Jumat, 25 Desember 2015

Ketika Udara Segar Botolan Laris Manis di China

Udara Bersih Botolan (doc: detiknews.com)

Membaca berita di Detik beberapa hari yang lalu tentang Udara Bersih Botolan, saya langsung terpana. Apa pasal? karena saya tidak mengira kalau udara segar bisa begitu langka  jumlahnya. Padahal apa yang saya tahu selama ini adalah udara segar begitu berlimpah dan berlebih, sehingga boleh dibilang tidak ada harganya. Sehingga orang bisa bebas menghirup udara segar seberapa pun jumlahnya. Tulisan selengkapnya bisa dibaca disini dan disini.

Namun apa yang saya tahu sekarang terbantahkan. Udara segar suatu saat bisa benar-benar menghilang dan begitu berharganya. Lebih-lebih dengan adanya kenyataan beberapa bulan yang lalu bahwa di Indonesia pun telah terjadi krisis udara segar dan bersih dari kabut asap, akibat dari kebakaran hutan yang melanda beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera dan Kalimantan. Sampai akhirnya banyak yang menderita sesak nafas, karena kepekatan udara sudah begitu mengganggu pernafasan dan pemandangan.
Beruntunglah keadaan itu sudah berakhir dengan telah dimulainya hujan turun di beberapa wilayah negeri ini. Sehingga kabut asap  memudar dan menghilang. Akan tetapi kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus menerus, karena kemungkinan hal itu akan terulang lagi kalau kita tidak serius menjaga dan mencintai hutan kita. Berbagai kebijakan yang menyimpang dan salah harus segera dihentikan demi kelangsungan hidup anak cucu kita di masa mendatang. Karena bumi ini pada dasarnya bukan diwariskan, akan tetapi kita sekarang sekedar dipinjamin oleh generasi mendatang.   

Ilustrasi Kabut Asap di China (doc: Republika online)

Sebaliknya di negara tirai bambu kondisi kabut asap terjadi juga, terutama mereka yang berada di bagian timur laut dan selatan China, yaitu di kota Harbin dan kota Daqing. Penyebab utama dari polusi udara adalah karena banyaknya pabrik-pabrik yang berproduksi, konstruksi yang sedang.berjalan maupun meningkatnya penggunaan batubara di rumah tangga dan sistem pemanas kota yang sudah tua.

Akhirnya mereka terpaksa harus membeli udara segar yang dikemas pakai botol. Konon udara segar itu diperoleh dari Pegunungan Rocky Mountains, Canada. Si penjual udara segar, Moses Lam awalnya hanya iseng menjual sekantung "udara segar" lewat situs jual beli eBay. Tidak tahunya produk dihasilkannya sangat diminati. Moses kemudian mengubah kemasan produknya dari yang hanya kantung plastik menjadi botolan. Cara pembuatannya, tiap dua minggu sekali, dia meletakkan beberapa botol di Pegunungan tersebut dan dibiarkan selama 10 jam. Dari proses itulah udara segar dari gunung tersebut diklaim tersimpan dalam botol yang disebut Vitality Air.

Menariknya waktu pertama kali dia mengirimkan 500 botol udara segar ke China, produk ini laris terjual hanya dalam waktu empat hari saja. Hingga saat ini sudah mengirim 4000-an botol udara segar ke China dan Moses mengaku permintaan terhadap produknya begitu tinggi, sehingga dia kewalahan untuk mengatasinya.
Bayangkan mereka harus merogoh koceknya hingga US $20 untuk sebotol udara segar yang hanya 7,7 liter. Ini ibarat 50 kali lebih mahal dari sebotol air mineral yang dijual di China.

Kini pelanggannya tidak hanya dari China, tetapi juga dari negara lain yaitu India dan Timur Tengah. Namun pembeli terbesar adalah dari China. Apalagi negara ini sudah berbulan-bulan diselimuti asap tebal karena polusi, telah memaksa sebagian besar aktivis publik berhenti. Anak-anak dilarikan ke rumah sakit akibat masalah pernapasan. Bahkan pesawat dikandangkan dan mobil diminta untuk tidak berkeliaran di jalan. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan apa yang terjadi di China sebagai krisis lingkungan. Itulah sebabnya udara segar untuk beberapa wilayah di China menjadi sangat berharga. 

Pada tahun 2013 sebenarnya pernah juga terjadi polusi yang begitu buruk. Hal ini terlihat dari angkasa dengan hasil sementara dari pembacaan kualitas udara angka polusi  mencapai 500. Ini sama dengan sepuluh kali lebih banyak dari jumlah yang aman.

Akibat polusi udara ini membuat China kehabisan turis. Bahkan dikabarkan jumlah turis yang berkunjung ke China turun hingga 16 persen. Untuk melindungi para turis,  agen perjalanan online terbesar di Negeri tersebut menawarkan asuransi, yang dikenal  dengan nama 'haze-travel insurance". Gagasan tentang asuransi ini dicanangkan oleh agen perjalanan online terbesar di China bernama C-trip, yang bekerja sama dengan raksasa asuransi Ping An. Namun yang bisa mendapatkan asuransi ini hanya turis yang membooking tiga dari tujuh paket wisata yang ditawarkan ke sejumlah kota besar di China, yaitu Beijing, Xian, Harbin, Chengdu dan Guangzhou.

Sebenarnya Moses bukanlah orang pertama yang berjualan udara segar kepada publik China. Sebelumnya seorang seniman dari Beijing pernah menjual setoples udara yang diambil dari Prancis seharga 1.000 dollar AS. Jutawan China bernama Chen Guangbiao juga pernah menjual udara segar dalam bentuk kaleng minuman ringan seharga 1 dollar AS di tahun 2013.

Menariknya Prof Wallace Leung dari Hong Kong Polytechnic University mengungkapkan, udara segar kalengan ataupun botolan bukanlah solusi praktis untuk mengatasi masalah polusi udara di China.

Ya iyalah udara segar kalengan atau botolan hanya penyelesaian sementara. Sementara kabut asap itu terjadi karena krisis lingkungan. Mau tidak mau polusinya yang diatasi adalah masalah lingkungan itu sendiri. Tanpa adanya perbaikan lingkungan, kabut asap akan terus berulang kembali.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar