Rabu, 25 Februari 2015

Komentar Anak Saya Terhadap Film “2014, Siapa di Atas Presiden?”

Membaca sekilas tawaran dari Admin Kompasiana untuk Nonton Bareng Film “2014, Siapa di Atas Presiden?“, saya iseng-iseng menanyakan ke anak saya, siapa tahu dia ingin menonton film tersebut. Apalagi dia juga seorang Kompasianer, maka kesempatan bagi saya untuk sekedar refreshing bersama.

Namun apa dinyana ternyata komen dia dari melihat gambar promo (iklan) yang disajikan, dia buru-buru bilang, ” No mommy, I don’t want to go. It could be violence, because there is  shooting gun.”

 Salah satu scene di Film 2014, Siapa di Atas Presiden? (Foto: 2014, Movie 
Dapur Film & Mahaka Still EJP)

Begitulah komentar anak saya, yang akhirnya dia langsung memutuskan untuk tidak ikut nonton bareng (nobar) film tersebut sekarang ini. Saya sendiri belum mengecek trailernya, cuma menunjukkan gambar tersebut.  Setelah anak saya bilang tidak, saya langsung mengecek trailernya “bagaimana sih sebenarnya tingkat kengerian yang dia khawatirkan”. Ternyata memang kurang cocok film tersebut untuk  ditonton anak saya. Beruntunglah saya tanyakan dulu bagaimana komentarnya. Jadi dia sudah siap kalau hal yang dikhawatirkan itu terjadi.

Saya tidak tahu bagaimana anak-anak remaja yang lainnya. Tapi saya akui, sejak kecil saya tidak pernah mengajarkan anak saya bermain dengan menggunakan (berbagai) mainan sejenis pistol, senjata atau tembakan. Bahkan water gun atau berpura-pura menembak dengan tangan pun  tidak pernah, karena begitu ketatnya aturan pendidikan untuk anak-anak TK dan SD di Amerika.

Guru-gurunya berpesan kepada orang tua agar jangan mengajarkan hal-hal yang berbau kejahatan, perang, perkelaian atau kekerasan. Mau tidak mau saya pun mengikutinya dengan tidak membelikan berbagai permainan  itu, dengan berharap ingin menanamkan sedini mungkin perilaku untuk tidak berbuat kekerasan dan perkelaian. Ini mungkin dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi tingginya tingkat kriminalitas yang sudah ada.

Itulah sebabnya saya dulu berusaha untuk tidak membelikan berbagai mainan yang dilarang, seperti pistol-pistolan, water gun, dll. Begitu juga kalau ada acara TV yang berupa tayangan perkelaian atau berita tentang perang, saya buru-buru menggantinya takut anak saya melihat berbagai tindak kekerasan. Saya khawatir apa yang dia lihat, jadi membekas dalam ingatannya atau dia akan menirunya seperti yang dia lihat/tonton.

Saya tidak tahu apakah tingginya tingkat perkelaian, tawuran, kejahatan, atau kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak remaja saat ini adalah hasil dari apa yang mereka lihat/tonton di TV atau dari sejenis mainan yang dibelikan oleh orang tuanya dikala mereka masih kecil? Kalau itu ada, mungkin sudah saatnya segala bentuk permainan anak-anak perlu dipikirkan kembali. Jangan hanya menuruti keinginan anak, lantas orang tua membelikannya. Tapi perlu dilihat efek samping atau berantai yang bakal ditimbulkannya.

Itulah sekedar coretan saya dalam menanggapi acara Nobar kali ini. Berhubung anak saya tidak berminat untuk ikut, maka saya akhirnya mengurungkan niatnya untuk mendaftar. Saya sendiri pada dasarnya juga takut untuk melihat tayangan yang berbau kekerasan.

Selamat Menonton bagi yang berminat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar