan.

Senang rasanya bisa keluar dari himpitan dan jeratan kemiskinan, walaupun belum pada tingkat yang sempurna. Tapi saya sangat bersyukur, karena bisa menikmati dan menyelami kehidupan dengan selamat. Kini saatnya saya ingin menikmati hidup bersama anak saya dengan penuh kesyukuran dan kesederhanaan, layaknya seorang Warren Buffet yang tetap memilih hidup sederhana. Biar pun dia orang yang sangat  kaya raya. Itulah sebabnya saya acungi jempol, karena uang tidak menyilaukan kehidupannya. He's my role model who lives in abundance wealth with a humble life.

1 komentar:

  1. Apakah Anda dalam setiap kesulitan keuangan? Apakah Anda perlu
    pinjaman untuk memulai bisnis atau untuk membayar tagihan Anda? Kami
    memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan bantuan.
    Terapkan Sekarang Via Email: kellywoodloanfirm@gmail.com
    Terima kasih
    Terima kasih dan memberkati Allah
    Ibu Kelly

    BalasHapus