Jumat, 10 April 2015

Cashless Society Cenderung Konsumtif?

              Cashless: The Future of Money? (doc: mobileinquirer.com)

Cashless Society adalah suatu masyarakat yang mempunyai kebiasaan dalam kegiatan ekonominya menggunakan uang non tunai dibanding dengan cash. Alasannya bisa bermacam-macam, diantaranya karena praktis, aman, nyaman dan handal. Bagi saya pun masuk akal, daripada harus bawa uang tunai dalam jumlah besar, tentu akan merepotkan dan yang jelas tidak aman. Dompetnya menjadi gendut, belum lagi kalau ditambah dengan uang logam. Bisa-bisa dompetnya malah rusak dan jadi sasaran.

Mending rekeningnya saja yang gendut daripada dompetnya. Makanya banyak orang dari golongan menengah ke atas lebih menyukai menggunakan uang non tunai, alias uang plastik. Tinggal gesek saja setiap ingin bertransaksi, hehehhe. Praktis, bukan?
Disitulah kelebihannya, kita tidak perlu repot-repot dan pemilik toko pun dimudahkan, karena tidak perlu menghitung uangnya lembar per lembar. Belum lagi kalau belanjanya pakai uang dengan nominal kecil plus uang koin lagi. Tentu akan membutuhkan waktu lama, bisa-bisa pelanggan yang ada di belakangnya tidak sabar untuk menunggunya. Begitulah kira-kira.

Cuma memang beda dalam cara pembayarannya kalau kita menggunakan uang non tunai atau uang plastik.  Tergantung jenis kartu yang dipakainya. Ada yang membayarnya nanti dengan menggunakan kartu kredit, buy now pay later. Ada yang membayarnya dengan cara mendebet saldonya, kalau mereka menggunakan kartu debit. Dan satu lagi dengan e-money, yaitu dengan cara mengisinya lebih dahulu sejumlah uang, baru bisa dipakai.

Semuanya bisa kita pakai dan manfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita. Jadi disanalah peran kita menentukan, mau uang dipakai secara boros atau sesuai dengan kebutuhan, tergantung kepada kita. Dan disana pula pola belanja kita setiap bulannya akan kelihatan, terekam dan tercatat. Tidak ada yang bisa ditutup-tutupi.

Bagi pemerintah tentunya lebih senang kalau rakyatnya mau menggunakan sistem ini. Disamping lebih praktis, karena tingkat kebocoran anggaran, penggelapan atau korupsi bisa ditekan atau diminimalisir.  Bagi perusahaan atau toko juga lebih disukai karena praktis dan menghemat waktu, tanpa harus pusing menghitung uangnya dan memberikan pengembalian, yang kadang nominalnya tidak ada. Sedang bagi pelanggan juga dimudahkan.

Akhirnya secara nasional pun akan lebih baik, karena menghemat biaya untuk pencetakan, pendistribusian dan juga biaya untuk menghancurkan uang, kalau sudah lapuk dan kumal. Disamping itu perputaran uang juga menjadi semakin lancar, karena uang langsung masuk perputaran perekonomian, tanpa jeda. Dengan demikian tingkat perputaran uang (velocity of money) bisa meningkat tajam.

Jadi sebenarnya semua saling diuntungkan dan bisa memperoleh manfaat. Tentunya kalau ditinjau dari segi positifnya dan tentunya mereka yang membelanjakkannya pun sesuai dengan kebutuhan dan batas-batas kewajaran.

Kalau ternyata dengan menggunakan uang plastik membuat kita menjadi boros dan bersifat konsumtif, itu sebenarnya kembali ke masing-masing individu.Tidak semua yang menggunakan kartu atau uang plastik, mau menggunakan uang dengan seenaknya. Mungkin kecenderungan itu ada, karena kemudahan menggunakannya, akhirnya mereka lupa dan terlena dalam berbelanja.

Apalagi kalau mereka menggunakan kartu kredit, bayarnya saja masih nanti.  Jadi ada waktu untuk membayarnya, tapi mereka tetap harus membayar sesuai dengan total belanjanya kalau tidak ingin terkena biaya bunga yang justru menjadi lebih banyak lagi. Seberapa besar mereka bisa menggunakan kartu kreditnya, tergantung seberapa besar kredit yang dimilikinya. Dengan demikian semakin besar kreditnya, berarti semakin besar peluang untuk berbelanjanya. Memang dengan menggunakan kartu kredit, kemampuan untuk membayar menjadi lebih tinggi. Hal ini karena mereka bisa belanja lebih dahulu, dan membayarnya baru kemudian (nanti).

Sedangkan mereka yang menggunakan kartu debit atau e-money, tentu harus mempunyai sejumlah saldo lebih dahulu, baru mereka bisa belanja. Semakin besar saldo yang dimiliki, semakin besar kemampuan mereka untuk belanja. Jadi tanpa ada saldo di kartunya, mustahil mereka bisa belanja. Itu sebabnya kemampuan mereka berbelanja, tergantung pada ada tidaknya saldo di dalamnya.  Yang berarti mereka tidak bisa seenaknya dalam berbelanja, kecuali kalau saldonya sangat besar, mereka baru bisa dengan mudah untuk berbelanja.

Jadi kecenderungan untuk menjadi konsumtif, bagi masyarakat yang sudah menggunakan uang non tunai itu memang ada, dan rasanya hal itu berlaku juga di berbagai negara maju. Dengan kepraktisannya, cukup dengan membawa uang plastik, kita bisa berbelanja ini itu. Itu sebabnya mal pun tidak pernah sepi, mau itu hari biasa apalagi hari libur, mal rasanya tidak pernah sepi.

Inikah bukti Indonesia semakin makmur atau masyarakatnya yang lebih konsumtif? Bagi pemilik mal dan pedagang yang ada disana, seneng-seneng saja dan itu yang mereka cari, dagangannya laris manis dan syukur bisa bertambah besar. Maka wajarlah para pedagang berusaha memanjakan pembelinya dengan menyediakan berbagai kebutuhannya. Karena mereka berharap, apa yang dijualnya akan laku dan disukai oleh pembeli, sehingga apa yang mereka usahakan tidak sia-sia.

Tapi tidak semua orang yang berbelanja dengan menggunakan kartu atau uang plastik akan mempunyai sifat konsumtif. Hal ini karena mereka tahu apa yang mereka butuhkan, maka mereka berbelanja. Bukan berdasarkan pada apa yang mereka inginkan. Jadi biar pun mereka sama-sama pergi ke mal, tapi caranya mereka berbelanja berbeda.

Ini sebenarnya kemudahan yang diinginkan dari penggunaan uang non tunai, membantu masyarakat dalam melakukan transaksi ekonominya. Baik itu saat mereka mau belanja ke mal, belanja online, membayar berbagai tagihan listrik, air, telpon, membayar kartu kredit dan lain-lain.  Tapi mereka memanfaatkan uang non tunai hanya  untuk memudahkan dalam belanja dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Bukan untuk meliarkan keinginan sehingga semua seakan mau dibeli karena lapar mata.

Jadi akhirnya kembali kepada masing-masing individu dalam menggunakan uang non tunai. Persis seperti yang lainnya, bisa dilihat dari dua sisi, positif dan negatif. Layaknya sebuah pisau, bisa dipakai untuk melukai orang lain, bahkan membunuhnya. Pada saat yang sama pisau bisa dipakai sebagai alat untuk memotong sayur-sayuran dan menyiapkan  masakan, yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk seluruh keluarga.

Mungkin sekedar saran saja dalam melakukan sosialisasi penggunaan uang non tunai. Disamping banyaknya manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan uang non tunai. Tapi perlu juga diselipin dengan pesan untuk berhati-hati dalam menyimpan dan menggunakannya, karena kalau kartu hilang atau dihack, bisa-bisa uang kita pun habis. Yang berarti daya beli kita pun langsung turun.

Bagaimana menurut Anda? Sekedar berbagi opini saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar