Senin, 23 September 2019

Pentingnya Nutrisi dan Support System untuk Ibu dengan Kehamilan Resiko Tinggi

Ilustrasi Ibu hamil (dok: popmama.com)

Tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas kesehatan dan gizi ibu sebelum dan selama kehamilan akan mempengaruhi kesehatan janin yang akan dilahirkan dan menentukan tumbuh kembang si Kecil di masa depan. Namun sayangnya, masih banyak ibu di Indonesia yang berpotensi mengalami kehamilan beresiko tinggi. 

Menurut Riskesdas 2018, 48,9% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia atau kekurangan darah, dan sebanyak 1 dari 5 ibu hamil tercatat mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK). 

Tak hanya itu, sekitar 1 dari 2 ibu hamil mengalami kekurangan asupan protein (SKMI 2014), sementara lebih dari 50% ibu hamil mengalami kekurangan asupan zat besi, zinc, kalsium serta Vitamin A & C (SEAFAST 2016).

Memang ada sejumlah kondisi yang menyebabkan seorang ibu hamil termasuk dalam kelompok kehamilan berisiko tinggi. Namun dengan penanganan yang tepat, ibu dan bayi bisa tetap sehat.

Kondisi kesehatan yang menyebabkan kehamilan seorang ibu masuk dalam kategori berisiko tinggi antara lain adalah adanya ibu dengan penyakit penyerta seperti asthma, diabetes, serta kelainan jantung. Selain itu kehamilan  dengan penyakit penyulit (pre-eklamsia, eklamsia, infeksi dan masalah rahim) juga membahayakan kehamilan. Ibu dengan riwayat operasi terdahulu dan hamil di usia rentan berpotensi memiliki kehamilan dengan risiko tinggi.

Saya jadi teringat pada kehamilan anak pertama dulu, saya memang sudah menyiapkan kesehatan dan gizi sebelum kehamilan karena faktor usia yang sudah matang. Namun tidak berarti saya bisa santai dan enak-enakan, karena proses kehamilan adalah  proses yang cukup panjang yaitu 9 bulan. Jadi dalam jangka waktu selama 9 bulan ini, saya berusaha menjaga kualitas kesehehatan, gizi dan emosi agar si kecil yang akan dilahirkan tetap sehat.


Sayangnya tidak untuk anak kehamilan ke 2 dan 3 yang mengalami banyak cobaan, bahkan dokter menyatakan bahwa kehamilan dinyatakan tidak sehat, sehingga saya harus merelakannya. Saya memang hamil di rentan usia yang sudah tidak muda lagi. Beruntung anak pertama berjalan dengan lancar dan bisa bertahan hidup hingga sekarang. Biarpun tersisa satu, selalu ada yang bisa disyukuri *smile*


Foto bersama para narasumber, Pak Arif dan MC (dokpri)

Senang sekali saya bisa hadir pada acara #BicaraGizi ini, karena membahas pentingnya asupan nutrisi yang seimbang dan dukungan lingkungan untuk ibu yang menjalani kehamilan risiko tinggi.  Acara talkshow ini diadakan oleh Danone Indonesia untuk mengedukasi masyarakat dengan topik kali ini Menghadapi Kehamilan Risiko Tinggi dengan nara sumber Dr dr Ali Sungkar SpOG(K), Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan dan Putu Andani MPsi, Psikolog dari Tiga Generasi

Di Indonesia, tantangan ini menjadi lebih besar dengan berbagai fakta kesehatan termasuk kekurangan zat gizi makro dan mikro yang masih dihadapi oleh ibu hamil. Dr dr  Ali Sungkar SpOG(K), Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan mengatakan bahwa kehamilan berisiko tinggi dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak apabila tidak ditangani dengan baik. 

"1000 Hari Pertama Kehidupan, termasuk 270 hari di dalam kandungan, merupakan masa penting yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan tumbuh kembang si Kecil di masa depan. Kehamilan risiko tinggi yang tidak ditangani dengan baik berpotensi memiliki pengaruh terhadap anak di dalam kandungan; seperti perkembangan janin tidak sempurna, berat janin kurang, kelahiran prematur, maupun bayi berat badan lahir rendah," ujar dr Ali pada acara #BicaraGizi yang diadakan oleh Danone Indonesia, pada tanggal 17 September 2019 lalu.

Nyatanya Indonesia menempati peringkat 5 di antara negara-negara dengan jumlah kelahiran prematur terbesar dengan angka 675.700 bayi di tahun 2010 (Born Too Soon Report, 2011). 

Penanganan Kehamilan Berisiko Tinggi

Berbagai faktor risiko kehamilan risiko tinggi masih banyak ditemui di Indonesia. Untuk itu ibu hamil harus mewaspadai, menghidari dan menangani kehamilan risiko tinggi. 

1. Mengunjungi Fasilitas Kesehatan

Untuk meminimalisir risiko yang tidak diharapkan, ibu hamil dianjurkan segera mengunjungi fasilitas kesehatan di awal kehamilan, rutin mengontrol kondisi kandungan dan mendapatkan saran dari tenaga profesional mengenai nutrisi yang dibutuhkan, termasuk mengkonsumsi nutrisi tambahan apabila diperlukan sesuai anjuran.

2. Memenuhi Kebutuhan Nutrisi

Dalam paparannya, Dr Ali menjelaskan bahwa salah satu cara penting penanganan kehamilan risiko tinggi adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi makro dan mikro yang bervariasi di tiap tahapan mulai dari prakehamilan, trimester 1, 2, dan 3, serta masa menyusui. 

"Ibu perlu memastikan asupan makanan mereka mengandung zat-zat gizi penting seperti protein, karbohidarat, lemak, kalsium, zat besi, vitamin A, vitamian D, vitamin B12, asam folat dan iodine."

Ilustrasi Sayur dan buah-buahan (dok: aksi.co)

3. Memilih Makanan yang Bijak

Dengan menjaga asupan nutrisi yang baik, kondisi kehamilan risiko tinggi seperti pre-eklamsia dapat dicegah. Ibu hamil dengan risiko pre-eklamsia perlu memilih makanan dengan bijak seperti menghindari garam yang dapat meningkatkan tekanan darah tinggi, banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan seperti buah dan sayuran yang tinggi vitamin dan mengkonsumsi cukup protein yang bermanfaat sebagai zat pembangun untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ dan sel-sel tubuh si kecil.

"Selain membantu mencegah risiko komplikasi pada proses kelahiran, asupan nutrisi yang baik pada masa kehamilan akan bermanfaat bagi si Kecil secara jangka panjang dimana akan menurunkan risiko sejumlah penyakit kronis di masa dewasa kelak seperti hipertensi, diabetes, jantung dan berbagai penyakit lainnya," jelas Dr Ali

Dukungan

Selain pemenuhan nutrisi, ibu dengan kehamilan risiko tinggi perlu mendapat dukungan secara mental dari orang-orang sekitarnya. 

Ilustrasi dukungan dari suami (dok: haibunda.co.id)

Putu Andani, M.Psi, Psiolog dari Tiga Generasi memaparkan, "Dalam kondisi hamil normal saja, ibu sudah dihadapkan dengan berbagai tantangan dan perubahan psikologis seperti tingkat stress yang lebih tinggi. Kehamilan berisiko tinggi tentunya bisa melipatgandakan tingkat stress ibu dan memberikan dampak negatif pada diri ibu dan janin. 

"Untuk mencegahnya, dibutuhkan cara penanggulangan stress yang tepat melalui dukungan support system yang dapat membantu ibu mengelola tekanan secara sehat. Mulai dari diri ibu sendiri, suami, serta keluarga dan teman dekat," katanya

Dimulai dari diri sendiri, ibu bisa mengenali mana masalah yang sumbernya ada di dalam kendali dan mana yang tidak. Apabila masalah tersebut berada di dalam kendalinya, ibu dapat melakukan strategi problem focus, yaitu fokus pada penyelesaian masalah dan pencarian jalan keluar seperti menghindari makanan yang bisa semakin membahayakan kehamilan risiko tinggi. 

Sedangkan untuk masalah yang ada di luar kendali, stretegi emotional focus dapat diterapkan, dimana ibu akan mengelola emosi seperti mencari distraksi dan membuka diri ke orang lain.

Putu melanjutkan, selain diri sendiri, dukungan suami, keluarga dan teman bisa membantu meningkatkan kondisi kehamilan ibu agar ia tidak merasa sendirian saat menjalani kehamilan berisiko tinggi. "Suami dan keluarga bisa menunjukkan perhatian dengan menomorsatukan gizi sang ibu dan mendukung ibu mengonsumsi nutrisi seimbang yang dibutuhkan selama masa kehamilan. 

"Dukungan lain juga bisa ditunjukkan dengan membicarakan hal-hal menyenangkan, menciptakan suasana positif, dan memberikan perhatian-perhatian sederhana."

Saat acara tanya jawab (doc: popmama.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar