WRDD 2019 flier (dok:deksgram.net)
Hari Penyakit Langka Sedunia atau Rare Disease Day diperingati setiap tanggal 28 Februari. Suatu penyakit dikategorikan sebagai penyakit langka apabila seluruh pengidapnya masih di bawah 2.000 jiwa. Di dunia ini sekarang tercatat ada 6000 - 8.000 penyakit langka yang baru diketahui. Penyakit ini tentunya bisa mengancam jiwa atau menurunkan kualitas hidup pasien apabila tidak segera ditangani.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 75% dari pasien penyakit langka adalah anak-anak. Bahkan 30% pasiennya merupakan anak-anak dibawah usia 5 (lima) tahun. Dan baru sekitar 5%
pasien yang mendapatkan penanganan yang memadai. Untuk itu menjadi tantangan
tersendiri bagi para orang tua yang mempunyai anak dengan penyakit langka untuk
memberikan nutrisi yang tepat sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa
terbaik optimalisasi tumbuh kembang seorang anak di masa depan.
Hal ini karena di Indonesia masih menghadapi tantangan yaitu malnutrisi ganda. Salah satunya ditandai dengan kondisi stunting. Selain itu obesitas pada anak juga menjadi masalah. Sebenarnya malnutrisi dapat dicegah bila pemenuhan asupan nutrisi harian dipenuhi sesuai
kebutuhan anak, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Masa inilah yang menentukan
kondisi kesehatan mereka di masa depan. Untuk itu pemenuhan nutrisi anak-anak dengan penyakit langka pun menjadi komponen penting
yang tidak boleh luput menjadi perhatian.
Yang menjadi tantangan terbesarnya bagi para orang tua yang memiliki anak mengidap penyakit langka adalah tidak hanya penyakitnya, obat dan penanganannya pun langka di Indonesia. Bayangkan untuk mendapatkan orphan foods dan orphan drugs (sebutan untuk obat dan makanan khusus bagi pengidap penyakit langka harus memesan ke luar negari dengan harga yang fantastis.
Misalnya, untuk makanan khusus satu tahun bisa sekitar 6 miliar dan sebulannya 7 juta. Karena mereka harus minum susu tersebut sebagai obat juga. Demikian yang diungkapkan oleh Peni Utami, ketua Yayasan MPS dan Penyakit Langka Indonesia pada acara Rare Disease Day 2019 bertajuk #LiveWithRare, Rabu, 27/2/2019).
Apalagi obat-obatan ini juga belum dicover oleh BPJS. Peni mengatakan sudah sempat mengadakan forum group discussion dengan beberapa stakeholder terkait seperti: BPJS, BPOM, Kemenkes, Kemensos untuk membicarakan hal tersebut.
Ternyata itu dana dari APBN sendiri tidak ada source untuk anak-anak penyakit genetik metabolik, mereka lebih ke penyakit yang umum dan cedera, imbuh Peni yang juga memiliki adik seorang pengidap penyakit langka MPS tipe IV.
Memang obat bukan satu-satunya yang memakan biaya besar, pengidap penyakit langka juga membutuhkan terapi-terapi yang termasuk dalam rangkaian pengobatannya dan biayanya sendiri juga tidak sedikit. Peni bersyukur kini ada beberapa solusi lain untuk mengatasi kendala tersebut. Salah satunya melalui penggalangan dana online atau crowdfunding.
Foto bersama orang-orang hebat bersama anak-anak hebat (dok: Agung Han)
Yang menjadi tantangan terbesarnya bagi para orang tua yang memiliki anak mengidap penyakit langka adalah tidak hanya penyakitnya, obat dan penanganannya pun langka di Indonesia. Bayangkan untuk mendapatkan orphan foods dan orphan drugs (sebutan untuk obat dan makanan khusus bagi pengidap penyakit langka harus memesan ke luar negari dengan harga yang fantastis.
Misalnya, untuk makanan khusus satu tahun bisa sekitar 6 miliar dan sebulannya 7 juta. Karena mereka harus minum susu tersebut sebagai obat juga. Demikian yang diungkapkan oleh Peni Utami, ketua Yayasan MPS dan Penyakit Langka Indonesia pada acara Rare Disease Day 2019 bertajuk #LiveWithRare, Rabu, 27/2/2019).
Apalagi obat-obatan ini juga belum dicover oleh BPJS. Peni mengatakan sudah sempat mengadakan forum group discussion dengan beberapa stakeholder terkait seperti: BPJS, BPOM, Kemenkes, Kemensos untuk membicarakan hal tersebut.
Ternyata itu dana dari APBN sendiri tidak ada source untuk anak-anak penyakit genetik metabolik, mereka lebih ke penyakit yang umum dan cedera, imbuh Peni yang juga memiliki adik seorang pengidap penyakit langka MPS tipe IV.
Memang obat bukan satu-satunya yang memakan biaya besar, pengidap penyakit langka juga membutuhkan terapi-terapi yang termasuk dalam rangkaian pengobatannya dan biayanya sendiri juga tidak sedikit. Peni bersyukur kini ada beberapa solusi lain untuk mengatasi kendala tersebut. Salah satunya melalui penggalangan dana online atau crowdfunding.
Tujuan diadakan acara ini adalah untuk mengedukasi masyarakat mengenai penyakit langka, kondisi serta kebutuhan nutrisi medis (orphan food) anak-anak dengan penyakit langka Indonesia serta perlunya dukungan berbagai pihak demi tumbuh kembang optimal dan masa depan anak dengan penyakit langka ini.
Orphan
food sendiri merupakan bagian dari pangan olahan/formula medis khusus untuk
kondisi penyakit langka yang mencakup makanan, baik dalam bentuk cair atau
padat, yang diperuntukkan bagi pasien dengan penyakit langka. Orphan food ini bisa sebagai
satu-satunya sumber nutrisi maupun terapi pendukung.
DR.Dr Damayanti Rusli (dok:IDN Times)
Penyebab Penyakit Langka
Dalam pemaparan mengenai penyebab penyakit langka, DR. Dr. Damayanti
Rusli Sjarif, SpA (K) menjelaskan bahwa ada
sekitar 80% penyakit langka disebabkan karena kelainan genetic. Salah
satu penyakit langka yang dapat diobati disebabkan oleh inborn error of
metabolism. Penyakit ini disebabkan karena kekurangan fondasi awal untuk
mendukung pertumbuhan yang baik. Seringkali anak dengan penyakit langka memerlukan formula medis khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka.
Sama seperti anak lainnya, anak dengan penyakit
langka juga membutuhkan pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan masing-masing untuk
mencegah malnutrisi atau bahkan kondisi stunting. Walaupun memiliki penyakit
langka, bukan berarti kondisi kognitif anak dapat dinomorduakan, ungkap Dr
Damayanti
Sayangnya angka kejadian yang rendah membuat
penanganan penyakit langka tidak mendapatkan perhatian, terutama di negara
berkembang. Di Indonesia pemenuhan nutrisi anak dengan penyakit langka menjadi
sebuah tantangan tersendiri karena tingginya biaya orphan food, hingga belum
adanya dukungan memadai dari pemerintah.
Sampai saat ini, formula medis khusus belum ditanggung oleh
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) karena tidak tercatat dalam Formularium
Nasional yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan. Padahal spesifikasi
peruntukan dan distribusinya sudah diatur dalam peraturan BPOM. Kami berharap
pemerintah dapat membantu kami, agar formula medis khusus dapat dijamin melalui
skema JKN, sehingga meringankan biaya kebutuhan penanganan anak-anak kami.
Dalam menangani kasus penyakit langka, RSUPNCM telah berhasil mendiagnosa dan menangani beberapa penyakit langka yang memerlukan orphan food seperti fenilketonuria, maple syrup urine disease, isovaleric academia, dan lain-lain. Beberapa penyakit langka lain juga seringkali disertai dengan gangguan pertumbuhan yang memerlukan oral nutrition supplement.
Joanna Alexandra, aktris, dan seorang ibu yang mempunyai anak mengidap penyakit langka
Joanna Alexandra dalam memberikan presentasinya juga mengungkapkan dukungan pemerintah sangat dibutuhkan bagi orangtua
yang memiliki anak dengan penyakit langka. Hal ini karena setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh dengan sehat, walau anak
memiliki penyakit langka sekalipun. Di luar penanganan dalam hal fasilitas,
bantuan untuk memenuhi asupan nutrisi sehari-hari untuk anak dengan penyakit
langka sangat dibutuhkan untuk mencegah malnutrisi seperti stunting. Dia pun harap semakin banyak pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat luas yang menyadari dan
memperhatikan kebutuhan anak dengan penyakit langka.
Selamat Hari Penyakit Langka Sedunia. Kami berharap
dengan adanya sesi edukasi seperti ini akan makin banyak pihak yang menaruh
perhatian dan dukungan kepada anak-anak kami, agar mendapatkan kesempatan
bertumbuh dan berkembang secara optimal melalui penanganan nutrisi yang tepat
sejak dini, ungkap Peni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar