Minggu, 18 Desember 2016

Yuk Belajar Tip & Trick Food Photography ala Marisa Djemat

Inilah promosi yang membuat saya tertarik untuk belajar Food Photography

Saya sebenarnya malu karena saya memang bukan ahli dalam hal Photography. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat untuk terus belajar ilmu baru. Selama ini kalau saya mengambil foto asal jepret saja, yang penting posisi gambar berada di tengah. Dengan pencahayaan sinar matahari yang cukup, tentu hasilnya akan lebih bagus, karena terlihat terang. Celakanya kamera saya yang built in dengan smartphone, kalau sudah agak gelap, hasilnya mendadak jadi jelek. Maklumlah hp nya yang jelek atau saya sendiri yang tidak punya trick dalam mengambil gambarnya.
Apalagi acara itu diadakan pada hari Sabtu pagi, dimana hari Senin adalah hari libur Maulid Nabi Muhammad saw. Praktis banyak orang yang memanfaatkan hari libur panjangnya untuk jalan-jalan bersama keluarga atau vacation ke luar kota.

Namun hal itu tidak terjadi pada kami, para blogger yang setia dan tetap datang untuk belajar Trip & Trick Food Photography. Lumayan juga yang datang pada acara ini dan saya termasuk salah satu yang datang lebih awal. Maklum jalanan yang lancar, membuat perjalanan menggunakan busway tidak begitu mengalami hambatan di jalan.  

***

Kembali ke belajar photography ini, saya sadar kalau masih newbie. Makanya wajar kalau saya tidak banyak mengenal para blogger yang terjun ke dunia food photography. Tapi bagi saya tidak masalah, karena saya bisa belajar dari siapa saja dan sedikit mulai mencintainya. Dan tentunya saya jadi bebas untuk menyerap ilmu dari para ahli photography. Itu sebabnya saya berharap masih ada lagi kelas lanjutan yang bisa saya ikuti nantinya.

Sambutan dari Manager Aston Rasuna, bapak Isa Ismail

Acara ini dibuka oleh Manager Aston Rasuna, Bapak Isa Ismail.Kemudian dilanjutkan oleh narasumber yaitu mbak Marisa Djemat.

Mbak Icha (aka Marisa Djemat) dalam presentasinya menyampaikan Tip & Trick umum dalam Food Photography. Setelah presentasi selesai juga dibuka tanya jawab untuk menampung rasa penasaran buat para food photography workshop.

Saat mbak Icha sedang memberikan presentasi 

Inti dari pelajaran food photography sebenarnya adalah bagaimana membuat orang lain menjadi lapar dari melihat gambar yang kita sajikan. Yup, inilah yang menjadi tantangan utama dalam food photography, yaitu bagaimana membuat makanan tampak menarik dalam foto, sehingga membuat yang melihat begitu tertarik dengan makanan itu.

Caranya antara lain dengan memilih angle yang tepat, pencahayaan, tema foto, komposisi dan properti pendukung.

Waktu terbaik untuk memotret makanan adalah pagi hari ketika matahari mulai bersinar terang. Namun belum terlalu terik, yaitu sekitar jam 7 - 9 pagi. Usahakan makanan masih dalam keadaan fresh saat akan dipotret.

Pilih juga angle yang tepat untuk setiap makanan. Ada makanan yang lebih cocok jika dipotret dengan angle eye level. Namun ada juga yang lebih bagus jika menggunakan angle flat lay. Sebagai contoh untuk flying noodle lebih cocok difoto dengan angle eye level. Sedangkan segelas kopi yang biasanya memiliki detil atau hiasan di permukaannya, akan lebih baik jika menngunakan high angle atau flat lay.

Begitu juga dalam hal pencahayaan, usahakan tidak ada sesuatu yang menghalangi arah cahaya. Berdiri dan membelakangi sumber cahaya saat memotrt adalah kesalahan besar, karena akan ada bayangan yang jatuh menutupi makanannya.

Siapkan properti pendukung, jika memotret dengan tema tertentu. Misalnya memotret makanan hari raya, tambahkan properti seperti ketupat atau hiasan kubah mesjid untuk menegaskan suasana hari raya.


Ini salah satu hasil jepretan saya dalam kelas Food Photography. Cantik nggak? 

Waduh mendadak jadi haus gegara melihat minuman ini

Untuk makanan di cafe, bisa menggunakan apa saja yang ada di cafe, agar tidak perlu repot membawa properti sendiri dari rumah. Mislanya, buku resep atau menu makanan, tanaman hias yang biasanya berada di atas meja. Bisa juga dengan menambahkan gadget untuk memberi tema atau kesan santai dan enjoy the time.

Sedangkan untuk di rumah, tidak ada salahnya jika kita membeli beberapa perlengkapan makan yang bisa sangat berguna sebagai properti, entah sebagai alas maupun background.

Bicara soal properti untuk background, usahakan benada-benda yang digunakan diatur agar memiliki tinggi yang berbeda (tinggi rendah), agar foto lebih dinamis.

Usahakan juga agar foto memiliki komposisi yang tepat da tidak bocor. Yang dimaksud komposisi adalah objek apa saja yang ingin dimasukkan dalam frame foto. Jika ada objek lain yang tidak diinginkan dan masuk dalam foto, itu namanya bocor. Tentunya foto yang bocor akan mengacaukan fokus seseorang yang melihat foto tersebut. Sebagai akibatnya, apa yang menjadi tujuan dari food photography agar orang ngiler menjadi gagal 

Hmmm, hasilnya agak gelap yaa? Wah ini perlu iulangi lagi

Tip sederhana untuk mensiasati agar tidak bocor bagi seorang pemula adalah dengan cara mengambil gambar yang agak lebar, kemudian meng-crop nya saat proses editing sebelum foto itu diupload.

****

Akhirnya saya berharap semoga ada lagi kelas lanjutan, agar saya bisa lebih mendalami food photography dan kelas-kelas photography lainnya. Terus terang saya tidak peduli, apabila hasil jepretan saya kali ini masih belum bagus. Lha wong saya masih baru belajar kok, khan butuh proses dan jam terbang yang tinggi. Tapi saya memang orangnya tidak pernah berhenti belajar, jadi tetap semangat apa pun hasil yang dihasilkannya. Saya memang butuh waktu untuk belajar, betul tidak?

Sebenarnya masih ada banyak sekali koleksi foto-foto yang saya punya, tapi belum sempat di upload. Mudah-mudahan kalau ada waktu senggang saya akan dengan senang hati untuk menampilkannya. Sekalian saya ingin belajar bagaimana membuat layout yang cantik di blog saya.

Terima kasih untuk acara workshop Food Photography nya. Sampai ketemu lagi di kelas yang akan datang, ngarep.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar