Minggu, 05 April 2015

Bertambah Kaya? Sesuatu Banget ya


Terus terang saya ingin menjadi orang kaya.  Kekayaan yang dimaksud disini adalah kekayaan financial tentunya, karena saya tidak ahli untuk membahas kekayaan intelektual maupun spiritual. Bagi saya, menjadi orang kaya rasanya enak sekali dan yang pasti hal itu sesuatu banget ya.

Kenapa? Karena jika penulis menjadi orang kaya, akan banyak sekali yang bisa dibantu. Baik itu nantinya mau dibantu secara sembunyi-sembunyi maupun dengan cara terang-terangan. Tidak masalah uang itu mau dipakai buat menampung para  pengemis dan gelandangan yang terus dibina, membuat perpustakaan umum yang bisa dinikmati oleh umum, atau untuk membantu orang-orang yang kelaparan dan kesusahan. Masih ditambah lagi uang itu bisa saya pakai untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pokoknya ada banyak sekali rencana yang ingin saya perbuat kalau saya menjadi kaya. Itulah sebabnya saya ingin terus menulis berbagai hal mengenai masalah keuangan, investasi, tabungan, asuransi dan sebagainya yang berhubungan dengan dengan ekonomi, kewirausahaan dan sosial kemasyarakatan. Karena disanalah persoalan kita yang sebenarnya. Indonesia itu merupakan negara yang sangat kaya raya akan sumber daya alam, sumber daya manusia,budaya dan suku bangsa.Tapi sayangnya banyak dari kekayaannya belum bisa dimanfaatkan secara sempurna. Akhirnya bukannya kita menjadi bangsa yang maju, malah sedikit terbelakang. Semua itu bukanlah kutukan, tapi kita sendiri sebagai manusia dan masyarakatnya yang belum bisa mengolah dengan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyatnya.

Dengan demikian status kita yang middle income, tidak naik-naik statusnya.Jadi ada semacam trap atau jebakan, karena kurangnya jiwa kewirausahaan dari golongan menengah. Sehingga masyarakat yang golongan ekonomi lemah pun tidak bisa terangkat statusnya. Bayangkan kalau tingkat kewirausahaan dan jiwa kreatifnya tinggi, tentu akan banyak membantu banyak orang, karena bisa membuka lowongan kerja baru, sehingga akan menarik orang-orang golongan ekonomi lemah. Dengan demikian akan memberi dampak yang positif. Ujung-ujungnya perekonomian kita bisa merata dan tidak hanya terpusat di Jawa atau di daerah perkotaan.

Oleh karena itu menjadi tidak wajar atau salah kaprah apabila seseorang yang sudah memiliki income (usia produktif) tidak berusaha untuk bertambah kaya. Tentu yang saya maksud di sini adalah kaya secara benar (bukan hasil korupsi) serta halal. Untuk mencapai penambahan kekayaan dengan cara yang benar, ada beberapa langkah yang perlu ditempuh, agar kita tidak terjerumus dalam komunitas orang kaya yang salah langkah dan sangat berisiko serta berpotensi untuk terjerat kasus korupsi.

Apa dan bagaimana langkah-langkahnya?

1.Perlunya pengetahuan tentang "Financial Literacy"

Sebenarnya istilah ini dapat digunakan untuk korporasi maupun perorangan. Namun, saya ingin mengulasnya untuk untuk perorangan. Financial literacy adalah kemampuan seseorang untuk menjadi "melek keuangan" disertai dengan pengetahuan untuk "mengembangkan uangnya" tersebut sehingga dengan pengetahuan dan keterampilannya mampu mengalokasikan uang yang dimilikinya menjadi lebih efektif dan optimal untuk kebaikan diri dan keluarganya.

Lebih dari itu, seseorang yang telah melek keuangan akan berpikiran lebih maju dengan memahami faktor risiko dari alokasi aset keuangan yang dilakukannya tersebut.

2. "Financial Utility"

Pengetahuan ini merupakan kelanjutan setelah seseorang melek keuangan. Seseorang yang telah memahami bahwa kebutuhannya kelak harus dipenuhi secara finansial, maka ia akan mencari wadah atau tempat uang tersebut. Ia akan mencari bagaimana penempatan aset uangnya secara benar. Hal ini erat kaitannya dengan instrumen keuangan yang tersedia dan dijual di pasar keuangan, dimulai dari pemahaman fungsi tabungan, deposito, asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi umum, fungsi kredit perbankan hingga instrumen investasi yang mengandung risiko.

Oleh karena itu, siapa pun dia tanpa melihat besar atau kecilnya pendapatan (gaji) seharusnya dapat melakukan financial literacy dan memahami financial utility. Dengan demikian, orang tersebut akan mampu untuk melakukan pengambilan keputusan manajemen keuangannya yang disesuaikan dengan karakter risikonya; kemampuan keuangannya; serta cita-cita keuangannya kelak.

Tentunya ini merupakan proses seumur hidup yang akan menjadi "sesuatu banget" bagi yang bersangkutan. Kenapa begitu? Ya, karena untuk mencapai suatu tingkat tertentu, dimulai dari yang "amat sederhana" seperti "disiplin" tetapi kelak akan membuahkan hasil yang "amat luar biasa".

Katakanlah, kita mulai dengan penghematan per harinya Rp 3500 dengan tidak merokok atau beli minuman di cafe. Uang itu terus dikumpulkan setiap harinya dan pada akhir bulan uang itu kemudian diinvestasikan untuk tujuan yang lebih besar. Dengan membuat komitmen terhadap dirinya sendiri sampai memasuki usia pensiun dengan melakukan disiplin penghematan pengeluaran Rp 3.500 setiap harinya.

Maka bisa dibayangkan berapa uang yang bisa kita kumpulkan pada saat kita pensiun nantinya. Dengan asumsi kita bisa mendapatkan 20% per tahunnya, maka kita pada akhirnya bisa menikmati hasil disiplin diri (Rp 3.500 per hari), yang tentunya  menjadi "sesuatu" yang amat sangat berharga.

 Berikut ilustrasi dari hasil investasinya adalah sebagai berikut: Rp 2.452.884.185 (lihat tabel).

Nama karyawan :
Me
Waktu tersedia
Rata-rata kinerja Saham/ tahun
Usia saat ini :
25 tahun
30 tahun
Usia pensiun :
55 tahun
20.00 %
Hemat/hari :
 Rp     3.500

Banyaknya hari hemat/bulan:
30 hari
Besar investasi / bulan
Hasil Investasi
 Rp                  105.000
 Rp 2.452.884.185

Belum lagi, jika setiap tahun sejalan dengan peningkatan gaji, kita mampu menambah penghematannya (increment yearly) sebesar 10 persen, maka hasilnya adalah sebagai berikut.

Pada bulan ke-13 s.d bulan ke-24 (tahun ke-2) berhemat sebesar Rp 3.850 per hari;
Pada bulan ke-25 s.d bulan ke-36 (tahun ke-3) berhemat sebesar Rp 4.235 per hari;
Pada bulan ke-37 s.d bulan ke-48 (tahun ke-4) berhemat sebesar Rp 4.660 (per hari dibulatkan ke atas); selanjutnya pada bulan ke-49 (tahun ke-5) dst meningkat lagi sebesar Rp 5.125; dst.

Maka, hasil "pengorbanan" yang dapat kita nikmati pada saat pensiun adalah sebesar Rp 4.313.744.554

(increment yearly) meningkat mulai tahun ke II, III, IV dst. s.d pensiun, sebesar:
10.00 %
 Rp      4.313.774.554

Adalah suatu angka yang "amat luar biasa" hasil yang didapat dari cara kita melakukan penghematan. "Hmm sesuatu banget yaa..," kelak kita akan berkata demikian.

Namun, perlu dicatat bahwa hasil di atas bukan merupakan jaminan tingkat pengembalian, hasil yang sesusungguhnya dapat berada di atas maupun di bawah ilustrasi tersebut, meski bukan jaminan indikasi potensi keberhasilannya adalah cukup besar.

Itulah sebabnya kita perlu memahami financial literacy serta bagaimana kita mendalami dan memraktekkan financial utility tersebut? Tidak rugi khan? Hanya dengan komitmen melakukan penghematan, kemudian menginvestasikannya untuk tujuan jangka panjang, kita akan memperoleh hasil yang sangat luar biasa. Tentu hasilnya bisa lebih besar atau lebih kecildari jumlah tersebut. Namun secara garis besar, jumlahnya akan sangat besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar