Suasana Pembangunan MRT Lebak Bulus (dokpri)
Senang rasanya bisa berkunjung ke
proyek MRT lagi. Kali ini untuk yang kedua kalinya saya bisa melihat
perkembangan proyek MRT langsung dari lapangan. Tidak ada kata lain saya
diharap semoga proyek MRT ini selesai tepat waktu dan segera bisa beroperasi. Rasanya
saya sudah tidak sabar untuk melihat MRT Jakarta berjalan di atas rel dan
masyarakat beralih ke MRT Jakarta dibanding menggunakan kendaraan pribadi.
Hal ini karena MRT Jakarta adalah
terobosan baru bagi transportasi publik kota ini. Tidak hanya akan meningkatkan
mobilitas, MRT Jakarta juga akan memberikan manfaat tambahan. Seperti:
perbaikan kualitas udara dan salah satu solusi mengatasi kemacetan.
Kunjungan ke 2 ini untuk menyaksikan
bahwa seluruh rangkaian jalur layang dan bawah tanah MRT Jakarta, untuk koridor
Lebak Bulus – Bundaran Hotel Indonesia telah tersambung. Tepatnya pada tanggal
31 Oktober 2017 yang lalu.Dengan disaksikan oleh jajaran direksi dan komisaris PT MRT Jakarta, kami meninjau pemasangan terakhir box girder jalur layang MRT Jakarta, sekaligus menandai tersambungnya seluruh jalur layang dan bawah tanah MRT Jakarta.
Secara teknis, pembuatan struktur
jalur layang yang panjangnya 9.810 meter dilakukan dengan membangun viaduct
(jembatan yang tersusun dari spans) terhubung dengan tiang kolom. Viaduct
ini terdiri dari lima bagian, yaitu struktur fondasi, pile cap, pier
column, pierhead, dan box girder. Oleh karena itu seluruh jalur layang
kini telah tersambung dengan dipasangnya box girder terakhir di seberang RS
Siloam, Jalan Kartini, Cilandak, Jakarta Selatan.
Menyempatkan berselfi sebelum terjun ke lapangan (dokpri)
Momentum ini menandakan bahwa
keseluruhan jalur MRT Jakarta dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI telah
terhubung. Hal ini membuat Direktur Utama PT MRT optimis bahwa MRT
Jakarta akan beroperasi sesuai jadwal pada Maret 2019.
Dengan demikian hingga 25 Oktober
2017, perkembangan konstruksi MRT Jakarta telah mencapai 83,07 persen, dengan
rincian: struktur layang sebesar 74,64 persen dan struktur bawah tanah sebesar
91,57 persen.
Terdapat 13 stasiun yang sedang
dibangun saat ini: 7 stasiun layang (Lebak Bulus, Fatmawati,
Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja), serta 6
stasiun bawah tanah (Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setaibudi,
Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia).
Pada fase pertama ini, panjang jalur Lebak Bulus – Bundaran Hotel Indonesia adalah 16 kilometer, diperkirakan akan melayani 173.400 penumpang setiap hari melalui 16 set kereta; 14 set kereta operasi dan 2 kereta cadangan. Sedang perkiraan jumlah penumpang setiap hari tersebut, masih akan dipertegas lagi dengan Ridership Survey yang saat ini sedang dilakukan oleh PT MRT Jakarta.
Pada fase pertama ini, panjang jalur Lebak Bulus – Bundaran Hotel Indonesia adalah 16 kilometer, diperkirakan akan melayani 173.400 penumpang setiap hari melalui 16 set kereta; 14 set kereta operasi dan 2 kereta cadangan. Sedang perkiraan jumlah penumpang setiap hari tersebut, masih akan dipertegas lagi dengan Ridership Survey yang saat ini sedang dilakukan oleh PT MRT Jakarta.
Untuk total tempuh rute fase 1 adalah
30 minute dengan jarak antar kereta 5 menit sekali. Kereta akan dioperasikan
secara otomatis melalui sistem persinyalan Communication – Based Train
Control (CBTC) yang merupakan teknologi baru di Indonesia. Selain itu
rel kereta api MRT Jakarta akan menggunakan Direct Fixation Tract, Anti
Vibration Sleeper, PC Sleeper, dan Ballasted Track.
Terkait rel kereta api, pemasangan
railway track juga sedang dilakukan. Sejauh ini telah terpasang sepanjang 2.530
meter dari keseluruhan total panjang rel, yaitu + 36 km. Rel
kereta api fase 1 berstruktur Direct Fixation Tract dengan Anti Vibration
Sleeper untuk jalur layang, Direct Fixation Tract dengan PC Sleeper untuk jalur
bawah tanah, dan Ballasted Track untuk di depo.
Ibu Silvia Halim, salah satu Direktur MRT sedang menjelaskan perkembangan
proyek MRT Jakarta (dokpri)
Selanjutnya untuk Fase 2 (dua)
Bundaran Hotel – Kampung Brandan ditargetkan mulai dibangun pada Oktober 2018.
Pemerintah berencana membangun MRT Jkaarta untuk dua koridor, yakni Selatan
Utara dan Timur Barat. Koridor Timur – Barat membentang sepanjang 87 km,
dimulai dari Cikarang, Bekasi, hingga Balaraja, Banten. Pekerjaan proyek ini
akan dimulai pada tahun 2020.
Sisanya yang perlu diberesin sekarang
adalah pemasangan prapet, penahan dinding di samping kiri kanan dan pemasangan
listrik. Kemudian pemasangan sistem persinyalan, rel, ada juga platform screen
door tembok kaca sebagai pemisah. Dan pengerjaan di 13 stasiun harus
diselesaikan. Upaya itu untuk memastikan semua kegiatan konstruksi berlangsung
dengan sebuah schedule atau jadwal pelaksanaan. Dengan demikian pada Agustus
2018 seluruh pekerjaan konstruksi bisa diselesaikan.
Harapan saya dari proyek ini adalah
mari kita ramai-ramai beralih dengan menggunakan MRT. Selanjutnya mari kita
jaga prasarana transportasi yang menelan investasi sangat mahal dan berharga.
Hal ini sebagai pembelajaran bagi Indonesia untuk kota-kota lain dalam
menyelesaikan persoalan kemacetan di wilayahnya.
Sebenarnya kita terlambat memiliki MRT
ini dibanding negara-negara ASEAN lainnya, seperti Philippine, Malaysia dan
Singapore. Sehingga cost kita jauh lebih besar karena situasinya sudah
terlanjur macet seperti sekarang ini. Namun itu lebih baik daripada tidak sama
sekali dan berharap MRT bisa mengatasi atau mengurangi kemacetan yang
sudah terjadi ini.
Konektivitas antara MRT dengan Halte TransJakarta Lebak Bulus (dokpri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar