Tempat untuk #BincangGizi bersama Group Danone Indonesia (dokpri)
Ternyata saya tidak sia-sia menyukai bahan makanan dari kedelai. Sebut
saja produk olahan kedelai yang sudah dikenal secara umum, seperti tempe (tempeh),
tahu, edamame, dan kecap. Sedang untuk susu kedelai, saya relatif jarang
meminumnya atau memanfaatkannya, karena anak saya lebih menyukai susu yang
berasal dari hewani.
To be honest with you, kesukaan saya pada kedelai sudah dimulai sejak
kecil. Maklum saya dibesarkan di kampung, daerah yang masih banyak persawahan
dan tegalan. Jadi kedelai menjadi satu hal yang tidak bisa dipisahkan. Memang
bentuk olahannya masih sangat sederhana, sekitar tahu, tempe dan edamame
(kedelai yang direbus).
Bagaimana dengan anak saya, apakah dia juga suka makanan olahan dari kedelai? Tentu saja. Sejak kecil sudah saya biasakan dia mengenal tempe, tahu, edamame dan kecap. Dia sangat suka dengan tempe yang digoreng dengan tepung, tempe penyet, tempe dan tahu bacem. Saya sengaja memberikan produk olahan kedelai ini sebagai alternatif protein yang kaya akan nutrisi.
Tempe goreng dengan tepung (doc:bangka.tribunnes.com)
Perkedel tahu, kesukaan anak saya juga (doc: lidiasturi)
Saking senangnya, sewaktu kami tinggal di Amerika, tempe pun saya cari.
Tahu memang sudah banyak yang jual disana, karena penggemarnya banyak juga dari
negara lain, seperti China, Jepang dan Vietnam. Jadi tidak kesulitan untuk
mencari tahu. Namun tidak dengan tempe. Sebenarnya ada tempe yang dijual di toko, tapi sayang
rasanya agak aneh di lidah. Mungkin karena produksi dari Jepang.
Makanya senang sekali ketika kami jalan-jalan ke Philadelphia, US, akhirnya
kami bisa ketemu tempe rasa Indonesia. Konon yang buat tempe memang orang Indonesia.
Pantes saja rasa tempenya cocok di lidah. Aha! jauh-jauh kami pergi ke Amerika,
yang dicari tempe juga. Sekedar bernostalgia bagaimana sekarang tempe sudah
mendunia dan banyak penggemarnya, hahhaaa
****
Jadi tidak berlebihan kalau Group Danone di Indonesia dalam memperingati
Hari Pangan Sedunia 2018 dengan yang bertema
#ZeroHunger, ingin mengedukasi para ibu dan komunitas tentang kedelai agar
bisa dikonsumsi secara seimbang, terutama anak-anak dalam masa tumbuh kembang.
Tujuannya untuk menyajikan variasi pangan berkualias melengkapi kebutuhan nutrisi
manusia, karena meningkatnya kebutuhan dunia terhadap beragam pangan.
Berbagai produk olahan kedelai (doc: bisnisUKM)
Merujuk pada data dari Food and Agricultural Organization (FAO), saat
ini terdapat sekitar 815 juta penduduk dunia masih mengalami masalah kelaparan.
Sementara menurut Global Health Index,
Indonesia menempati posisi ke-73 dari 119 negara, yang berada pada level serius
dengan poin 21.9
Oleh karena itu dalam memperingati Hari Pangan Sedunia 2018, Group
Danone di Indonesia ingin mengedukasi pentingnya pemenuhan nutrisi pada anak
dan alternatif sumber protein nabati dengan menyelenggarakan “Media & Blogger Gathering” dengan
tajuk “Kedelai atau Soya sebagai
Alternatif Pangan yang Bernutrisi.
Acara Gathering #BincangGizi ini diadakan di Taman Kajoe, Cilandak, Jakarta
Selatan pada tanggal 24 Oktober 2018. Hadir para narasumber Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS Guru Besar Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Dr. Ida Gunawan M.S., Sp.GK-K, Ahli Gizi
Klinis
Saat diskusi Bicara Gizi sedang berlangsung (docpri)
Arif Mujahidin, Corporate Communication Director, Danone Indonesia dalam
sambutannya mengatakan bahwa pangan merupakan salah satu hal yang sangat dekat
dengan kami. Lebih-lebih dengan visi atau semboyan One Planet One Health, kami percaya pangan yang baik berasal dari
bumi yang baik mengatakan bahwa pangan yang baik adalah berasal dari bumi yang
baik.
Ternyata langkah Group Danone ini sejalan dengan harapan FAO yang
mengajak masyarakat dunia untuk lebih meningkatkan konsumsi berbahan dasar
sayuran, seperti kacang-kacangan sebagai sumber protein alternatif.
Kenapa kedelai? Hal ini karena kedelai atau yang dikenal dengan istilah
Soya, merupakan bahan pangan yang sudah familiar bagi masyarakat Indonesia.
Selain dikenal dengan produk olahannya seperti tahu dan tempe, soya juga
memiliki berbagai kebaikan nutrisi yang bisa menjadi salah satu pangan yang
melengkapi kebutuhan nutrisi anak. Berbagai nutrisi tersebut termasuk
makronutrien (karbohidrat, protein dan lemak) hingga mikronutrien (seperti
mineral).
Oleh karena itu masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan makanan yang
terbuat dari kedelai, baik dalam bentuk makanan padat (tempe dan tahu), maupun
yang cair (kecap dan susu).
Pudding dari Susu Kedelai yang dipamerkan di acara BincangGizi (docpri)
Hal ini sejalan dengan pemaparan dari Prof. Dr. Ir Made Astawan MS, guru
besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertania, IPB
Bogor, yang menjelaskan bahwa sumber protein yang bermanfaat bagi kesehatan
dari kedelai. Hal ini karena kedelai sebagai bahan pangan mengandung protein
(40%), karbohidrat (25%), lemak (22%), dan serta (8%). Soya juga dapat menjadi
alternatif protein yang dapat dikonsumsi bersama dengan protein hewani.
Keunggulan
lainnya tentang kedelai juga bisa dilihat dari Data skor Protein Digestability
Corrected Amino Acid (PDCAA), dimana kedelai mempunyai skor 0,90 -- 1,00. Nilai
ini jauh lebh tinggi jika dibandingkan dengan beras, jagung dan terigu. Selain itu, soya juga kaya akan asam amino
esensial. Dengan kandungan nutrisi ini, soya dapat menjadi alternatif sumber
protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Terlebih bagi anak yang memiliki
alergi terhadap protein hewani dan menunjukkan tanda intolerasi laktosa.
Steak dari kedelai juga dipamerkan di acara #BincangGizi (dokpri)
Sayangnya untuk tumbuh kembang anak yang optimal, pangan olahan soya
atau kedelai tidak bisa dikonsumsi sendiri. Perlu dilengkapi oleh komponen
nutrisi lainnya Meskipun kaya akan
protein dan nutrisi lainnya, pangan olahan soya seperti pangan lainnya.
Dalam kaitan itulah Dr Ida Gunawan, berharap agar masyarakat Indonesia bisa mengenalkan
makanan dengan bahan dasar kedelai kepada anak-anak karena kalau diberikan
setelah remaja akan sulit diterima sebagai makanan alternatif. Apalagi pada
fase kritis tumbuh-kembang anak, kecukupan nutrisi sangat diperlukan, yaitu
komponen protein hewani dan nabati. Oleh karena itu soya bisa menjadi
alternatif protein untuk anak, yang penting konsumsi makronutrien dan mikronutrien
seimbang
Selain melakukan edukasi mengenai kedelai atau soya kepada Media dan Blogger, acara #BincangGizi juga menampilkan berbagai jenis pangan olahan soya untuk menunjukkan kepada peserta yang hadir bahwa soya mudah didapat dan diolah menjadi makanan sehari-hari. Wow! salut!!! Ternyata pangan olahan yang ditampilkan beberapa diantaranya merupakan resep karya karyawan internal Danone Indonesia.
Selain melakukan edukasi mengenai kedelai atau soya kepada Media dan Blogger, acara #BincangGizi juga menampilkan berbagai jenis pangan olahan soya untuk menunjukkan kepada peserta yang hadir bahwa soya mudah didapat dan diolah menjadi makanan sehari-hari. Wow! salut!!! Ternyata pangan olahan yang ditampilkan beberapa diantaranya merupakan resep karya karyawan internal Danone Indonesia.
Ciffon Cake Pandan dari Susu Kedelai (dokpri)
Akhirnya, Arif Mujahidin berharap dengan semakin tingginya pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya pengetahuan nutrisi, misi Hari Pangan Sedunia yaitu
ZeroHunger bisa tercapai pada tahun 2030, aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar