Senin, 29 Juni 2020

Pentingnya Deteksi Dini untuk Mencegah Alergi pada Anak


Alergi pada anak (doc: Danone SN)
Sebagaian besar orang tentu memiliki alergi terhadap sesuatu. Ketika seseoang terkena alergi, tubuh akan bereaksi dengan menimbulkan berbagai gejala. Alergi itu bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari debu, obat-obatan tertentu hingga makanan. 

Untuk alergi terhadap makanan bisa terjadi ketika sistem tubuh menganggap protein dalam makanan merupakan suatu ancaman bagi tubuh. Akibatnya, tubuh akan melepas senyawa kimia yang memicu reaksi alergi.

Beberapa orang menganggap alergi makanan merupakan masalah ringan. Namun sebenarnya alergi terhadap makanan bisa berakibat kompleks dalam keluarga, bahkan mengancam nyawa jika memang tubuhnya sama sekali tidak menerima makanan tersebut.


Bagaimana bila alergi itu terjadi pada anak??

Alergi pada anak tidak hanya menjadi masalah di negara-negara berkembang dan negara miskin, tapi juga melanda negara-negara maju. Untuk meningkatkan pemahaman para orang tua terhadap alergi pada anak, maka diluncurkan Pekan Alergi Dunia 2020 (World Allergy Week 2020) yang dijalankan oleh The World Allergy Organization mulai tanggal 28 Juni - 4 Juli 2020.
Tujuannya untuk memberitahukan kepada dunia bahwa perlu ada kepedulian tentang masalah elergi, karena alergi bukan kasus ringan melainkan bisa berakibat kompleks dalam keluarga. Untuk itu alergi pada anak perlu diwaspadai, karena bisa berlanjut pada peningkatan risiko alergi lain di masa depan.
Sebagai wujud dukungan terhadap event ini, Danone Specialized Nutrition (SN) mengadakan edukasi secara daring melalui webinar (virtual gathering) dengan topik “Menekan Potensi Alergi si Kecil dengan Deteksi Alergi dan Asupan Nutrisi yang tepat Sejak Dini”. Seminar #Bicara Gizi ini diadakan pada tanggal 25 Juni 2020 yang dihadiri oleh pakar dan orang tua terdampak alergi anak.

Para narasumber tersebut adalah Arif MujahidinCorporate Communication Director Danone Indonesia, Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes., Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Putu Andani, M.Psi., Psikolog dari TigaGenerasi , dan Chacha Thaib, ibu yang memiliki anak dengan alergi.

 

Para narasumber dalam webinar (doc: Danone SN)

Apa itu Alergi?

Alergi adalah sebuah kondisi yang menimbulkan terjadinya disfungsi terhadap sistem kekebalan tubuh, baik itu dikarenakan faktor genetik maupun lingkungan, yang menyebabkan tubuhnya mengenali bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang lain.

Pada saat ini angka kejadian alergi meningkat. Menurut World Health Organization,  penduduk dunia yang mengalami alergi berkisar 30-40 persen. Sebagian besar berupa alergi makanan, yaitu mencapai 550 juta orang dari total populasi penduduk di dunia. Rata-rata pemicu alergi adalah susu sapi, telur, dan seafood.

Pada dasarnya sebagian besar ‘bakat’ alergi’ ini diturunkan dari satu atau kedua orang tua. Sehingga jika orang tua memiliki alergi. sebaiknya ia mulai waspada karena peluang risiko alergi anak menjadi besar. Untuk itu menurut Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(k), M.Kes, alergi ini penting untuk dideteksi dan dicegah sejak dini dengan menelusuri riwayat alergi keluarga.

Lakukan Deteksi Dini Risiko Alergi dan Manajemen Nutrisi Alergi
Alergi sudah jelas berdampak pada aspek kesehatan, tapi juga menimbulkan persoalan psikologi dengan konsekuensi pada aspek sosial dan ekonomi baik anak dan orang tua.
Satu hal yang perlu diperhatikan orang tua yang berhadapan langsung dengan alergi anak,  bisa saja terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Untuk itu perlu dilakukan deteksi dini risiko alergi dan manajemen nutrisi yang tepat agar penderitaan anak serta beban orang tua bisa diatasi.
Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia, dalam pengantar diskusinya, mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mendukung dan mendampingi orang tua dalam masa tumbuh kembang anak. Untuk membantu orang tua mengetahui risiko alergi sejak dini, dihadirkan Allergy Risk Screener by Nutriclub untuk mempermudah orang tua mengetahui besar risiko alergi anak berdasarkan riwayat alergi keluarga.
Allergy Risk Screener (doc: Danone SN)
"Selain itu, kami juga menyediakan inovasi terkait deteksi risiko alergi maupun manajemen  nutrisi dengan kandungan sinbotik yang sudah dipatenkan," kata Arief.
Untuk itulah, menurut Arif Mujahidin, dengan memberikan edukasi kepada para orang tua, seperti melalui webinar tentang pentingnya deteksi sejak dini dan langkah-langkah pencegahan alergi agar orang tua dapat mendukung tumbuh kembang si anak  secara optimal.
Alergi pada Anak Bisa Membuat Rasa Rendah Diri
Sejak Maret 2020 Allergy Risk Screener by Nutriclub diluncurkan dan sudah diakses oleh  20.000 lebih orang tua di Indonesia. Alat digital ini dapat membantu orang tua maupun tenaga ahli dalam mendeteksi risiko dini alergi si anak  untuk membantu pemberian edukasi mengenai pencegahan alergi sejak dini dan membantu mempersingkat waktu konsultasi. Allergy Risk Screener by Nutriclub dapat diakses pada: bit.ly/allergyriskscreener
Terkait dengan alergi Prof DR Budi Setiabudiawan, dr, SpA(k), MKes, Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, sebagai pembicara pada acara virtual gathering mengatakan bahwa alergi tidak hanya sekedar gejala yang dialami anak. Dampak alergi terjadi pada si anak, orang tua, keluarga dan bahkan masyarakat. "Bagi si anak, alergi dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif, seperti obesitas, hipertensi dan sakit jantung," kata Prof Budi.
Tidak hanya risiko penyakit, tapi alergi pada anak juga bisa menyebabkan  keterlambatan pertumbuhan jika terlambat didiagnosis dan menyebabkan penanganan secara medis tidak optimal. Sedangkan dari sisi aspek ekonomi keluarga, juga menghadapi masalah karena memerlukan biaya pengobatan serta biaya-biaya tidak langsung lainnya.
Ilustrasi anak ketika terkena alergi (doc: Danone SN)
Prof Budi juga mengingatkan anak dengan alergi cenderung mempunyai rangkaian penyakit seiring dengan pertambahan usia. Alergi bisa diturunkan ke generasi berikutnya sehingga, menurut Prof Budi, sangat penting untuk mendeteksi alergi pada anak sedini mungkin agar bisa ditelusuri penyebabnya.
Dengan menelusuri riwayat alergi keluarga dan pemberian nutrisi yang tepat untuk mendukung sistem imun yang lebih baik bagi si anak. ASI (air susu ibu) dan nutrisi lengkap dan seimbang akan mendukung perkembangan sistem imun anak. "Nutrisi kombinasi prebiotik dan probiotik (SINBIOTIK) merupakan salah satu nutrisi yang dapat mendukung sistem imun anak dalam menurunkan risiko alergi," ujar Prof Budi.
Di ranah sosial, anak dengan alergi akan berhadapan dengan berbagai persoalan karena si anak dengan alergi berbeda dengan anak-anak lain tanpa alergi. Misalnya, ketika makan anak dengan alergi akan iri melihat teman-temannya yang memakan semua jenis makanan. "Ini bisa membuat si anak dan orang tuanya merasa rendah diri," ungkap Putu Andani, MPsi, psikolog dari TigaGenerasi.
Selain itu masalah lain yang perlu diperhatikan adalah dampak psikologis bagi anak dan orang tua. Penelitian menyebutkan bahwa anak yang alergi dapat mengalami gangguan seperti gangguan daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif dan lemas. Sedangkan bagi orang tua, munculnya gejala alergi pada anaknya dapat menimbulkan kecemasan berlebih atau lebih parahnya sampai perasaan depresi.
Lain halnya pengalaman Chacha Thaib, ibu dengan anak yang menderita alergi, dia menjelaskan dampak alergi terhadap kesehatan. Chacha dan suaminya punya riwayat alergi susu sapi, membuat dia dan si anak cenderung menjadi penakut dalam memilih makanan. Untuk itulah Chacha mengajak para orang tua agar menyadari bahwa pencegahan alergi sejak dini sangat penting untuk menghindari dampak negatif di kemudian hari.
Ayo deteksi dini anak-anak kita sebelum terlambat penanganannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar