Para narasumber dan panitia foto bersama (Doc: NUB)
Ternyata saya baru tahu kalau tanggal 29 September diperingati sebagai Hari Jantung Sedunia dan di Indonesia diperingati sebagai Hari Jantung Nasional. Maklumlah banyak sekali hari yang harus diperingati, jadi tidak bisa mengingatnya satu-satu, heheheh, alasan yaa.
Terima kasih buat Nutricia yang telah mengingatkan saya akan
berharganya peringatan Hari Jantung Nasional ini. Tujuan diadakan kampanye ini
adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan jantung. Terutama
untuk pendeteksian secara dini dan keselamatan bayi. Hal ini mengingat angka
kejadian penyakit jantung bawaan (PJB)
berkisar antara 8 – 10 kasus untuk setiap 1000 kelahiran.
Apalagi berdasarkan
perkiraan setiap tahun ada sekitar 50.000 kasus PJB terdeteksi dengan berbagai
kondisi. Sayangnya, 30 persen dari kasus tersebut tidak
terdeteksi. Hal ini terjadi karena ada PJB tanpa gejala yang khas yaitu
noncyanotic (tidak biru), di samping PJB dengan cyanotic (membiru).
Untuk itu Nutricia Advanced
Medical Nutrition melalui “Bicara Gizi” mengajak puluhan ibu-ibu dari komunitas
dan Alumni Danone Blogger Academy untuk mengenal tanda-tanda hingga kebutuhan
nutrisi anak dengan PJB. Tujuannya tidak lain agar tumbuh kembang si anak
dengan PJB bisa optimal.
Beruntung saya bisa hadir
pada acara tersebut, jadi sedikit membuka wawasan dengan PJB ini. Maklum saya
agak kurang info masalah kelainan kesehatan yang ada pada bayi. Acara tersebut
diadakan di Kolega Coworking Space pada tanggal 22 September 2018 dengan narasumber
Dr Dedi Wilson SpA (K), Konsultan Kardiologi Anak di RS Jantung Jakarta dan Dr
Klara Yuliarti, SpA (K), Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Anak di RSCM
Jakarta
Dr Dedi sedang memberikan presentasinya (doc: mbak Dewi)
Sedikit Mengenal Penyakit Jantung Bawaan pada Anak
PJB pada anak adalah
kelainan struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung akibat gangguan atau
perkembangan struktur jantung pada fase awal pekembangan janin. Sudah lebih
dari 34 jenis PJB pada anak yang teridentifkasi secara medis. Kebanyakan PJB
menghambat aliran darah pada jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah yang abnormal ke jatung dan dari jantung ke organ lan.
Penyebabnya memang belum
diketahui secara pasti. Namun demikian, ada sejumlah faktor yang diduga dapat
meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung bawaan. Ada tiga penyebab yang
dikaitkan sebagai penyebab PJB ini, yaitu lingkungan (zat kimia dan radiasi),
ibu (infeksi virus, diabetes, SLE, obat-obatan dan alkohol) serta bayi (mutasi
gen dan perubahan kromosom). Kelahiran prematur juga bisa jadi faktor pemicu
PJB pada anak.
Untuk
itulah Dr Dedi menganjurkan agar bayi yang baru lahir menjalani pemeriksaan
auskultasi (mendengar denyut jantung), perabaan denyut nadi, pemeriksaan
saturasi dan pemeriksaan ekokardiografi. Namun, "Langkah-langkah ini
punya kelemahan," kata Dr Dedi mengingatkan. Dr Dedi menganjurkan fetal
echo pada usia kehamilan 5 -- 6 minggu bagi ibu yang mempunyai riwajat penyakit
jatung, diabetes dan peminum alkohol.
Selain
itu pemantauan tumbuh kembang anak sangat membantu untuk mendeteksi PJB. Arif
Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia, orang tua,
komunitas dan blogger perlu memahami PJB pada anak dengan baik agar tidak
terjadi malanutrisi.
Yang
menjadi masalah adalah PJB pada anak akan membuat anak bernapas pendek dan
cepat, susah makan, keringat berlebihan saat makan, sianosis (kulit, bibir dan
kuku berwarna kebiru-biruan).
Menurut
Dr Dedi, jika anak dengan PJB tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
pertumbuhan anak tidak baik dan kurang nutrisi (wasting/stunting), gangguan
perilaku anak, gangguan saraf, infeksi saluran pernapasan yang berulang sampai
kematian. Makanya deteksi dini adalah kunci utama untuk menentuan penanganan yang
sesuai, demikian kata Dr Dedi.
Dr Klara sedang menjelaskan permasalahan PJB pada Bayi (dok: mbak Dewi)
Salah
satu dampak PJB pada anak adalah risiko malanutrisi yang bisa berujung pada
stunting (pertumbuhan yang tidak maksimal sampai usia dua tahun). Malanutrisi
bisa terjadi karena masukan kalori yang tidak adekuat, absorbs dan pemanfaatkan
yang tidak efisien, serta peningkatan kebutuhan kalori/energi yang tidak
terpenuhi
Sebaliknya
Dr Klara Yuliarti, SpA (K) dalam penjelasannya mengatakan bahwa asupan yang
tidak memadai pada anak dengan PJB terjadi karena anak sudah mengisap, menelan,
cepat lelah saat makan, dan pembatasan cairan. Itu sebabnya anak dengan PJB
membutuhkan pengaturan atau strategi pemberian nutrisi secara khussu.
Apalagi
malanutrisi pada anak di bawah dua tahun akan mengganggu perkembangan otak ,karena
80 persen perkembangan otak terjadi pada dua tahun kehidupan yang dikenal
sebagai "1000 Hari Pertama
Kehidpan". Apalagi malanutrisi untuk kesehatan anak dengan PJB.
Disamping
itu, jika pertumbuhan anak yaitu berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala
tidak sesuai dengan pedoman yang ada, maka anak perlu dibawa ke dokter ahli
jatung. Selain itu persoalan imunisasi juga menjadi masalah bagi anak dengan
PJB.
Imunisasi
juga penting bagi anak dengan PJB. Untuk itu, Dr Dedi berharap agar orang tua
dan anggota keluarga melakukan pencegahan infeksi pada anak dengan PJB. Antara
lain dengan menghindari tempat ramai, cuci tangan teratur, perawatan gigi,
segera berobat jika ada gejalan infeksi, pemakaian antibiotik berdasarkan
indikasi yang tepat, dan melengkapi imunisasi yang dianjurkan.
Akhirnya
Dr Klara mengingatkan kepada para blogger untuk memberikan informasi yang akurat. Kalau tidak, tolong jangan
ditulis. Hal ini sangat penting karena masih banyak orang tua yang
menjadikan informasi di Internet sebagai pedoman untuk menangani anak dengan
PJB.
Kami para Blogger antusias untuk mengikuti acara Bicara Gizi dari Nutricia (dok: Amanda)
Beruntung
kami yang hadir adalah Blogger yang telah
tergabung dalam " Danone Blogger Academy" paling tidak kami sudah menjalani pelatihan untuk penulisan
kesehatan, nutrisi dan lingkungan. Ups! Semoga bisa mengurangi hoaks yang
disebar dalam bidang kesehatan.
Mencegah
Penyakit Jantung Bawaan
Kunci pencegahan penyakit
ini terlretak pada perawatan bayi sejak masih dalam kandungan atau disebut
asuhan prenatal. Berikut beberapa langkah perawatan prenatal yang dapat
dilakukan ibu hamil.
- Pengecekan
darah sejak awal kehamilan untuk mengetahui apakah ibu hamil memiliki daya
tahan tubuh terhadap rubella. Jika diketahui bahwa ibu hamil belum imun
terhadap rubella, harus menghindari kemungkinan terpapar dan diperlukan
vaksinasi rubella setelah kelahiran.
- Menghindari
penggunaan obat-obatan terlarang maupun minuman beralkohol selama
kehamilan.
- Konsultasikan
dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat-obatan.
- Ibu
hamil yang memiliki diabetes harus berusaha untuk mengendalikan kadar gula
darah agar senantiasa normal.
- Bila
ibu hamil berusia 35 tahun atau mengalami kehamilan risiko tinggi karena
kondisi medis seperti tekanan darah tinggi atau diabetes, sebaiknya
melakukan pemeriksaan prenatal di dokter kandungan dengan lebih sering.
Jika Anda menemukan gejala
penyakit jantung bawaan pada bayi Anda, jangan ragu untuk segera mencari
pertolongan medis. Makin cepat anak mendapat pertolongan, makin baik peluangnya
untuk tertolong. Di samping itu, anak dengan penyakit jantung bawaan sebaiknya
diperiksa secara rutin ke dokter ahli jantung, bahkan setelah dia tumbuh dewasa
bila masih mengalami gejalanya.
Saat diskusi Bicara Gizi sedang berlangsung (dok: pak Syaiful)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar