Senin, 22 Mei 2017

MRT Mendorong Solusi Transportasi Publik dan Mengubah Gaya Hidup

Ilustrasi/Flier Forum Jurnalis dan Blogger MRT Jakarta (dokpri)

Sebagai pengguna rutin transportasi publik (TransJakarta/busway), saya selalu welcome munculnya transportasi publik baru lainnya. Hal ini karena saya merasa waktu tempuh yang saya pakai untuk mengikuti berbagai kegiatan membutuhkan waktu yang lama. Terkadang waktu 2 jam saja belum tentu cukup. Alih-alih saya ingin bisa cepat sampai ke tempat yang dituju, apa boleh buat saya mesti harus bersabar karena padatnya lalu lintas. Kalau sekali dua mungkin masih wajar, tapi kalau banyak kali telatnya khan saya malu dan sayanglah waktu yang terbuang begitu lama di jalan.


Itulah uneg-uneg yang sering saya pendam sendiri setiap harinya. Kapan yaa MRT ini siap meluncur di jalanan Jakarta, biar saya sedikit bisa mempercepat perjalanan? Hmmm, kalau nanti MRT sudah ada, tapi masyarakat masih memilih menggunakan kendaraan pribadi ke tempat kerja atau ke wilayah yang dilalui MRT. Terus apa gunanya MRT untuk mengurangi kepadatan lalu lintas ya?

Suasana forum diskusi yang sedang berlangsung (dok: Sumiyati)

Itulah pentingnya edukasi atau pemberian penjelasan ke masyarakat untuk melakukan perubahan gaya hidup atau budaya dengan mengalihkan moda transportasi dari kendaraan milik pribadi ke kendaraan umum. Sebenarnya upaya pemerintah untuk membangun infrastruktur yang mendukung layanan transportasi umum sudah banyak. Namun dirasa masih kurang atau belum cukup untuk bisa mengatasi kemacetan Jakarta. Maka kehadiran MRT ditengah padatnya jalanan Jakarta, semoga menjadi salah satu solusi transportasi publik yang dinanti masyarakat.

Rencana pembangunan MRT ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1986, akan tetapi baru dapat direalisasikan awal pembangunannya pada tahun 2013. Konstrksi jalur MRT sebagian berpa jalan layang krang lebih 10 km (7 stasiun) dan sisanya 6 km berupa konstruksi bawah tanah (6 stasiun). Dengan pembangunan yang diperkirakan 2 tahun lagi selesai untuk fase I, maka diluncurkan juga kampanye #UbahJakarta sebagai sarana perubahan gaya hidup masyarakat ibu kota.

Direktur MRT Jakarta, William Sabandar sedang menjelaskan perkembangan 
proyek MRT (dokpri)

Hal ini karena MRT bukan hanya pembangunan transportasi secara fisik saja, tapi menyangkut perubahan gaya hidup. Demikian yang  diungkapkan oleh William Sabandar, direktur utama PT.MRT Jakarta pada acara bulanan Forum Jurnalis dan Blogger pada hari Rabu 17 Mei 2017 yang lalu. Mengubah gaya hidup bukanlah hal yang mudah dan tidak dapat dikerjakan dalam waktu singkat, karena membutuhkan pemahaman  dan edukasi yang terus menerus bahwa perbahan yang dibuat itu untuk kebaikan bersama.

Untuk itu dalam rangka memberikan pendidikan pada masyarakat mengenai MRT sebagai alternatif kendaraan umum yang nyaman sebagai pengganti kendaraan pribadi, PT MRT  meluncurkan website yang baru setelah melakukan perbaikan dan pembaharuan dalam konsep, perencanaan isi, desain perwajahan dan hal-hal teknis lainnya.

Website http://jakartamrt.co.id/ ini diharapkan dapat menjadi pusat infromasi segala aktifitas MRT Jakarta yang mudah diakses oleh publik, terpercaya dan dapat diandalkan oleh para penggunanya.

Program ntuk #UbahJakarta memang tidak mudah. Oleh karena itu kita sema diharapkan bisa membantu menyebarkan informasi atau mengedukasi masyarakat untuk mengubah gaya hidup dalam bertransportasi publik. Apabila dilakukan oleh banyak orang dan bersama-sama untuk mencapai tujuan utama adalah perbaikan kualitas udara yang kita hirup dan mengatasi kemacetan. Caranya adalah dengan secara bertahap memilih menggnakan transportasi publik dan menyebarkan informasi untuk mempengaruhi masyarakat melakukan hal yang sama dengan kampanye di social media dengan #Ubah Jakarta maupun secara langsung.

Menyempatkan foto bersama usai acara Forum Diskusi Jurnalis dan Blogger 
(dok: Sumiyati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar