Rabu, 01 Agustus 2018

Pentingnya Pemeriksaan Hepatitis Secara Dini

Saat Forum Diskusi Philips Indonesia bersama narasumber dengan tema 
Peranan Uji Diagnostik dalam Memerangi Hepatitis (doc: Yunika)

Seneng rasanya bisa menghadiri acara Thought Leadership Forum yang diadakan oleh Philips Indonesia dengan tema Peranan Uji Diagnostik dalam Memerangi Hepatitis yang diadakan di Plaza Kuningan, Jakarta Selatan.

Hal ini karena pengetahuan atau informasi tentang hepatitis bagi saya masih sedikit kabur, terutama bagaimana penyebaran itu bisa terjadi. Pernah dulu ketika masih sekolah di SMA, teman saya sakit hepatitis. Karena internet saat itu belum ada, saya pun tidak serta merta mencari tahu apa dan bagaimana penyebaran penyakit hepatitis itu. Alhamdulillah sampai sekarang dia masih hidup. Mungkin karena dia berobat dan langsung ditangani, sehingga peluang untuk sehat menjadi lebih besar.

Acara Thought Leadership Forum kali ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh setiap tanggal 28 Juli. Acara ini  diharapkan menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai penyakit hepatitis.  Apalagi Kementrian Kesehatan  telah mencanangkan Indonesia bebas hepatitis pada tahun 2020.  

Masih disayangkan memang kepedulian untuk deteksi dini terhadap penyakit hepatitis ini relatif rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kecenderungan masyarakat yang takut untuk memeriksakan ke dokter. Untuk itu kita perlu menekankan pentingnya mengkampanyekan awareness ini muncul di masyarakat. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi lebih pada tujuan untuk menekan angka pengidap hepatitis dan penyakit kronis lainnya yang berakibat angka harapan hidupnya menjadi kecil.

Sebagai narasumber pada acara tersebut, adalah dr Irsan Hasan, SpPD-KGEH, Ketua PB Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia; dr Wiendra Waworuntu, M.Kes. selaku Direktur Pencegahan dan Penegndalian Penyakit Menular Langsung - Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Suryo Suwignjo, selaku Presiden Direktur Philips Indonesia


Jenis Virus Hepatitis (doc: docpri dari slide diskusi)

Tanpa Gejala

Menurut Irsan, pengidap hepatitis biasanya tidak menyadari. Penderita tidak merasakan banyak perubahan pada tubuhnya dan nyaris tanpa gejala. Kalau pun terdeteksi, pasien hepatitis belum tentu mau menjalani pengobatan. Entah alasan biaya atau alasan metode pengobatan. Alhasil, fatalitas hepatitis tetap tinggi.

Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa angka survival tahun 1998, hanya 24,1% dan tahun 2013-2014 meningkat menjadi 29,4%. Jadi kalau ada 100 orang sakit kanker hati datang pada 1 Januari, pada akhir Desember hanya sisa 30 orang saja. Orang dengan kanker hati itu meninggal cepat. Makanya kami tengah gencar mensosialisasikan kegiatan screening.

Lebih jauh, Presiden Direktur Philips Indonesia, Suryo Suwignjo, mengungkapkan bahwa salah satu upaya edukasi untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan deteksi dini adalah dengan mengadakan forum diskusi yang menampilkan berbagai pemangku kepentingan seperti Kementerian Kesehatan dan tenaga ahli profesional.

Untuk itu dalam rangka menyambut Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh pada 28 Juli, Philips Indonesia ingin meningkatkan kesadaran masyarakat mau melakukan deteksi dini sesuai kemampuan dan kebutuhan mereka. Suryo juga mengimbau masyarakat untuk mulai proaktif melakukan deteksi dini  dengan cara dan alat apa saja sesuai dengan kemampuan. Disamping itu untuk mencegah penyakit Hepatitis, kita juga perlu untuk selalu menjaga pola hidup sehat.


Bentuk hati ketika sehat hingga terkena Sirosis hati (dokpri dari materi diskusi)

Lebih-lebih 80% hepatitis ini timbul tanpa adanya gejala. Jadi orang tidak tahu kalau dia sakit. Dan juga belum tentu yang ketahuan mau diobati karena tidak ada keluhan. SElain itu kendala dengan biaya dan efek samping juga berpengaruh. AKhirnya banyak yang datang saat sudah pada fase atau stage lanjut.


Deteksi dini pada hepatitis memang tidak bisa dideteksi secara mandiri. Belum lagi jika sudah melewati tahap menjadi kanker hati. Cara mendeteksi dini yang paling murah bisa didapatkan saat ini menjadi donor darah. Hal ini karena setiap pendonor akan dilakukan screening pada darahnya terlebih dahulu. Apabila dari hasil screening ini ketahuan kalau seseorang terkena hepatitis, maka secara otomatis yang bersangkutan tidak bisa melakukan donor darah.

Screening dengan menggunakan USG sebenarnya dianjurkan 6 bulan sekali kepada pasien hepatitis. Namun dalam kenyataannya masih belum jalan di Indonesia. Masalah utamanya adalah pembiayaan. Untuk itu dr Irsan memberikan salah satu rekomendasi adalah mengusulkan screening USG ini kepada Kementrian Kesehatan, supaya menjadi program.
Foto bersama narasumber setelah selesai acara diskusi (doc: Yunika)

Apalagi penyakit hepatitis di jaman now  bisa membuat karir seseorang bisa berantakan. Berdasarkan hasil riset Komunitas Peduli Hepatitis pada 2016, separuh penderita Hepatitis mengalami diskriminasi di tempat kerja. Bahkan ada sejumlah responden yang enggan melanjutkan pengobatan hepatitis, dikarenakan mereka tidak ingin orang lain mengetahui penyakit mereka.

Temuan lainnya, satu dari tiga orang merahasiakan penyakit Hepatitis dari keluarga, bahkan mereka juga merahasiakannya dari pasangan mereka sendiri. Atas dasar inilah, Philips Indonesia menunjukkan dukungan terhadap edukasi pentingnya pencegahan penyakit tersebut bertepatan dengan Hari Hepatitis yang jatuh pada 28 Juli melalui Forum Diskusi Philips Indonesia yang membahas tema ‘Peranan Uji Diagnostik dalam Memerangi Hepatitis.’

Semoga target Indonesia bebas hepatitis pada tahun 2020 bisa terwujud. Tentunya dengan kerja keras dan kolaborasi dari semua pihak, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar