Minggu, 29 September 2013

Rahasia Menjaga Badan Tetap Sehat dan Berat Badan Stabil


Saat aku blusukan di Hutan Kota Sangga Buana, Jakarta Selatan

Aku memang tergolong salah satu dari anggota keluargaku yang  mempunyai berat badan relatif stabil sejak kecil. Boleh dibilang aku belum pernah mengalami kegemukan. Dibanding kakak dan adik-adikku yang pernah atau sedang mempunyai kelebihan berat badan untuk ukuran normalnya. Almarhum ibuku juga pernah gemuk mengalami kegemukan. Begitu juga dengan saudara-saudara dari ibu, relatif banyak saudaraku yang mempunyai berat badan lebih (overweight). Walaupun mereka bilang tetap enjoy saja dengan berat badan yang dimiliki. Karena mereka merasa masih bisa jalan kemana-mana, termasuk ke Australia untuk mengunjungi anak dan cucunya.

Sementara aku sendiri sewaktu SMA ingin sekali gemuk, karena merasa berat badanku paling kecil dibandingkan kawan-kawan yang lainnya. Sampai-sampai aku pernah menanyakan ke guru Biologi bagaimana agar aku bisa gemuk. Bayangkan berat badanku sekitar 42 an dengan tinggi 155 cm. Aneh khan? Disaat orang lain ingin sekali menurunkan berat badan, diet ketat dengan menghindari berbagai jenis makanan yang kemungkinan bisa menyebabkan kegemukan. Aku sendiri malah ingin sekali gemuk.

Untunglah sampai sekarang keinginan untuk menjadi gemuk atau kegemukan belum pernah kesampaian. Walaupun pernah berat badan naik menjadi 50 + kg sewaktu hamil dan menyusui, akhirnya turun lagi setelah masa itu berakhir. Apa sebenarnya resep yang telah aku pakai selama bertahun-tahun?.
Sederhana sebenarnya dan tidak muluk-muluk. Tapi resepku ini belum tentu bisa dijalankan oleh semua orang, karena sifatnya yang sangat sederhana dan simple. Sifatku dari dulu memang ingin memudahkan apa yang sulit dan tidak mau menyulitkan diri sendiri dalam segala hal. Termasuk masalah pola makan yang berakibat ke berat badan. Tapi resepku ini boleh dibilang mujarab asalkan  mau konsisten dengan cara yang akan dijalani. Mungkin sulit bagi orang lain, tapi menurutku itulah cara yang paling manjur. Murah meriah lagi.

Inilah rahasianya. Ada dua resep yang aku miliki dan kedua resep itu masih terus aku jalankan sampai sekarang. Pertama, aku selalu mengikuti pola makan sehat dengan  porsi yang sedikit, tapi sering. Sudah bukan rahasia di keluargaku bahkan teman-temanku di kost tahu semua. Kalau aku makannya memang sedikit, tapi sering. Karena sedikitnya, aku sering makan menggunakan mangkok yang aku isi dengan nasi, sayur-sayuran dan lauk-pauknya. Kawan satu kost yang berasal dari Kupang, sampai bilang “makan kok kayak kucing.” . Tapi memang begitu kebiasaan yang aku lakukan sejak dulu hingga sekarang.

Terus berapa kali aku makan dalam sehari? Bisa 4 - 5 kali. Pagi jam 5.30 - 6.00 aku sudah sarapan. Siang jam 11.30 sudah makan siang. Kemudian jam 3 atau 4 an aku mengisi bensin lagi. Nanti jam 7 malam, aku makan malem dan menjelang tidur kadang aku mengisi bensin (alias makan) lagi. Untuk yang terakhir kalinya tergantung jam berapanya aku pergi ke tempat tidur. Kalau sedikit malam memang perut harus diisi, tapi kalau jam 10 an sudah tidur, aku tidak perlu makan lagi. Memang dalam setiap kali makan, aku tidak harus makan nasi, yang penting perut harus diisi.

Kebetulan aku dan anakku, Amri suka sekali dengan buah-buahan seperti pisang, pepaya, alpukat, jeruk bali, jambu biji dan sekarang tambah dengan ubi. Kadang-kadang aku juga masak bubur kacang hijau atau klepon untuk selingannya. Sedangkan untuk sayurannya aku sering masak pecel, gado-gado, sayur asem, sayur oseng jamur dengan berbagai variasinya, ketroprak dan juga tempe yang digoreng dengan tepung (tempe mendoan) dan dicampur daun bawang Mau tidak mau Amri juga ikut-ikutan mengikuti pola makan yang sehat. Aku yang dulu kesulitan menyuruh Amri makan dengan sayur, sekarang dengan melakukan variasi pecel, gado-gado, ketoprak hampir semua jenis sayuran dia suka karena tertutup oleh sambel kacangnya.

Pokoknya tidak pernah ada makanan yang tersisa atau terbuang di rumahku, termasuk untuk buah-buahan, cepat sekali habis. Apapun jenis buah yang kami sediakan di rumah. Sampai tomat dan wortel pun sering kami pakai sebagai selingan. Dulu di US kami biasa makan celery (sledri) dan wortel sebagai snack, karena batangnya besar-besar. Jadi bisa dipakai sebagai lalapan mentah yang siap dimakan setiap saat. Sayangnya disini aku belum menemukan celery (sledri) yang besar-besar. Sebagai gantinya aku biasa makan wortel, mentimum dan tomat untuk selingan cuci mulut yang bisa diambil langsung setiap saat dari kulkas. Tentunya sudah aku cuci lebih dahulu yaa.

Sedangkan rahasia yang kedua adalah aku suka blusukan kemana-mana. Tidak peduli dimana aku berada, yang namanya jalan kaki sudah menjadi kebiasaanku sejak duduk di bangku SMA. Dulu aku memang aktif di Pramuka, sehingga aku selalu blusukan kalau ada acara mencari jejak atau camping. Begitu juga sewaktu  kuliah di Yogja. Kebetulan aku kost yang tidak jauh dari kampus. Jadi bisa tempuh dengan jalan kaki saja setiap aku pulang pergi ke kampusnya. Tapi karena Fakultasku berada di lantai 4 dan belum ada lift (elevator) pada waktu itu, mau tidak mau aku harus naik tangga ke lantai 4 setiap kali ada kuliah. Bayangkan kalau kuliahnya pagi dan sore, berarti aku harus bolak balik ke kampus. Belum lagi dengan acara pergi ke perpustakaan dan acara kumpul-kumpul yang lainnya, pasti jalan kaki tidak pernah ketinggalan.

Begitu juga sewaktu aku tinggal di US, aku suka blusukan kemana-mana, terutama kalau aku jalan sendiri. Aku jalan kaki  setiap pergi ke kampus, karena males kalau aku bawa mobil sendiri, harus mencari parkiran yang lumayan jauh. Jadi biarpun ada kendaraan di rumah, biasanya aku pakai hanya untuk pergi belanja  atau  pergi dengan jarak yang relatif jauh seperti ke luar kota.

Sekarang ketika sudah pulang ke Indonesia, blusukan tidak pernah ketinggalan. Aku tahu daerah atau tempat-tempat baru di Jakarta, yeah gara-gara aku suka blusukan kemana-mana. Bahkan karena sudah terbiasa blusukan, jalanku relatif cepat dibanding dengan penumpang yang lainnya seusiaku. Sering aku tidak sabar kalau melihat ada orang yang jalannya pelan, apalagi kalau di kampus, tempatku bekerja. Bahkan terkadang  aku tidak segan-segan untuk berlari mengejar busway, kalau ternyata jalan kakiku tidak bisa mengejarnya.

Hasilnya, alhamdulillah badanku tetap langsing dan gesit. Berat badan relatif stabil, sampai kawan kuliah dulu  di Yogja ketika melihatku kembali beberapa bulan yang lalu memberi komentar, “Kok dari dulu nggak berubah.” Begitu juga baju-bajuku yang sudah bertahun-tahun masih bisa aku pakai sampai sekarang. Akhirnya bajuku yang malah bertambah banyak  (menumpuk), karena semua masih bisa dipakai dan tidak ada baju yang dibuang.

Begitulah sekilas tentang kebiasaan yang aku lakukan sejak aku masih SMA hingga sekarang. Apakah aku pernah sakit? Pilek dan batuk kadang-kadang datang juga, tapi karena aku suka  minum air hangat dicampur dengan jeruk nipis atau minum kopi dicampur dengan jahe, akhirnya pilek dan batuk pun hilang dengan sendirinya tanpa perlu minum obat. Kalau badan masih terasa pegal-pegal atau capek berat, paling aku perlu menambah jam tidurnya. Dari kebiasaan inilah akhirnya aku bisa menghindari minum obat-obatan, tapi digantikan dengan kebiasaan yang bersumber dari alam. Back to nature lah mungkin istilah kerennya.

Beberapa tahun ini saja aku mulai mengurangi makanan yang manis-manis atau mengonsumsi seperlunya saja, karena untuk menghindari penyakit diabetes. Tapi makanan lainnya masih aku makan, walaupun porsinya sudah mulai berkurang seperti kepiting, daging-dagingan, otak (gulai otak adalah salah satu lauk  kesukaanku), coklat, dan lain-lain.Tempe dan tahu masih sebagai menu rutin keluarga. Apalagi dengan adanya minyak goreng SunCo, anakku suka sekali makan tempe yang digoreng ala mendoan. Begitu juga dengan bakwan yang berisi sayuran, maupun bakwan jagung. Namun untuk bakwan jagung relatif jarang, karena faktor glikemik nya.Jadi aku sendiri yang sedikit mengurangi.

Berikut aku sertakan beberapa koleksi fotoku sebagai pembanding.
 Saat aku diwisuda kuliah di Yogja dulu (1988)

Saat aku jalan-jalan ke United Nations, New York City, USA (1995)

Acara Get Urbanized di Steak Holycow, Kemang (2013)

Adakah beda yang cukup berarti oto-foto diatas dalam hal berat badan?  Kalau dilihat dari umurnya, jelas akan nampak sedikit lebih tua foto yang terakhir, karena jarak waktu yang sudah cukup lama. Tapi secara fisik berat badanku tidak banyak mengalami perubahan.


Begitulah kira-kira resep sederhanaku. Badanku terasa tetap sehat dan berat badan pun relatif stabil, karena aku mengikuti pola makan sehat yang diisi penuh dengan sayur dan buah-buahan setiap harinya. Ditambah dengan rutin jalan kaki sebagai olah raganya. Dengan cara demikian, aku tidak memerlukan lagi apa itu  operasi plastik, suntik botoks biar kulit muka terlihat kencang atau bahkan diet ketat dengan menghindari  berbagai jenis makanan yang dianggap bisa mempercepat ketuaan. Karena aku yakin badan akan sehat dan segar dengan olah raga rutin. Begitu juga dengan mengonsumsi makanan yang mengandung banyak sayuran dan buah-buahan bisa memperpanjang rentang hidup sel-sel dalam tubuh, yang pada akhirnya membuat diri seseorang menjadi panjang umur.


Bagaimana menurut Anda? Sekedar share pengalaman saja. Aku yakin kalian semua punya resep tersendiri untuk menjaga kestabilan tubuh atau berat badan.

Salam Sehat





Tidak ada komentar:

Posting Komentar