Minggu, 10 Januari 2016

Siapkah Kita Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asia)?

Ilustrasi MEA (doc: kevinaddyguna.wordpress.com)

Secara pribadi saya siap kapan saja MEA diberlakukan. Tapi secara nasional memang membutuhkan banyak persiapan disana sini untuk menghadapi berbagai gempuran barang-barang dari luar maupun tingginya persaingan lapangan kerja. Bagi saya yang tidak hobi shopping, apapun barang yang mereka jual saya tidak akan tergoyah untuk membelinya. Karena apa yang saya lakukan selama ini adalah hanya akan membeli barang-barang yang dibutuhkan.Jadi kalau saya tidak membutuhkan barang tersebut, yaa saya tidak akan membeli, biarpun harganya murah sekalipun.

Apalagi dengan minimnya budget yang ada membuat saya lebih selektive dalam berbelanja. Itu sebabnya saya tidak khawatir dengan adanya gempuran barang-barang dari luar. Namun hal ini pengaruhnya akan lain ketika diterapkan untuk suatu negara. Belum tentu apa yang saya lakukan sama dengan yang lainnya. Mungkin saya tidak tertarik untuk berbelanja berbagai produk impor, karena keterbatasan uang yang ada. Tapi buat masyarakat lainnya dengan melihat harga barang produk dari luar yang lebih murah tentu akan berubah pikiran. Wow! mumpung lagi murah, ayo kita beli.


Jadi memang itu yang menjadi tantangannya untuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih luas sampai ke tingkat negara. Untuk menghadapi gempuran barang-barang dari luar, kita sendiri harus menyiapkan diri dengan kualitas produk yang lebih baik, sehingga barang-barang yang kita miliki tetap menjadi idola. Biarpun harganya katakanlah lebih mahal sedikit. Syukur-syukur kalau bisa lebih murah. Makanya pelaku bisnis banyak yang pusing sekarang untuk menyiapkan semuanya ini.

Terus bagaimana dengan persaingan dalam lapangan kerja yang ada? So far I feel fine. English isn't a big problem for me. I can speak and write English fluently. Even though I didn't practice it regularly for my writing purposes. I do speak English everyday at home with my son. Disamping itu saya sudah tidak bersaing dalam mencari pekerjaan. Tidak hanya karena faktor usia, tapi karena punya usaha di rumah. Makanya saya tidak perlu bersusah payah ikut test sana sini.

Tapi anak saya memang iya nantinya, karena dia masih dalam usia sekolah. Insha Allah saya juga tidak takut dengan kemampuan dia dalam berbahasa Inggris, karena kemampuan dia malah lebih bagus daripada saya sendiri. Cuma dia masih anak-anak yang membutuhkan pendidikan. Jadi dia belum waktunya ikut bersaing dalam dunia kerja. So, I guess we're all fine and have no problems in facing Asian Economic Community (MEA}.

Now how about you? Are you ready too?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar