Sabtu, 21 November 2015

Hati-hati dengan Jalan Pintas, Ternyata Tidak Selalu Bagus Hasilnya

Ilustrasi tentang Shortcut (doc: http://rgregorysummers.com)

Saya baru sadar ternyata jalan pintas tidak selalu atau semua memberikan hasil yang bagus. Bahkan bisa mencelakakan diri sendiri dan juga orang lain. Mungkin awalnya kita menginginkan biar cepet sampai tujuan, tapi justru kita bisa rugi atau celaka.

Memang jalan pintas tidak identik dengan penyederhanaan, tapi lebih pada usaha untuk memotong kompas, sehingga diharapkan bisa melakukan penghematan disana  sini. Daripada mutar-mutar dan terlalu panjang jarak yang ditempuh, makanya dipotong kompasnya. Jadi waktunya bisa pendek dan singkat. Itu mungkin tujuan awalnya yang tentunya bagus karena bisa menghemat waktu. Tapi dalam prateknya terkadang atau bahkan sering kali si pelaku tidak memperhitungkan resiko yang akan timbul.
Akibatnya apa yang diperkirakan akan menghemat malah jadi rugi atau celaka. Banyak contoh bisa dipakai sebagai bukti bahwa jalan pintas tidak selamanya bagus atau menguntungkan. Contoh pertama yang umum dilakukan adalah menghemat waktu dalam menyeberang. Sebagai jalan pintas banyak pelaku main nyebrang saja di jalanan tanpa mau bersusah payah melalui jembatan penyeberangan atau jalan yang umum dipakai. Ini banyak terjadi pada pejalan kaki yang ingin menyebrang lewat jalur busway dan jalur kereta api. Mungkin dianggapnya masih jauh, mereka main nyebrang saja.Tidak tahunya jaraknya sudah deket, akhirnya jadi korbanlah dia. 

Kejadian ini baru saja terjadi bahwa seorang mahasiswa yang berusaha menyebrang jalur busway, akhirnya tertabraklah dia di daerah Warung Buncit. Si pelaku akhirnya meninggal. Begitu juga ketika saya mau ke Mangga Dua Mall beberapa hari yang lalu, ada seseorang yang mau menyeberang jalur busway. Bus yang kami tumpangi tadinya tenang-tenang dan kami sedang ngobrol santai, tiba-tiba kami dikejutkan oleh seseorang yang mau nyebrang. Mendadak busway yang kami tumpangi terasa oleng, karena berusaha menghindar. Sontak semua penumpang ngomel-ngomel pada si pelaku yang mau nyeberang tadi. Walaupun tidak dia tidak mendengar tentunya. "Ada jembatan penyeberangan, kenapa tidak dimanfaatkan demi keamanan diri dan orang lain. Kalau terjadi apa-apa, urusannya pun tidak mudah dan akan panjang. Hargailah sesama, jangan seenaknya sendiri dalam menyeberang."

Contoh yang kedua, ini sering kita temui pada dunia investasi dan bisnis, dimana kita sering berharap akan memperoleh imbalan yang bagus dan tinggi. Tidak tahunya investasi atau bisnis itu bodong. Akhirnya uang yang sudah ditanam pun hilang dan sia-sia.

Padahal yang namanya investasi itu untuk jangka panjang dan kalau mau mendapatkan imbalan yang bagus, ya harus mau mengambil resikonya yang tidak sedikit. Jadi jangan berharap hanya mau untungnya saja, resikonya dikesampingkan. Itu jelas investasi yang tidak benar, alias bodong. High risk, high return itu sudah menjadi aturan yang berlaku di banyak hal. Kecuali kalau suatu keajaiban memang lain. Tapi yang namanya ajaib khan jarang terjadi. Masihkah kita mengharapkan keajaiban, lupa dengan pola yang berlaku umum? 

Jadi kalau ada iming-iming kita akan memperoleh imbalan yang bagus, dan tidak mempunyai resiko, maka lebih baik waspada dan jangan mudah tergiur. Karena kita tahu tidak ada jalan pintas dalam berinvestasi dan bisnis. Ditambah lagi kebanyakan dari bisnis dan investasi itu beresiko. 

Itu sebabnya kita perlu berhati-hati, karena dalam banyak hal tidak berlaku jalan pintas. Semuanya harus mengikuti prosedur dan jalur yang benar kalau kita ingin aman dan selamat sampai tujuan. Itu saja kita sering menghadapinya dengan jalan yang berliku serta banyak kerikil tajam dalam menjalaninya. Siapkan saja energi dan kerja keras yang berlimpah, niscaya keberhasilan akan mengikutinya pelan tapi pasti. Itu jauh lebih baik daripada mengharapkan jalan pintas yang belum tentu benar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar