Selasa, 30 Oktober 2018

#BincangGizi bersama Group Danone Indonesia: Mengenal Kedelai sebagai Alternatif Protein yang Kaya Nutrisi


Tempat untuk #BincangGizi bersama Group Danone Indonesia (dokpri)

Ternyata saya tidak sia-sia menyukai bahan makanan dari kedelai. Sebut saja produk olahan kedelai yang sudah dikenal secara umum, seperti tempe (tempeh), tahu, edamame, dan kecap. Sedang untuk susu kedelai, saya relatif jarang meminumnya atau memanfaatkannya, karena anak saya lebih menyukai susu yang berasal dari hewani.

To be honest with you, kesukaan saya pada kedelai sudah dimulai sejak kecil. Maklum saya dibesarkan di kampung, daerah yang masih banyak persawahan dan tegalan. Jadi kedelai menjadi satu hal yang tidak bisa dipisahkan. Memang bentuk olahannya masih sangat sederhana, sekitar tahu, tempe dan edamame (kedelai yang direbus).
Bagaimana dengan anak saya, apakah dia juga suka makanan olahan dari kedelai? Tentu saja. Sejak kecil sudah saya biasakan dia mengenal tempe, tahu, edamame dan kecap. Dia sangat suka dengan tempe yang digoreng dengan tepung, tempe penyet, tempe dan tahu bacem. Saya sengaja memberikan produk olahan kedelai ini sebagai alternatif protein yang kaya akan nutrisi.

Tempe goreng dengan tepung (doc:bangka.tribunnes.com)

Perkedel tahu, kesukaan anak saya juga (doc: lidiasturi)

Saking senangnya, sewaktu kami tinggal di Amerika, tempe pun saya cari. Tahu memang sudah banyak yang jual disana, karena penggemarnya banyak juga dari negara lain, seperti China, Jepang dan Vietnam. Jadi tidak kesulitan untuk mencari tahu. Namun tidak dengan tempe. Sebenarnya ada  tempe yang dijual di toko, tapi sayang rasanya agak aneh di lidah. Mungkin karena produksi dari Jepang.   

Makanya senang sekali ketika kami jalan-jalan ke Philadelphia, US, akhirnya kami bisa ketemu tempe rasa Indonesia. Konon yang buat tempe memang orang Indonesia. Pantes saja rasa tempenya cocok di lidah. Aha! jauh-jauh kami pergi ke Amerika, yang dicari tempe juga. Sekedar bernostalgia bagaimana sekarang tempe sudah mendunia dan banyak penggemarnya, hahhaaa

****

Jadi tidak berlebihan kalau Group Danone di Indonesia dalam memperingati Hari Pangan Sedunia 2018 dengan yang bertema  #ZeroHunger, ingin mengedukasi para ibu dan komunitas tentang kedelai agar bisa dikonsumsi secara seimbang, terutama anak-anak dalam masa tumbuh kembang. Tujuannya untuk menyajikan variasi pangan berkualias melengkapi kebutuhan nutrisi manusia, karena meningkatnya kebutuhan dunia terhadap beragam pangan.

Berbagai produk olahan kedelai (doc: bisnisUKM)

Merujuk pada data dari Food and Agricultural Organization (FAO), saat ini terdapat sekitar 815 juta penduduk dunia masih mengalami masalah kelaparan. Sementara menurut Global Health Index, Indonesia menempati posisi ke-73 dari 119 negara, yang berada pada level serius dengan poin 21.9

Oleh karena itu dalam memperingati Hari Pangan Sedunia 2018, Group Danone di Indonesia ingin mengedukasi pentingnya pemenuhan nutrisi pada anak dan alternatif sumber protein nabati dengan menyelenggarakan “Media & Blogger Gathering” dengan tajuk “Kedelai atau Soya sebagai Alternatif Pangan yang Bernutrisi.

Acara Gathering #BincangGizi ini diadakan di Taman Kajoe, Cilandak, Jakarta Selatan pada tanggal 24 Oktober 2018. Hadir para  narasumber Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Dr. Ida Gunawan M.S., Sp.GK-K, Ahli Gizi Klinis

Saat diskusi Bicara Gizi sedang berlangsung (docpri) 

Arif Mujahidin, Corporate Communication Director, Danone Indonesia dalam sambutannya mengatakan bahwa pangan merupakan salah satu hal yang sangat dekat dengan kami. Lebih-lebih dengan visi atau semboyan One Planet One Health, kami percaya pangan yang baik berasal dari bumi yang baik mengatakan bahwa pangan yang baik adalah berasal dari bumi yang baik.

Ternyata langkah Group Danone ini sejalan dengan harapan FAO yang mengajak masyarakat dunia untuk lebih meningkatkan konsumsi berbahan dasar sayuran, seperti kacang-kacangan sebagai sumber protein alternatif.

Kenapa kedelai? Hal ini karena kedelai atau yang dikenal dengan istilah Soya, merupakan bahan pangan yang sudah familiar bagi masyarakat Indonesia. Selain dikenal dengan produk olahannya seperti tahu dan tempe, soya juga memiliki berbagai kebaikan nutrisi yang bisa menjadi salah satu pangan yang melengkapi kebutuhan nutrisi anak. Berbagai nutrisi tersebut termasuk makronutrien (karbohidrat, protein dan lemak) hingga mikronutrien (seperti mineral).

Oleh karena itu masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan makanan yang terbuat dari kedelai, baik dalam bentuk makanan padat (tempe dan tahu), maupun yang cair (kecap dan susu).

Pudding dari Susu Kedelai yang dipamerkan di acara BincangGizi (docpri)

Hal ini sejalan dengan pemaparan dari Prof. Dr. Ir Made Astawan MS, guru besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertania, IPB Bogor, yang menjelaskan bahwa sumber protein yang bermanfaat bagi kesehatan dari kedelai. Hal ini karena kedelai sebagai bahan pangan mengandung protein (40%), karbohidrat (25%), lemak (22%), dan serta (8%). Soya juga dapat menjadi alternatif protein yang dapat dikonsumsi bersama dengan protein hewani.

Keunggulan lainnya tentang kedelai juga bisa dilihat dari Data skor Protein Digestability Corrected Amino Acid (PDCAA), dimana kedelai mempunyai skor 0,90 -- 1,00. Nilai ini jauh lebh tinggi jika dibandingkan dengan beras, jagung dan terigu. Selain itu, soya juga kaya akan asam amino esensial. Dengan kandungan nutrisi ini, soya dapat menjadi alternatif sumber protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Terlebih bagi anak yang memiliki alergi terhadap protein hewani dan menunjukkan tanda intolerasi laktosa.

Steak dari kedelai juga dipamerkan di acara #BincangGizi (dokpri)

Sayangnya untuk tumbuh kembang anak yang optimal, pangan olahan soya atau kedelai tidak bisa dikonsumsi sendiri. Perlu dilengkapi oleh komponen nutrisi lainnya  Meskipun kaya akan protein dan nutrisi lainnya, pangan olahan soya seperti pangan lainnya.

Dalam kaitan itulah Dr Ida Gunawan, berharap agar masyarakat Indonesia bisa mengenalkan makanan dengan bahan dasar kedelai kepada anak-anak karena kalau diberikan setelah remaja akan sulit diterima sebagai makanan alternatif. Apalagi pada fase kritis tumbuh-kembang anak, kecukupan nutrisi sangat diperlukan, yaitu komponen protein hewani dan nabati. Oleh karena itu soya bisa menjadi alternatif protein untuk anak, yang penting  konsumsi makronutrien dan mikronutrien seimbang

Selain melakukan edukasi mengenai kedelai atau soya kepada Media dan Blogger, acara #BincangGizi juga menampilkan berbagai jenis pangan olahan soya untuk menunjukkan kepada peserta yang hadir bahwa soya mudah didapat dan diolah menjadi makanan sehari-hari. Wow! salut!!! Ternyata pangan olahan yang ditampilkan beberapa diantaranya merupakan resep karya karyawan internal Danone Indonesia.
Ciffon Cake Pandan dari Susu Kedelai (dokpri)

Akhirnya, Arif Mujahidin berharap dengan semakin tingginya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pengetahuan nutrisi, misi Hari Pangan Sedunia yaitu ZeroHunger bisa tercapai pada tahun 2030, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar