Senin, 25 Januari 2016

Investasiku Masa Depanku

Background untuk Talkshow IMD (doc: pribadi)

Itulah acara yang diadakan oleh PT Danareksa Investment Management (DIM) dalam rangka launching Investasiku Masa Depanku (IMD),  yang diselenggarakan pada hari Sabtu 23 Januari 2016, bertempat di The Terrace Restaurant, Senayan National Golf Club. Launching IMD ini diharapkan bisa dipakai oleh para calon nasabah sebagai Smart Solution for Financial Freedom.

Sebagai seorang yang sedang bersemangat untuk menyiapkan masa depan, tentunya saya senang sekali bisa ikutan acara ini. Walaupun mungkin agak terlambat yaa untuk merencanakannya. Tapi tidak apalah daripada tidak sama sekali. Itulah prinsip saya.

Bukankah memiliki masa depan yang cerah sudah menjadi cita-cita dan harapan untuk semua orang?. Dengan memiliki kebebasan finansial sering dinilai sebagai faktor utama yang dianggap cukup untuk menentukan tingkat kebahagiaan seseorang. Tidak peduli apapun profesi kita saat ini, pensiun adalah suatu kepastian di masa mendatang, dimana  dengan keterbatasan fisik di usia senja kita sudah tidak produktif lagi. Jangan sampai tujuan kita tidak tercapai, hanya karena kita tidak mempersiapkan keuangan dengan baik di masa sekarang. Demikian pesan  Prihatmo Hari Mulyanto selaku Direktur Utama DIM dalam press releasenya.

Selanjutnya beliau menambahkan “Untuk itu mari kita mulai dari langkah kecil dengan berinvestasi sejak dini, dan melakukan perencanaan pensiun sedini mungkin. Dengan memiliki jangka waktu yang lebih panjang memungkinkan kita untuk berinvestasi secara rutin dalam jumlah yang lebih kecil dan terjangkau. Itulah sebabnya lebih awal, akan lebih murah."


Yuk Rencanakan Kebebasan Financial (doc: danareksa.com)


Betul sekali, kata pak Prihatmo, sayangnya tidak semua orang menyadari dan melakukannya sejak dini. Berbagai alasan dipakai sebagai justifikasi untuk menundanya.  Termasuk saya sendiri lupa menyiapkan dana untuk persiapan pensiun nanti. Mungkin dianggapnya masih terlalu dini, sementara kebutuhan pada saat itu begitu banyak. Akhirnya dana yang mau disisihkan untuk berinvestasi habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan semuanya. Boro-boro bisa menyisihkan, yang ada hanya menyisakan uang. 

Itu saja kalau ada yang tersisa. Seringnya malah defisit alias kurang karena besarnya pengeluaran atau rendahnya penerimaan. Karena kondisi itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka wajarlah uang hasil dari berinvestasi pun tidak ada. Bagaimana mau mendapatkan hasil dari kegiatan berinvestasi,  kalau saya sendiri tidak menaburnya. Yeah, itulah cerita masa lalu.

Tapi dibalik itu Alhamdulillah, sebenarnya saya sudah menikmati banyak pencapaian selagi masih muda dari hasil menabung. Saya tidak berani menyebutnya sebagai hasil dari investasi, walaupun itu suatu bentuk pencapaian. Misalnya, saya pernah jalan-jalan dan tinggal di beberapa negara, seperti: Amerika, Belanda, Mesir, Jepang dan China serta pergi untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 1994 yang lalu. Lumayan sudah cukup lama kejadian itu. Tapi saya puas kalau saya pernah berhasil dan menikmatinya. 

Kini saatnya saya perlu menyiapkan dana untuk pensiun. Dengan menyisihkan dana untuk berinvestasi yang jumlahnya harus dilebihkan, agar saatnya nanti saya membutuhkan, dana itu sudah cukup. Syukur-syukur kalau bisa berlebih, saya akan memanfaatkannya untuk banyak rencana seperti untuk wakaf, charities untuk memperbaiki mutu pendidikan, fasilitas sosial yang lebih baik dan kesehatan serta untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak dan berlibur kemana saja saya suka. Betul tidak? Yeah, itu maunya disaat pensiun nanti, hehhehe.

****
Kembali ke acara launching Investasiku Masa Depanku, sebenarnya acara ini diawali dengan Yoga bersama. Namun karena dari semalem turun hujan hingga  pagi masih juga gerimis, membuat saya menyurutkan niat untuk ikut Yoga ini. Mungkin suatu saat kalau ada acara lagi, saya bisa ikutan. Hal ini karena biasanya dengan turunnya hujan, perjalanan akan menjadi lebih lama. Makanya saya batalkan niat untuk ikut Yoga bersama. Lebih baik saya konsetrasi untuk datang ke acara launching Investasiku Masa Depanku ini.

Dalam perjalanan menuju acara, saya bertemu dengan salah seorang peserta yang ternyata sudah menjadi nasabah reksadana dari Danareksa Investment Management. Dia datang atas undangan dari DIM ini. Wow! mereka sudah lebih dulu mengenal apa itu reksadana dan memraktekannya.

Sebagian peserta yang ikut acara IMD (doc: Mirasahid)

Saya kemudian menimpalinya. Saya sebenarnya sudah mulai berinvestasi, tapi dalam bentuk saham. Sedangkan untuk anak saya reksadana yang kaitannya dengan asuransi. Saya pun merasa nyaman karena tujuan saya memang untuk jangka panjang. Hal ini karena saya tidak punya waktu untuk memonitor setiap hari. Makanya saya memilih berinvestasi untuk jangka panjang. Begitulah sekelumit obrolan saya dengan teman yang baru saya temui di acara launching IMD ini.

Sebelum acara launching dimulai saya menyempatkan diri untuk mengunjungi booth financial check-up yang ada, diantaranya #pensiunasik, #liburanasik, #investasiasik dan #pendidikanasik. Saya sebenarnya agak sedikit risih untuk berkunjung ke masing-masing both ini, karena saya tahu apabila saya berkonsultasi justru akan membuka luka dan borok yang  saya punya selama ini.

Apa itu? Yeah masalah finansial itu. Ternyata apa yang saya punya masih jauh dari yang dikatakan sempurna. Bagaimana mau sempurna, karena saya sendiri baru sadar dan memulai berinvestasinya tahun lalu. Sementara waktu terus berjalan, tanpa bisa ditarik ulang. Itu sebabnya saya jarang berkonsultasi mengenai masalah financial karena akan membuat saya menjadi lebih dag dig dug. Malu khan kalau dibuka banyak luka disana sini?, hahahaha.

Setelah selesai mengunjungi  masing-masing booth financial check-up, saya buru-buru kembali ke tempat duduk saya semula. Lebih-lebih acara talkshow sudah dimulai.

Acara Talkshow Investasiku Masa Depanku sedang berlangsung (doc: pribadi)

Acara talkhow yang dipandu oleh Prabu Revolusi ini menghadirkan tiga (3) nara sumber, yaitu Prita Hapsari Ghozie, seorang financial planner; Wiko Hari Tanata, seorang penulis buku "Membangun Personal Wealth" dan Farhan, seorang public figure.

Dalam presentasinya Prita menyebutkan bahwa investasi itu bukan tujuan akhir keuangan. Tapi merupakan kendaraan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya untuk membeli rumah, untuk biaya pergi haji, pendidikan anak maupun untuk menyiapkan dana pensiun. Dia bahkan membedakan masing-masing istilah antara simpanan, tabungan dan investasi.

Simpanan menurutnya adalah uang yang kita simpan di suatu tempat dan bisa diambil kapan saja kita memerlukannya. Kalau kita menyimpannya di bank, itu mirip dengan dompet elektronik. Jadi rekening tabungan yang ada di bank, mungkin bukan merupakan tabungan yang sebenarnya. Tapi mirip seperti simpanan (dompet elektronik), karena bisa diambil kapan saja.

Sementara tabungan adalah menyimpan uang di suatu tempat dan kita baru mengambilnya jika tujuannya tercapai atau celengan itu sudah penuh.  Jadi uang itu tidak akan kita sentuh sebelum tujuannya tercapai atau celengan itu penuh.`

Sedangkan untuk investasi, tidak bisa dipungkiri dapat memberikan return yang besar. Tapi resikonya juga besar, tentunya apabila kita tidak tahu bagaimana cara berinvestasi yang benar. Makanya sebelum berinvestasi, pelajari dan ketahui lebih dahulu resikonya, agar kita tidak merugi.

Terus dimana tempat yang terbaik untuk menyimpan uang kita? Ketiganya baik dan bermanfaat tergantung tujuan dan jangka waktu yang dipilihnya. Tidak mungkin kita menaruh uang sebagai simpanan di bank layaknya dompet  elektronik. Sementara tujuan kita ingin membeli rumah dan pergi haji dalam beberapa tahun kemudian. Boleh saja, tapi hasilnya tidak akan maksimal karena nilainya akan tergerus oleh inflasi atau malah habis dipakai untuk belanja.

Begitu juga sebaliknya bila kita menyimpan uang dalam bentuk investasi, sementara uang itu mau dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jeleknya saatnya kita butuh uang, ternyata nilai investasinya sedang jatuh karena kondisi perekonomian kita atau global yang tidak baik. Akhirnya seluruh keluarga tidak bisa makan, gegara salah menempatkan dana yang ada. Ironi, bukan?

Berikut sekedar Tips dalam berinvestasi Reksadana dari salah satu narasumber, Wiko H. Tanata, yang saya ambil dari buku Membangun Personal Wealth:
1. Tentukan tujuan dan jangka waktu  untuk berinvestasi 
2. Ketahuilah bagaimana profile resiko yang kita punya. 
3. Perhatikan juga kualitas dari reksadana yang akan kita beli.
4. Perhatikan aspek legalitas perusahaan Manajer Investasi
5. Hati-hati dengan investasi "bodong" atau abal-abal, yang menawarkan return yang tinggi dan menggiurkan atau diluar batas kewajaran

Sekedar untuk melengkapi, berikut adalah Tips dalam berinvestasi reksadana menurut Prita H. Ghozie:
1. Periksa rekam jejak perusahaan MI yang reksadananya kita pilih dan periksa juga rekam jejak MI yang akan mengelola reksadana yang kita pilih
2. Pilih reksadana yang cocok dengan tujuan keuangan kita serta jangka waktu investasi dan karakter resiko yang kita miliki.
3. Pilihlah MI yang memiliki strategi dan hasil kinerja pengelolaan uang yang maksimal
4. Carilah MI yang mau menerima uang kita apa adanya, yaitu pilihlah reksadana yang aturan setoran modalnya tidak memberatkan

Terus kenapa kita perlu sibuk untuk berinvestasi? Ini alasan yang dikemukakan oleh Prita, bahwa dengan kita berinvestasi diharapkan akan dapat:

1.  menjaga hidup tetap sejahtera di masa depan hingga tutup usia
2.  memiliki kemampuan untuk mengatur hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan
3. mengajarkan kepada keturunan kita untuk berinvestasi dan memiliki kemampuan untuk mengatur keuangan sejak dini
4. bisa merancang keuangan dan menikmati hidup sesuai dengan keinginan kita, misalnya untuk berlibur, menyiap dana pendidikan yang diinginkan buat anak-anak kita dll.

Untuk itu ada berbagai cara untuk berinvestasi yang bisa kita pilih. Diantaranya adalah investasi di pasar modal yang berupa saham; investasi di bidang properti; investasi dalam bentuk logam mulia dan investasi di reksadana yang dikelola oleh Manager Investasi. 

Tentunya masing-masing bentuk investasi mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri dan umumnya prinsip high returns high risk itu berlaku pada setiap investasi. Disisi lain kita mungkin perlu memperhitungkan likuiditas dan keamanan, jangan sampai saatnya kita membutuhkan uang, kita kesulitan untuk mencairkannya atau bahkan barangnya tiba-tiba hilang.

Bagi para pemula yang berkeinginan untuk berinvestasi, mungkin lebih mudah kalau memulai lebih dahulu dengan berinvestasi di reksadana, dimana Manager Investasi yang akan mengelola dana kita. 

Untuk jenis-jenis reksadana, Wiko H. Tanata dalam bukunya Membangun Personal Wealth, menyebutkan berbagai jenis Reksadana yang populer ada di Masyarakat, yaitu:

1. Reksadana Konvensional, yang terdiri dari:
    a. Reksadana Pasar Uang
    b. Reksadana Pendapatan Tetap
    c. Reksadana Campuran
    d. Reksadana Saham

2. Reksadana Terstruktur, terdiri dari:
   a. Reksadana Terproteksi
   b. Reksadana Indeks

3. Reksadana yang diperdagangkan di Bursa
Reksadana ini seperti layaknya sebuah saham bisa diperjual belikan di bursa saham, yang dikena dengan Echange Traded Fund (ETF)

4. Reksadana Syariah,
Reksadana ini dikelola menurut kaidah syariah Islam. Dengan demikian Reksadana Syariah ini tidak berinvestasi di bisnis yang terkait dengan barang-barang yang meragukan atau diharamkan serta tidak dianggap riba

Sedangkan keuntungan kalau kita berinvestasi di reksadana menurut Wiko H. Tanata adalah:

1. Murah, karena investor bisa memulai investasinya dengan hanya Rp 100,000 saja, dibanding kalau kita berinvestasi di pasar modal atau logam mulia dan properti. 
2. Liquid: investor dapat menjualnya kembali (redeem) reksaana yang kita miliki dan MI wajib membelinya kembai sesuai dengan nilai aktiva bersih (unitnya)
3. Diversifikasi: dengan jumlah dana yang besar, MI dapat melakukan investasi di banyak instrumen investasi
4. Dikelola secara profesional: Disini MI akan mengelola investasi sesuai dengan kepentingan investor. Lebih-lebih bagi mereka yang mempunyai keterbatasan waktu atau akses, pengelolaan sendiri sering menjadi tidak maksimal hasilnya.
5. Transparan: MI secara rutin menyampaikan laporan keuangan mengenai reksada kepada investor
6. Fleksibel: Investor dapat memilih berbagai reksadana sesuai profil risikonya
7. Pajak: Khusus untuk reksadana pendapatan tetap, pajak untuk bunga kupon dan capital gain investasi obligasi hanya 5 persen hingga tahun 2020. Sebaiknya,jika berinvestasi langsung dengan membeli obligasi, pajak yang harus kita bayar saat ini adalah 15 persen.

Seremoni penyerahan Sponsorship Program IMD (doc: pribadi)

Namun dari semua itu kunci dalam berinvestasi adalah kita harus KONSISTEN  dalam menyisihkan uang, paling tidak untuk jangka waktu 5 tahun. Untuk itu batasilah pengeluaran konsumtif apabila dana yang kita punyai terbatas. Dengan demikian kita bisa berinvestasi untuk jangka panjang, demikian Farhan menambahkan dalam talkshow nya. Justru dengan semakin panjang waktu untuk berinvestasi akan semakin baik, karena dana yang dikeluarkan akan lebih kecil. Ini saran dari pak Wiko dalam berinvestasi.

Akhirnya yuk kita mulai berinvestasi, agar kita bisa hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan. Yang penting pahami apa yang kita investasikan dan berinvestasilah pada apa yang kita pahami.

Selamat berinvestasi, kawan. Let's Live a Beautiful Life

Tidak ada komentar:

Posting Komentar